30.6 C
Medan
Friday, May 17, 2024

80 Persen Sekolah SD Tak Punya Jamban Memadai

MEDAN- Berdasarkan sampel yang dilakukan NGO HeartIndo Medan, dari 600 SD di Kota Medan, hanya 20 persen yang memiliki fasilitan jamban yang memadai atau 80 persen tak punya jamban memadai. Selain itu, sekira 40 persen tidak memiliki sarana air bersih yang layak.
Hal itu diungkap Direktur HeratIndo Medan dr Apsari Diana Kusumatuti saat diskusi dengan Forum Wartawan KesehatanJumat (7/6). “Ini merupakan hasil sampling yang kita lakukan. Dari 600 SD, 40 persen tidak memiliki air bersih, temasuk 80 persen tak punya jamban yang baik,” katanya.

Selain ketersediaan sarana air bersih, lanjutnya, ketersediaan jamban di 600 SD yang di survei tersebut tidak sesuai dengan standar dan peraturan Kemenkes RI tentang jamban yang ideal. “Yah, Idealnya itu 1 kamar mandi itu digunakan oleh 50 anak laki-laki dan 1 kamar mandi untuk 40 anak perempuan. Sehingga, kalau siswanya 250 orang setidaknya ada 5 jamban. Namun, kenyataanya, 80 persen kondisi jamban di sekolah dasar tidak sesuai dengan jumlah siswa juga tidak memenuhi kriteria jamban yang ideal,” katanya.

Selain itu, lanjutnya, keberadaan kantin di sekolah tidak sesuai dengan yang diharapkan, seperti terjaganya kebersihan kantin. Artinya, kurangnya kebersihan dan keamanan jajanan. “Tahun 2013 ini, mengingat masih banyaknya permasalahan kesehatan dasar di masyarakat, konsentrasi yang kita lakukan yakni perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan mencuci tangan dengan sabun, menggosok gigi serta pentingnya sarapan pagi sebelum sekolah. Sebab, dengan sarapan pagi, 30 persen kebutuhan gizi anak terpenuhi,” ujarnya.

Sedikit dijelaskannya, proporsi penduduk yang benar mencuci tangan pakai sabun hanya 2,4 persen, menyikat gigi sesudah makan pagi hanya 11,6 persen, sebelum tidur malam hanya 38,9 persen. “Secara deskriptif kondisi perilaku di atas berdampak terhadap status kesehatan masyarakat seperti 57,5 persen penduduk yang mempunyai pengalaman peduli akan gigi,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Forum Wartawan Kesehatan (Forwakes) Zulnaidi mengatakan, pihaknya siap mendukung dalam mewujudkan perubahan perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik lagi yakni pentingnya hidup higenis. “Kita Forwakes siap membantu, karena itu memang tugas kami sebagai jurnalis untuk memberitakan atau mengedukasi masyarakat tentang pentingnya hidup sehat,” ungkap Nai.

Memang, katanya, jurnalis bukanlah seorang sinterklas, namun setidaknya kehadiran Forwakes serta wartawan lainnya yang meliput tentang layanan publik khususnya bidang kesehatan dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat untuk melakukan suatu perubahan. “Kami hanya bisa memberitakan dan menghalo-halokan tentang hal ini, tapi kita mencoba untuk menjadikan isu kesehatan sebaai isu yang seksi. Sehingga dapat menarik perhatian masyarakat. Akhirnya, dengan berita yang kita buat, masyarakat bisa mengerti,” katanya. (mag-13)

MEDAN- Berdasarkan sampel yang dilakukan NGO HeartIndo Medan, dari 600 SD di Kota Medan, hanya 20 persen yang memiliki fasilitan jamban yang memadai atau 80 persen tak punya jamban memadai. Selain itu, sekira 40 persen tidak memiliki sarana air bersih yang layak.
Hal itu diungkap Direktur HeratIndo Medan dr Apsari Diana Kusumatuti saat diskusi dengan Forum Wartawan KesehatanJumat (7/6). “Ini merupakan hasil sampling yang kita lakukan. Dari 600 SD, 40 persen tidak memiliki air bersih, temasuk 80 persen tak punya jamban yang baik,” katanya.

Selain ketersediaan sarana air bersih, lanjutnya, ketersediaan jamban di 600 SD yang di survei tersebut tidak sesuai dengan standar dan peraturan Kemenkes RI tentang jamban yang ideal. “Yah, Idealnya itu 1 kamar mandi itu digunakan oleh 50 anak laki-laki dan 1 kamar mandi untuk 40 anak perempuan. Sehingga, kalau siswanya 250 orang setidaknya ada 5 jamban. Namun, kenyataanya, 80 persen kondisi jamban di sekolah dasar tidak sesuai dengan jumlah siswa juga tidak memenuhi kriteria jamban yang ideal,” katanya.

Selain itu, lanjutnya, keberadaan kantin di sekolah tidak sesuai dengan yang diharapkan, seperti terjaganya kebersihan kantin. Artinya, kurangnya kebersihan dan keamanan jajanan. “Tahun 2013 ini, mengingat masih banyaknya permasalahan kesehatan dasar di masyarakat, konsentrasi yang kita lakukan yakni perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan mencuci tangan dengan sabun, menggosok gigi serta pentingnya sarapan pagi sebelum sekolah. Sebab, dengan sarapan pagi, 30 persen kebutuhan gizi anak terpenuhi,” ujarnya.

Sedikit dijelaskannya, proporsi penduduk yang benar mencuci tangan pakai sabun hanya 2,4 persen, menyikat gigi sesudah makan pagi hanya 11,6 persen, sebelum tidur malam hanya 38,9 persen. “Secara deskriptif kondisi perilaku di atas berdampak terhadap status kesehatan masyarakat seperti 57,5 persen penduduk yang mempunyai pengalaman peduli akan gigi,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Forum Wartawan Kesehatan (Forwakes) Zulnaidi mengatakan, pihaknya siap mendukung dalam mewujudkan perubahan perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik lagi yakni pentingnya hidup higenis. “Kita Forwakes siap membantu, karena itu memang tugas kami sebagai jurnalis untuk memberitakan atau mengedukasi masyarakat tentang pentingnya hidup sehat,” ungkap Nai.

Memang, katanya, jurnalis bukanlah seorang sinterklas, namun setidaknya kehadiran Forwakes serta wartawan lainnya yang meliput tentang layanan publik khususnya bidang kesehatan dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat untuk melakukan suatu perubahan. “Kami hanya bisa memberitakan dan menghalo-halokan tentang hal ini, tapi kita mencoba untuk menjadikan isu kesehatan sebaai isu yang seksi. Sehingga dapat menarik perhatian masyarakat. Akhirnya, dengan berita yang kita buat, masyarakat bisa mengerti,” katanya. (mag-13)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/