Tiga kapal itu bukannya menjauh, melainkan terus mendekat hingga jarak tinggal 3 mil laut. Dari dek KRI Banjarmasin, tampaklah tiga kapal itu seperti kapal nelayan. Dek kapal itu cukup luas dan dilengkapi speedboat serta sebuah tangga untuk naik turun. “Tiga kapal itu mirip karakter kapal perompak Somalia,” tuturnya.
Biasanya, perompak Somalia membawa speedboat untuk mengejar kapal sasaran. Setelah kapal sasaran “tertangkap”, tangga yang mereka bawa dipasang menuju dek kapal korban. “Karakter kapal itulah yang membuat kemungkinan tiga kapal tersebut memang kapal perompak.”
Detik demi detik ketegangan itu terus memuncak. KRI Banjarmasin sudah bersiap melawan bila sewaktu-waktu tiga kapal tersebut berulah. Sebab, jarak mereka sudah sangat dekat. Ketika berada tepat di haluan KRI Banjarmasin, dengan kecepatan tinggi, tiga kapal itu ternyata melintas begitu saja. Mereka hanya show of force di depan KRI Banjarmasin.
“Kami sudah bersiap-siap menembak, eh ternyata mereka mengurungkan niat untuk merompak kami,” tutur Rakhmat lega sesaat setelah tiga kapal itu menghilang dari pandangan.
Perairan Somalia memang sangat berbahaya untuk dilewati. Karena itu, sejumlah negara membentuk tim gabungan yang bernama Combined Task Force 151. Tim tersebut akan mengawal kapal-kapal yang melewati “zona merah” itu. “Biasanya, kapal pesiar mendapat pengawalan ketat,” ungkapnya.
KRI Banjarmasin sama sekali tidak memerlukan pengawalan itu. Kapal perang buatan PT PAL 2009 tersebut cukup percaya diri untuk membelah perairan Somalia sendirian. “Masak kapal perang perlu dikawal untuk menghadapi para perompak” Kami siap menghadapi semua kondisi,” tegas Rakhmat.
Banyaknya perompak di perairan Somalia diperkirakan disebabkan miskinnya kondisi ekonomi Somalia. Pemerintah setempat tidak bisa lagi mengontrol rakyatnya. “Mungkin ada masalah dalam pemerintahan itu ditambah krisis yang membuat masyarakatnya mengalami kesulitan ekonomi. Untuk menyelesaikan masalah perompakan itu, ya harus diperbaiki dulu pemerintahan dan masyarakatnya,” paparnya.
Stanley memiliki cerita tersendiri mengenai perompak Somalia. Mei 2011, dia tergabung dalam operasi pembebasan kapal Indonesia yang disandera perompak Somalia, yakni KM Sinar Kudus. “Saya juga dinas di KRI Banjarmasin ini. Kami diperintah ke Somalia secara mendadak,” ujarnya.
Saat itu, seluruh ABK diminta masuk ke kapal. Dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, semua pintu keluar kapal dikunci rapat. Tidak ada ABK yang mengetahui akan ke mana kapal itu berlayar. Hanya komandan, palaksa, dan sejumlah perwira yang mengetahui tujuan KRI Banjarmasin. “Kami langsung menuju Somalia,” ungkapnya.