25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kompol Fahrizal Menembak Setelah Ada Bisikan

Kompol Fahrizal dikawal petugas.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Menjadi personel Kepolisian merupakan salah satu pekerjaan yang memiliki tingkat stres yang tinggi. Tekanan pekerjaan, membuat banyak di antara mereka yang kemudian rentan mengalami gangguan psikologis. Karenanya, diperlukan pemeriksaan psikologis yang mendalam bagi mereka.

“Trauma yang dialami selama tugas dan masalah pekerjaan lain membuat banyak yang kemudian mengalami gangguan stres paska trauma atau post-traumatic stress disorder, depresi dan mungkin mengalami gangguan skizofrenia,” kata Direktur Minauli Consulting, Irna Minauli kepada Sumut Pos, Minggu (8/4), menyikapi penembakan oleh Kompol Fahrizal terhadap adik iparnya sendiri di Jalan Tirtosari, Kelurahan Bantan, Medan Tembung, Rabu (4/4) malam lalu.

Dijelaskan Irna, Skizofrenia ditandai dengan ada halusinasi dan delusional. Halusinasi adalah gangguan dimana penderita seolah mendengar sesuatu atau melihat sesuatu yang tidak ada stimulusnya. Paling banyak adalah gangguan visual atau penglihatan dan auditory atau pendengaran. Sementara gangguan delusional ditandai dengan adanya pikiran-pikiran yang salah yang diyakini sebagai kebenaran.

“Bentuk dari gangguan delusional ini bisa berupa grandiose atau waham kebesaran, persecution atau waham dikejar-kejar dan paranoia,” tambahnya.

Meski begitu, disebut Irna, menentukan hal itu harus dilakukan pemeriksaan psikologis yang mendalam serta dilihat anamnesa dari penderita. Umumnya setiap gangguan jiwa sudah memiliki akar dari masa lalu. Ditegaskan Irna, jarang sekali atau hampir tidak pernah kejadian secara tiba-tiba. “Skizofrenia tidak terjadi secara spontan. Ada faktor predisposisi atau faktor pendahulu dan ada faktor trigger atau pemicu. Faktor predisposisi berupa gabungan antara faktor internal yakni kepribadian dan faktor eksternal yakni lingkungan, ” lanjut Irna.

Disinggung soal kronologis kejadian yang menyebutkan senjata awalnya diarahkan ke Ibu tersangka baru ke korban, diakuinya agak kompleks dalam menentukan hal itu. Disebutnya, bisa saja korban merupakan pemicu meski mungkin saja sumber utama stres stressor adalah ibunya. “Tapi ini semua masih berupa dugaan. Perlu penelusuran lebih mendalam. Terkadang mereka melampiaskan kemarahannya pada orang yang salah yang tidak berdaya, ” tandasnya.

Sebelumnya, Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Rina Sari Ginting menyebutkan, dari hasil penyidikan yang dilakukan, penembakan yang dilakukan mantan Kasat Reskrim Polresta Medan itu, setelah ia mendapatkan bisikan ketelinga sebelah kanannya. “Tersangka melakukan penembakan setelah ada bisikan. Bisikan itu kepadanya mengatakan, ini jahat tembak saja,” ungkap Rina, Sabtu (7/4).

Karenanya sambung Rina, untuk mengetahui kondisi kejiwaan Fahrizal, maka Poldasu juga telah melakukan  pemeriksaan atau tes kejiwaan MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) terhadap Kompol Fahrizal di ruangan Reskrimum Polda oleh dokter ahli jiwa. Dan akan dilanjutkan tes pemeriksaan kejiwaan lanjutan terhadap Kompol Fahrizal dan keluarga  oleh dokter ahli jiwa dari Pusdokkes Mabes Polri. “Sedangkan rencana tindak lanjut, akan melakukan uji balistik terhadap senjata yang digunakan,” jelasnya. Selain itu, Rina juga menyebutkan, jika kepolisian telah melakukan pemeriksaan terhadap 10 orang saksi. Masing-masing saksi terdiri dari 6 orang tetangga dan 4 orang dari pihak keluarga.

