25.6 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Pengungsi Gunung Sinabung Hidup Dalam Ketidakpastian

MENARI: Seorang nenek menari bersama pengungsi lainnya di Posko Pengungsi Jalan Veteran Kabanjahe.(Solideo/SumutPos)

KABANJAHE, SUMUTPOS.CO -Pasrah dalam kesesakan dan ketidakpastian. Setidaknya kalimat ini yang menggambarkan kondisi ribuan jiwa warga pengungsi erupsi gunung Sinabung saat ini.

Meski tak dilanda kelaparan, namun tinggal bertahun-bertahun di posko pengungsian membuat mereka frustasi. Bagaimana kelanjutan hidup? Nasib dan masa depan anak-anak? Dimana mereka akan menetap? Pertanyaan ini yang terus “menghantui” pikiran mereka.

Sedang sampai detik ini, gunung Sinabung masih asik dengan “batuknya”. Abu vulkanik yang disemburkan telah pula menimbun desa mereka. Alhasil, untuk saat ini kembali ke kampung halaman masih menjadi hal yang mustahil. Tak pelak, meski sudah tak betah, namun mau tak mau mereka harus bertahan di posko-posko pengungsian yang disediakan pemerintah.

Mirisnya, pemerintah juga masih setengah hati memberikan perhatian kepeduliannya. Hal ini terlihat kondisi posko gedung KNPI Jalan Veteran Kabanjahe yang ditempati pengungsi asal Desa Berastepu,Kecamatan Namanteran yang kian memprihatinkan. Selain tak memiliki fasilitas mandi cuci kakus (MCK) yang tak memadai, kini atap gedung tua yang mereka tempati juga sudah rusak dan bocor.

“Kalau hujan turun, jangankan untuk tidur, duduk saja pun kami tak bisa. Padahal sekarang sedang musim hujan,”irih Ariani, salah seorang pengungsi saat ditemui Sumut Pos di lokasi, Rabu (8/3) siang. Kondisi itu kata wanita 35 tahun itu, sudah lama lama mereka laporkan, namun sampai hari ini tak ada juga tanggapan dari pemerintah.

Meski selama ini kebutuhan pangan dan sandang tercukupi, namun hal itu tak membuat mereka senang. ” Hidup ini bukan hanya untuk makan, kami januh di sini, kami rindu hidup normal seperti orang kebanyakan,”ungkap Ariani diamini pengungsi pengungsi lain dengan mata berkaca-kaca. Di satu sini, mereka mengaku iri pada pengungsi warga Rohingya (Myanmar) yang sudah bisa hidup mandiri, meski tinggal di negara orang lain.

MENARI: Seorang nenek menari bersama pengungsi lainnya di Posko Pengungsi Jalan Veteran Kabanjahe.(Solideo/SumutPos)

KABANJAHE, SUMUTPOS.CO -Pasrah dalam kesesakan dan ketidakpastian. Setidaknya kalimat ini yang menggambarkan kondisi ribuan jiwa warga pengungsi erupsi gunung Sinabung saat ini.

Meski tak dilanda kelaparan, namun tinggal bertahun-bertahun di posko pengungsian membuat mereka frustasi. Bagaimana kelanjutan hidup? Nasib dan masa depan anak-anak? Dimana mereka akan menetap? Pertanyaan ini yang terus “menghantui” pikiran mereka.

Sedang sampai detik ini, gunung Sinabung masih asik dengan “batuknya”. Abu vulkanik yang disemburkan telah pula menimbun desa mereka. Alhasil, untuk saat ini kembali ke kampung halaman masih menjadi hal yang mustahil. Tak pelak, meski sudah tak betah, namun mau tak mau mereka harus bertahan di posko-posko pengungsian yang disediakan pemerintah.

Mirisnya, pemerintah juga masih setengah hati memberikan perhatian kepeduliannya. Hal ini terlihat kondisi posko gedung KNPI Jalan Veteran Kabanjahe yang ditempati pengungsi asal Desa Berastepu,Kecamatan Namanteran yang kian memprihatinkan. Selain tak memiliki fasilitas mandi cuci kakus (MCK) yang tak memadai, kini atap gedung tua yang mereka tempati juga sudah rusak dan bocor.

“Kalau hujan turun, jangankan untuk tidur, duduk saja pun kami tak bisa. Padahal sekarang sedang musim hujan,”irih Ariani, salah seorang pengungsi saat ditemui Sumut Pos di lokasi, Rabu (8/3) siang. Kondisi itu kata wanita 35 tahun itu, sudah lama lama mereka laporkan, namun sampai hari ini tak ada juga tanggapan dari pemerintah.

Meski selama ini kebutuhan pangan dan sandang tercukupi, namun hal itu tak membuat mereka senang. ” Hidup ini bukan hanya untuk makan, kami januh di sini, kami rindu hidup normal seperti orang kebanyakan,”ungkap Ariani diamini pengungsi pengungsi lain dengan mata berkaca-kaca. Di satu sini, mereka mengaku iri pada pengungsi warga Rohingya (Myanmar) yang sudah bisa hidup mandiri, meski tinggal di negara orang lain.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/