Di Hanoi, lanjut Rizki, rencanaya akan melakukan kunjungan ke Fansipan Legend Complex, salah satu objek wisata yang dikelola dan dikembangkan oleh Sun Grup. Seperti diketahui Sun Group didirikan di Vietnam pada tahun 2007, dengan berfokus pada 4 bidang utama yaitu Convalescence Tourism, Luxury Real Estate, Amusement and Entertainment, Construction Investment.
“Di sana kami akan mempelajari perkembangan teknologi yang dilakukan Vietnam dalam pengembangan destinasi-destinasi pariwisata di Vietnam, untuk dapat diterapkan di destinasi-destinasi prioritas di Indonesia,” pungkas Rizki.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, soal Air Connectivity atau akses udara, Kemenpar terus memperbesar daya angkut atau seats capacity. Sedangkan urusan airline, airport dan authority soal angkutan udara itu domain-nya bukan di Kemenpar. “Dibutuhkan total collaboration, dengan Kemenhub, Airlines, Airnav, dan Angkasa Pura,” kata Menpar Arief Yahya.
Sejak dua bulan silam, problem “jembatan udara” buat Indonesia yang berkepulauan ini sudah terdeteksi. Karena itu Menpar Arief Yahya bersama tim Kemenpar melakukan roadshow ke industri Airlines, Angkasa Pura I-II dan Authority, dalam hal ini Kemenhub. Gaya swasta, tidak terlalu protokoler, langsung bicara seolah-olah seperti B to B, mencari solusi terbaik.
“Karena 75% wisatawan itu masuk ke tanah air dengan airlines. Lalu 24% dengan penyeberangan, dan 1% di perbatasan. Sentuh yang terbesar dulu, untuk quick win, termasuk dengan rencana VietJet Air ke tanah air dari Vietnam juga merupakan kabar yang menggembirakan,” ujar Menpar Arief Yahya. (rel)