26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

BRT Solusi Kemacetan di Medan

Foto: AMINOER RASYID-SUMUT POS Sejumlah kendaraan bermotor berjalan merayap di Jalan Guru Patimpus Medan, Jumat (2/5/2014) akhir pekan lalu.
Foto: AMINOER RASYID-SUMUT POS
Sejumlah kendaraan bermotor berjalan merayap di Jalan Guru Patimpus Medan, Jumat (2/5/2014) akhir pekan lalu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kemacetan dan tingginya jumlah komuter di Medan kian hari kian tak terbendung. Kemacetan pun tak bisa dihindari akibat dari keluar masuk para pekerja dan pelajar dari kota sekitar ibu kota Sumatera Utara ini.

Tak pelak, keberadaan angkutan masal sudah mendesak. Salah satu strategi dalam pola transportasi makro tersebut adalah pengembangan sistem angkutan umum massal antar-daerah satelit, yakni Bus Rapid Transit (BRT).

Terkait itu, pengamat transportasi di Kota Medan, Hendy Bhakti Alamsyah mendukung sepenuhnya rencana operasioanal BRT karena akan membantu mengurangi kemacetan. ” Selain itu, keberadaan transportasi masal juga dapat mengurangi pertumbuhan kendaraan yang selama ini tidak dapat dikendalikan,” ungkapnya.

Namun kehadiran BRT, akan menimbulkan penumpukan angkot yang kehilangan para penumpangnya karena berpindah ke BRT. Dosen di Universitas Pancabudi (Unpab) itu meminta agar dilakukan pengkajian ulang terhadap rute yang akan dilintasi BRT karena secara otomasis akan mengganggu pencarian para angkot yang selama ini berada diperlintasn BRT.

Bhakti juga menyarankan agar masing-masing pemerintah daerah melakukan komunikasi dengan para orgada setempat mengenai perlintasan yang akan dilalui BRT. “Seharusnya ada komunikasi yang terjalin antara Organda dengan pemerintah untuk menghindari pergesekan,” sebutnya.

Jangan sampai dengan kehadiran BRT, kata dia, akan menambah angka pengangguran di Kota Medan dan sekitarnya yang disebabkan banyak supir yang kehilangan pekerjaan.

Dia menyarankan agar Pemerintah merekrut supir yang selama ini mengendarai angkot untuk menjadi supir, kernet serta teknisi BRT.

Bukan hanya itu, lanjut dia, angkot yang berada dilintasan BRT dialihkan jalurnya. Ketempat lain untuk membantu masyarakat menuju halte BRT.

Jika pemerintah tidak mampu melakukan itu, dia memprediksi pergesekan yang ada semakin terasa serta dapat membuat orang berbuat nekat.

” Orang yang sudah kepepet bisa melakukan apa saja, jadi sebelum itu terjadi pemerintah sudah harus bisa memikirkan itu,” jelasnya.

Lebih lanjut dijelaskan pria berkacamata itu, angkot juga harua meningkatkan pelayanan kepada penumpangnya agar masyarakat tetap bersedia menggunakan jasa angkot.

“Pasti masyarakat akan memilih angkutan yang nyaman, aman dan murah agar mampu bersaing angkot juga harus membuat penumpangnya tetap nyaman,” bebernya. (dik/rbb)

Foto: AMINOER RASYID-SUMUT POS Sejumlah kendaraan bermotor berjalan merayap di Jalan Guru Patimpus Medan, Jumat (2/5/2014) akhir pekan lalu.
Foto: AMINOER RASYID-SUMUT POS
Sejumlah kendaraan bermotor berjalan merayap di Jalan Guru Patimpus Medan, Jumat (2/5/2014) akhir pekan lalu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kemacetan dan tingginya jumlah komuter di Medan kian hari kian tak terbendung. Kemacetan pun tak bisa dihindari akibat dari keluar masuk para pekerja dan pelajar dari kota sekitar ibu kota Sumatera Utara ini.

Tak pelak, keberadaan angkutan masal sudah mendesak. Salah satu strategi dalam pola transportasi makro tersebut adalah pengembangan sistem angkutan umum massal antar-daerah satelit, yakni Bus Rapid Transit (BRT).

Terkait itu, pengamat transportasi di Kota Medan, Hendy Bhakti Alamsyah mendukung sepenuhnya rencana operasioanal BRT karena akan membantu mengurangi kemacetan. ” Selain itu, keberadaan transportasi masal juga dapat mengurangi pertumbuhan kendaraan yang selama ini tidak dapat dikendalikan,” ungkapnya.

Namun kehadiran BRT, akan menimbulkan penumpukan angkot yang kehilangan para penumpangnya karena berpindah ke BRT. Dosen di Universitas Pancabudi (Unpab) itu meminta agar dilakukan pengkajian ulang terhadap rute yang akan dilintasi BRT karena secara otomasis akan mengganggu pencarian para angkot yang selama ini berada diperlintasn BRT.

Bhakti juga menyarankan agar masing-masing pemerintah daerah melakukan komunikasi dengan para orgada setempat mengenai perlintasan yang akan dilalui BRT. “Seharusnya ada komunikasi yang terjalin antara Organda dengan pemerintah untuk menghindari pergesekan,” sebutnya.

Jangan sampai dengan kehadiran BRT, kata dia, akan menambah angka pengangguran di Kota Medan dan sekitarnya yang disebabkan banyak supir yang kehilangan pekerjaan.

Dia menyarankan agar Pemerintah merekrut supir yang selama ini mengendarai angkot untuk menjadi supir, kernet serta teknisi BRT.

Bukan hanya itu, lanjut dia, angkot yang berada dilintasan BRT dialihkan jalurnya. Ketempat lain untuk membantu masyarakat menuju halte BRT.

Jika pemerintah tidak mampu melakukan itu, dia memprediksi pergesekan yang ada semakin terasa serta dapat membuat orang berbuat nekat.

” Orang yang sudah kepepet bisa melakukan apa saja, jadi sebelum itu terjadi pemerintah sudah harus bisa memikirkan itu,” jelasnya.

Lebih lanjut dijelaskan pria berkacamata itu, angkot juga harua meningkatkan pelayanan kepada penumpangnya agar masyarakat tetap bersedia menggunakan jasa angkot.

“Pasti masyarakat akan memilih angkutan yang nyaman, aman dan murah agar mampu bersaing angkot juga harus membuat penumpangnya tetap nyaman,” bebernya. (dik/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/