MEDAN, SUMUTPOS.CO – Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, Surya Adinata mengaku tak sepaham dengan aksi tembak mati begal sadis yang marak terjadi. Pasalnya, dengan ditembak matinya pelaku kejahatan, polisi sudah melakukan vonis di luar proses pengadilan. Alangkah gawatnya bila orang
yang ditembak tersebut divonis tidak terlibat aksi kejahatan.
“Jadi saya melihat ada bentuk frustrasi
aparat kita dalam menegakkan hukum, menjaga ketertiban. Kalaulah ternyata yang ditembak mati itu ternyata bukan orang yang dituju, bagaimana,” kata Surya kepada Sumut Pos, kemarin malam.
Menurutnya, polisi memiliki pendidikan untuk menangani kejahatan. Sudah seharusnya dan sepatutnya, aparat lebih hebat dari penjahat. Artinya alasan kalau polisi menembak karena pelaku kriminal karena berusaha melukai petugas, itu tidak pas.
“Bagaimana lah mereka pelaku kejahatan bisa melukai polisi. Mereka ‘kan dilatih, berlari dan membela diri. Artinya opsi melakukan tembakan itu yang terakhir.
Kalaupun pelaku berusaha kabur tembakan itu harusnya melumpuhkan, bukan mematikan. Untuk itu mereka dilatih,” terangnya.
Dia sendiri menyayangkan sikap masyarakat yang tampaknya setuju dengan aksi koboi polisi. Dalam hal ini, polisi telah menyingkirkan HAM. “Ini yang harus diubah saya rasa. Perbanyak patroli dan cari apa akar permasalahan pelaku begal menjamur. Kalau narkoba, berantas
narkobanya. Kalau rawan di jalan, lakukan
patroli besar-besaran,” pungkasnya. (gus/prn)
MEDAN, SUMUTPOS.CO – Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, Surya Adinata mengaku tak sepaham dengan aksi tembak mati begal sadis yang marak terjadi. Pasalnya, dengan ditembak matinya pelaku kejahatan, polisi sudah melakukan vonis di luar proses pengadilan. Alangkah gawatnya bila orang
yang ditembak tersebut divonis tidak terlibat aksi kejahatan.
“Jadi saya melihat ada bentuk frustrasi
aparat kita dalam menegakkan hukum, menjaga ketertiban. Kalaulah ternyata yang ditembak mati itu ternyata bukan orang yang dituju, bagaimana,” kata Surya kepada Sumut Pos, kemarin malam.
Menurutnya, polisi memiliki pendidikan untuk menangani kejahatan. Sudah seharusnya dan sepatutnya, aparat lebih hebat dari penjahat. Artinya alasan kalau polisi menembak karena pelaku kriminal karena berusaha melukai petugas, itu tidak pas.
“Bagaimana lah mereka pelaku kejahatan bisa melukai polisi. Mereka ‘kan dilatih, berlari dan membela diri. Artinya opsi melakukan tembakan itu yang terakhir.
Kalaupun pelaku berusaha kabur tembakan itu harusnya melumpuhkan, bukan mematikan. Untuk itu mereka dilatih,” terangnya.
Dia sendiri menyayangkan sikap masyarakat yang tampaknya setuju dengan aksi koboi polisi. Dalam hal ini, polisi telah menyingkirkan HAM. “Ini yang harus diubah saya rasa. Perbanyak patroli dan cari apa akar permasalahan pelaku begal menjamur. Kalau narkoba, berantas
narkobanya. Kalau rawan di jalan, lakukan
patroli besar-besaran,” pungkasnya. (gus/prn)