Dalam dua SEA Games terakhir, 2007 dan 2009, Indonesia berjaya di nomor lari bergengsi 100 meter dan 200 meter putra. Dominasi Suryo Agung tak terbendung. Tapi, mengapa dia memilih bakal absen di SEA Games 2011 yang dilaksanakan di rumah sendiri”
INDONESIA kembali menaruh harapan tinggi di cabang olahraga (cabor) atletik pada SEA Games 20011. Dua nomor bergengsi, 100 meter dan 200 meter putra, diharapkan bisa dipertahankan dalam even dua tahunan bangsa-bangsa Asia Tenggara yang tahun ini dilaksanakan di kandang sendiri.
Tentu, Suryo Agung Wibowo masih jadi andalan. Wajar karena lelaki kelahiran 8 Oktober 1983 tersebut merupakam pelari tercepat di Asia Tenggara. Buktinya, emas di nomor 100 meter dan 200 meter putra mampu disabetnya.
Bahkan, catatan waktu di nomor 100 meter Suryo cukup bagus, yakni 10, 25 detik di SEA Games 2007 Thailand serta 10,17 detik dalam SEA Games 2009 Laos. Catatan yang diukirnya di Laos juga memecahkan rekor nasional 10,20 atas nama Mardi Lestari yang bertahan selama 20 tahun.
Tapi, tiba-tiba Suryo memberi kabar mengejutkan. Dia memutuskan mundur dari pelatnas SEA Games 2011. Atlet asal Solo, Jawa Tengah (Jateng), itu pun telah menyerahkan surat pengunduran dirinya sejak 4 Mei lalu. Namun, sampai saat ini belum ada balasan secara resmi.
“Saya sudah memutusakan untuk resign dari pelatnas. Semua prosedur untuk pengunduran diri sudah saya serahkan,” katanya saat dihubungi Jawa Pos (Grup Sumut Pos).
Suryo optimistis balasan surat pengundurannya secara resmi segera diterima. Sebab, Sekjen PB PASI Tigor Tanjung telah menyetujui secara lisan mengenai keputusan yang diambilnya saat ditemui di kantornya.
Alasan pelari berusia 28 tahun tersebut mundur membela Indonesia karena harus menunaikan ibadah haji pada tahun ini. Keputusan itu sudah bulat karena sebelumnya dia telah menundanya berkali-kali sejak 2008.
Keinginannya segera menunaikan rukun Islam yang kelima itu karena sudah menjadi nazarnya sejak 2007. Saat itu, Suryo berhasil meraih medali emas pertamanya di SEA Games Thailand.
“Waktu itu, saya nazar untuk berangkat haji. Tapi ditunda-tunda terus karena untuk mempersiapakan diri. Saya kira sudah cukup menundanya karena sekarang ada kesempatan,” terangnya.
Sebenarnya, Suryo telah menjadwalkan naik haji pada 2010. Tapi, niat itu kembali ditundannya karena harus memperkuat Indonesia pada ajang Asian Games yang juga merupakan Asian Games pertamanya.
Suryo tak mau menunda kembali karena telah mempertimbangkannya secara matang-matang. Apalagi dalam beberapa bulan terakhir ada kejadian-kejadian kurang baik yang menimpanya, dari hasil instropeksinya, Suryo yakin itu merupakan peringatan untuk segera menunaikan nazarnya.
Terkait prestasi Indonesia, Suryo tidak terlalu khawatir. Dia optimistis kemampuan para juniornya yang saat ini tergabung dipelatnas sudah cukup bagus. selain itu, persiapan Indonesia sebagai tuan rumah juga cukup matang.
“Niat saya sudah bulat, karena ini sudah menjadi janji saya yang harus ditepati. Jangan karena diundur malah menjadi bumerang bagi saya. Toh, pemain-pemain yang muda sudah disiapkan oleh PB PASI,” ujar lelaki yang pernah merasakan dicoret tim sepak bola Persis Solo itu.
Nah, walaupun PB PASI sudah menyetujui, bukan berarti tidak ada hambatan baginya untuk mengundurkan diri. Menurut Suryo, pihak yang masih berat mengizinkan dan membuat surat resmi mundurunya tak kunjung keluar adalah Satlak Prima (program Indonesia Emas) dan KONI.
“Ini Prima masih nggondeli, saya dipanggil untuk menghadap ke Pak Hamidi (Sekjen Prima) Jumat (13/5) ini,” terang Suryo.
Mundurnya pelari andalan Indonesia itu juga dibenarkan Manajer Pelatnas Atletik SEA Games Paulus Lay. Dia menjelaskan bahwa PB PASI tidak masalah apabila ditinggal Suryo.
“Mau bagaimana lagi, itu sudah menjadi keputusannya apalgi sudah janji. Kami tidak bisa menghalanginya. Ini masalah hubungan dia dengan Tuhan yang sudah selayaknya harus diapresiasi,” terang lelaki yang juga menjabat sebagai Wakabid Binpres PB PASI.
Mengenai peluang Indonesia, Paulus tak mau ambil pusing. Menurutnya, komposisi atlet yang saat ini dimiliki oleh pelatnas sudah cukup bagus. (*)