KARO, SUMUTPOS.CO – Kapolda Sumut Irjen Pol Paulus Waterpauw menunjukkan kepeduliannya terhadap warga yang menjadi korban erupsi Gunung Sinabung. Dua hari, jendral bintang dua Polri ini berada di dataran tinggi itu, Sabtu (5/8) dan Minggu (6/8). Ia ingin melihat langsung kondisi pengungsi Sinabung di lokasi pengungsian.
Didampingi Ketua Bhayangkari Sumut, Roma Megawanti Pasaribu Waterpauw, dia pertama kali mengunjungi pengungsi di Posko GBKP Simpang 6 dan GOR KNPI. Dia disambut barisan anak SD. Sontak kehadirannya menarik perhatian khalayak.
Di situ dia meninjau kesiapan posko dalam membantu pengungsi. ”Semuanya harus tetap semangat, tetap jaga kebersihan di tempat tinggal sementara ini,” tegas Paulus.
Di posko pengungsi GOR KNPI itu, ada 1.243 jiwa pengungsi. Di sana dia menyalurkan bantuan yang diterima perwakilan pengungsi, Bunga Ncari Br Sembiring dan Sadaukur Br Sembiring yang disaksikan Kepala Desa Sukanalu Sentosa Sitepu. Adapun bantuan tersebut berupa gula pasir 10,5 ton, beras 17,235 ton, minyak goreng 8.728 liter, mie instan 1.325 kotak dan air mineral 300 kotak.
Saat berkeliling di posko itu, dia mengaku prihatin dengan kondisi lokasi pengungsian. Dia melihat bagian belakang GOR yang kumuh, jorok, dipenuhi sampah. Tak ayal, Kapolres Karo AKBP Rio Nababan dipanggilnya. Dia menginstruksikan agar membersihkan sampah dan yang berserakan di sana. “Pak Kapolres, tolong inikan jorok, sampah berserakan. Bersihkan ini nanti, bisa ya? Kasihan pengungsi kalau begini. Ini bakal berpengaruh terhadap kesehatan mereka. Bisa ya, juga Pak Bupati tolonglah dibersihkan. Nanti laporkan kepada saya,” ungkap Paulus.
Dia mengaku prihatin dengan bencana yang dialami masyarakat di Karo itu. Dikatakannya, tujuh tahun Gunung Sinabung erupsi menjadi tugas bersama dari pemerintah. “Saya pikir ini tugas pemerintah untuk dibantu bersama ya. Saya membantu pemerintah dengan pejabat di provinsi dan kabupaten bersama satuan tugas yang sudah ada untuk mendorong dicarikan solusinya,” sebutnya.
Menurutnya, kondisi pengungsian sangat tidak layak. Sanitasi yang buruk menjadi persoalan utama ketika dia mengecek langsung. “Kita buat lebih manusiawi. Kasihan mereka masyarakat harus seperti ini dengan kondisi begini, sanitasinya tidak baik tempat penampungannya tidak layak,” kata Paulus.