Kompol Fahrizal dikawal petugas.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Menjadi personel Kepolisian merupakan salah satu pekerjaan yang memiliki tingkat stres yang tinggi. Tekanan pekerjaan, membuat banyak di antara mereka yang kemudian rentan mengalami gangguan psikologis. Karenanya, diperlukan pemeriksaan psikologis yang mendalam bagi mereka.

“Trauma yang dialami selama tugas dan masalah pekerjaan lain membuat banyak yang kemudian mengalami gangguan stres paska trauma atau post-traumatic stress disorder, depresi dan mungkin mengalami gangguan skizofrenia,” kata Direktur Minauli Consulting, Irna Minauli kepada Sumut Pos, Minggu (8/4), menyikapi penembakan oleh Kompol Fahrizal terhadap adik iparnya sendiri di Jalan Tirtosari, Kelurahan Bantan, Medan Tembung, Rabu (4/4) malam lalu.

Dijelaskan Irna, Skizofrenia ditandai dengan ada halusinasi dan delusional. Halusinasi adalah gangguan dimana penderita seolah mendengar sesuatu atau melihat sesuatu yang tidak ada stimulusnya. Paling banyak adalah gangguan visual atau penglihatan dan auditory atau pendengaran. Sementara gangguan delusional ditandai dengan adanya pikiran-pikiran yang salah yang diyakini sebagai kebenaran.

“Bentuk dari gangguan delusional ini bisa berupa grandiose atau waham kebesaran, persecution atau waham dikejar-kejar dan paranoia,” tambahnya.

Meski begitu, disebut Irna, menentukan hal itu harus dilakukan pemeriksaan psikologis yang mendalam serta dilihat anamnesa dari penderita. Umumnya setiap gangguan jiwa sudah memiliki akar dari masa lalu. Ditegaskan Irna, jarang sekali atau hampir tidak pernah kejadian secara tiba-tiba. “Skizofrenia tidak terjadi secara spontan. Ada faktor predisposisi atau faktor pendahulu dan ada faktor trigger atau pemicu. Faktor predisposisi berupa gabungan antara faktor internal yakni kepribadian dan faktor eksternal yakni lingkungan, ” lanjut Irna.

Disinggung soal kronologis kejadian yang menyebutkan senjata awalnya diarahkan ke Ibu tersangka baru ke korban, diakuinya agak kompleks dalam menentukan hal itu. Disebutnya, bisa saja korban merupakan pemicu meski mungkin saja sumber utama stres stressor adalah ibunya. “Tapi ini semua masih berupa dugaan. Perlu penelusuran lebih mendalam. Terkadang mereka melampiaskan kemarahannya pada orang yang salah yang tidak berdaya, ” tandasnya.

Sebelumnya, Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Rina Sari Ginting menyebutkan, dari hasil penyidikan yang dilakukan, penembakan yang dilakukan mantan Kasat Reskrim Polresta Medan itu, setelah ia mendapatkan bisikan ketelinga sebelah kanannya. “Tersangka melakukan penembakan setelah ada bisikan. Bisikan itu kepadanya mengatakan, ini jahat tembak saja,” ungkap Rina, Sabtu (7/4).

Karenanya sambung Rina, untuk mengetahui kondisi kejiwaan Fahrizal, maka Poldasu juga telah melakukan  pemeriksaan atau tes kejiwaan MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) terhadap Kompol Fahrizal di ruangan Reskrimum Polda oleh dokter ahli jiwa. Dan akan dilanjutkan tes pemeriksaan kejiwaan lanjutan terhadap Kompol Fahrizal dan keluarga  oleh dokter ahli jiwa dari Pusdokkes Mabes Polri. “Sedangkan rencana tindak lanjut, akan melakukan uji balistik terhadap senjata yang digunakan,” jelasnya. Selain itu, Rina juga menyebutkan, jika kepolisian telah melakukan pemeriksaan terhadap 10 orang saksi. Masing-masing saksi terdiri dari 6 orang tetangga dan 4 orang dari pihak keluarga.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/