SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
DEBAT_Pasangan cagub-wagub Sumut nomor urut satu Edy Rahmayadi (kiri)-Musa Rajekshah (kedua kiri) dan pasangan nomor urut dua Djarot Saiful Hidayat (kedua kanan)-Sihar Sitorus (kanan) mendengarkan pertanyaan pada Debat Publik Pilkada Sumut, di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (5/5). Debat publik tersebut mengangkat tema Tata Kelola Pemerintahan Bebas dari Korupsi.
SUTAN SIREGAR/SUMUT POS DEBAT_Pasangan cagub-wagub Sumut nomor urut satu Edy Rahmayadi (kiri)-Musa Rajekshah (kedua kiri) dan pasangan nomor urut dua Djarot Saiful Hidayat (kedua kanan)-Sihar Sitorus (kanan) mendengarkan pertanyaan pada Debat Publik Pilkada Sumut, di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (5/5). Debat publik tersebut mengangkat tema Tata Kelola Pemerintahan Bebas dari Korupsi.
Kuasai Persoalan
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sumut, Faisal Riza, saat diwawancarai usai debat mengakui, kedua paslon sudah menyampaikan visi misi dengan sangat baik dalam debat. “Secara keseluruhan, masyarakat telah diberikan pemaparan yang prospektif dari kedua paslon tentang visi misi membangun Sumut lima tahun ke depan. Acara ini penting untuk pelajaran politik, bagaimana masyarakat memahami pikiran para pemimpin mereka,” katanya.
Dalam sesi pertanyaan tentang reformasi birokrasi, kedua paslon dinilainya memiliki jawaban yang sangat berbeda. “Paslon 1 dalam hal reformasi birokrasi, lebih fokus pada pembangunan moral dan penegakan hukum, dan juga maksimalisasi postur birokrasi agar efektif. Sementara paslon 2 mengajukan pembaruan sistem seperti elektrifikasi dan online biro agar lebih transparan. Pasangan ini memilih jalan memangkas postur agar birokrasi lebih ramping,” jelasnya.
Sementara dalam hal memberdayakan nilai kearifan lokal sebagai modal pembangunan, Eramas menurutnya lebih menguasai. “Paslon 1 lebih terlihat menguasai nilai lokal Sumut sebagai modal pembangunan dan pengembangan birokrasi. Misalnya, dengan menguatkan nilai kearifan lokal Dalihan Natolu, memaksimalkan peran para ketua adat. Sementara paslon 2 lebih menguasai mengenai tata pemerintahan,” ungkapnya.
Begitu juga dengan isu pembentukan Provinsi Tapanuli (Protap), yang dipertanyakan Musa Rajekshah (Ijeck) kepada Sihar Sitorus. Dalam kesempatan menjawab, Sihar dinilai tidak memiliki pendirian yang jelas. “Ini soal sikap terhadap potensi konflik di era demokratisasi, tepatnya soal pemekaran. Paslon 2 tidak menegaskan posisi keberpihakan terhadap Protap,” katanya.
Lantas dalam debat perdana ini paslon mana yang lebih unggul? “Overall, meski di awal paslon1 kurang fokus menyampaikan visi reformasi birokrasinya terutama di sesi satu. Namun panggung debat perdana ini menjadi milik mereka terutama di sesi 2 sampai berakhirnya debat tersebut,” bilang Faisal.
SUTAN SIREGAR/SUMUT POS DEBAT_Pasangan cagub-wagub Sumut nomor urut satu Edy Rahmayadi (kiri)-Musa Rajekshah (kedua kiri) dan pasangan nomor urut dua Djarot Saiful Hidayat (kedua kanan)-Sihar Sitorus (kanan) mendengarkan pertanyaan pada Debat Publik Pilkada Sumut, di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (5/5). Debat publik tersebut mengangkat tema Tata Kelola Pemerintahan Bebas dari Korupsi.
Kuasai Persoalan
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sumut, Faisal Riza, saat diwawancarai usai debat mengakui, kedua paslon sudah menyampaikan visi misi dengan sangat baik dalam debat. “Secara keseluruhan, masyarakat telah diberikan pemaparan yang prospektif dari kedua paslon tentang visi misi membangun Sumut lima tahun ke depan. Acara ini penting untuk pelajaran politik, bagaimana masyarakat memahami pikiran para pemimpin mereka,” katanya.
Dalam sesi pertanyaan tentang reformasi birokrasi, kedua paslon dinilainya memiliki jawaban yang sangat berbeda. “Paslon 1 dalam hal reformasi birokrasi, lebih fokus pada pembangunan moral dan penegakan hukum, dan juga maksimalisasi postur birokrasi agar efektif. Sementara paslon 2 mengajukan pembaruan sistem seperti elektrifikasi dan online biro agar lebih transparan. Pasangan ini memilih jalan memangkas postur agar birokrasi lebih ramping,” jelasnya.
Sementara dalam hal memberdayakan nilai kearifan lokal sebagai modal pembangunan, Eramas menurutnya lebih menguasai. “Paslon 1 lebih terlihat menguasai nilai lokal Sumut sebagai modal pembangunan dan pengembangan birokrasi. Misalnya, dengan menguatkan nilai kearifan lokal Dalihan Natolu, memaksimalkan peran para ketua adat. Sementara paslon 2 lebih menguasai mengenai tata pemerintahan,” ungkapnya.
Begitu juga dengan isu pembentukan Provinsi Tapanuli (Protap), yang dipertanyakan Musa Rajekshah (Ijeck) kepada Sihar Sitorus. Dalam kesempatan menjawab, Sihar dinilai tidak memiliki pendirian yang jelas. “Ini soal sikap terhadap potensi konflik di era demokratisasi, tepatnya soal pemekaran. Paslon 2 tidak menegaskan posisi keberpihakan terhadap Protap,” katanya.
Lantas dalam debat perdana ini paslon mana yang lebih unggul? “Overall, meski di awal paslon1 kurang fokus menyampaikan visi reformasi birokrasinya terutama di sesi satu. Namun panggung debat perdana ini menjadi milik mereka terutama di sesi 2 sampai berakhirnya debat tersebut,” bilang Faisal.