MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dari sekian banyak lokasi penularan yang dikhawatirkan menjadi klaster-klaster baru penularan Covid-19, seperti klaster perkantoran, pasar, sekolah dan lain-lain, klaster rumah tangga atau keluarga justru menjadi klaster penyebaran yang aktif saat ini. Pemerintah Kota (Pemko) Medan terus berusaha agar klaster-klaster keluarga dapat ditekan semaksimal mungkin.
“Saat ini, klaster keluarga yang cukup banyak menjadi penyebaran. Dalam lingkungan keluarga, penerapan protokol kesehatan seperti memakai masker dan menjaga jarak memang cukup jarang dilakukan,” kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Medan, dr Mardohar Tambunan MKes kepada Sumut Pos, Minggu (8/11).
Mardohar menyebutkan, kedisiplinan protokol kesehatan (prokes) di lingkungan kerja, lingkungan perkantoran dan lingkungan-lingkungan di luar rumah memang sudah mulai membaik. Itu sebabnya, saat ini klaster-klaster tersebut sudah semakin menurun dari hari ke hari.
Namun untuk lingkungan keluarga atau rumah tangga, hal itu justru bertumbuh. Sebab, kedisiplinan protokol kesehatan di dalam keluarga belum terbangun secara baik.
Khususnya para remaja yang biasa bepergian keluar rumah dan bertemu banyak orang di luar rumah. Banyak para remaja yang belum menerapkan protokol kesehatan baik di luar rumah, terlebih saat pulang ke rumah. Faktanya sepulang ke rumah, banyak remaja yang tidak langsung mencuci tangan. Padahal para remaja dan anggota keluarga lainnya, kemungkinan sudah melakukan kontak langsung dengan orang lain di luar rumah.
“Kita sangat berharap agar masyarakat dapat membangun kesadaran mulai dari keluarga. Memutus mata rantai penyebaran dari lingkungan keluarga akan sangat berdampak bagi penekanan angka penularan,” ujarnya.
Sebelumnya, Mardohar menyatakan, hingga Jumat (6/11) yang lalu, angka suspek Covid-19 di Kota Medan mencapai 304 orang. Sedangkan jumlah terkonfirmasi Covid-19 Kota Medan mencapai 6.953 orang. Sementara itu, untuk pasien yang telah sembuh dari Covid 19 ada sebanyak 5.329 orang dengan penambahan per Kamis (5/11) sebanyak 45 orang. Jumlah yang meninggal bertambah 1 orang menjadi 303 orang, dan jumlah pasien yang dirawat juga menurun dari 1.379 menjadi 1.321 orang.
“Artinya, sudah banyak penurunan kasus Covid 19 di Kota Medan, dan tingkat kesembuhan itu semakin lama semakin meningkat. Berarti kerja yang selama ini dilakukan sudah berjalan cukup baik dan sudah menampakkan titik terang, namun belum sempurna. Hal tersebut menandakan bahwa masyarakat sudah mulai sadar akan bahaya virus ini,” ujarnya.
Dikatakan Mardohar, berdasarkan data dari rumah sakit yang ada di Kota Medan, saat ini sudah mulai tersedia kamar inap yang kosong. Bahkan, saat ini yang cukup banyak justru jumlah Orang Tanpa Gejala (OTG).
“Penambahan kasus Covid-19 malah kebanyakan bukan dari kaum lansia, melainkan usia mulai dari 30-40 tahun. Itu biasanya memiliki keimunan yang kuat. Kemungkinan sanggup melakukan isolasi mandiri, di rumah, ataupun di tempat yang sudah disediakan pemerintah pusat,” ungkap Mardohar.
Meskipun begitu, tambah Mardohar, semua orang tetap harus memperhatikan pola hidup sehat dan menerapkan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di masa pandemi Covid 19 saat ini. AKB yang harus kita terapkan adalah memakai masker saat beraktivitas diluar rumah, mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer dan menjaga jarak antara satu dengan yang lain.
“Kaum muda ini lebih fleksibel dalam beraktifitas dan cukup susah untuk sadar mengenai Covid-19. Sebab gaya hidup mereka yang terbiasa untuk berinteraksi dengan orang lain, dan gemar beraktivitas di luar rumah seperti nongkrong di cafe. Saya bukan menyalahkan cafenya, tapi pada perilakunya yang belum menerapkan AKB ini,” tandasnya.
Terpisah, anggota Pansus Covid-19 DPRD Kota Medan, Afif Abdillah membenarkan jika saat ini keluarga atau rumah tangga sudah merupakan salah satu klaster penyebaran Covid-19 terbesar di Kota Medan. Peran aktif setiap anggota keluarga, khususnya orangtua dalam mendidik dan memberikan contoh bagi anak-anaknya, terutama remaja agar menerapkan protokol kesehatan adalah kunci keberhasilan menekan angka penyebaran Covid-19.
“Di luar rumah saja banyak anak remaja yang tidak pakai masker, tidak jaga jarak, dan tidak cuci tangan. Kalau dirazia Satpol PP karena tak pakai masker, mereka biasa saja. Mau ditahan KTP-nya, mereka belum punya KTP. Di suruh push-up, ya mereka push-up. Tapi ya begitu, besok lusa diulangi lagi. Walaupun kita akui, banyak juga remaja yang telah mengikuti protokol kesehatan juga,” katanya.
Sebaiknya, orangtua juga dapat menerapkan sistem reward and punishment (hadiah dan sanksi) bagi anak-anaknya yang mau menerapkan prokes secara disiplin, dan bagi anak-anaknya yang tidak mau menerapkan prokes dengan baik.
“Mungkin bisa diberikan sanksi untuk tidak keluar rumah karena dia tidak pakai masker. Atau mungkin bisa dipotong uang saku nya agar tidak terlalu banyak berada diluar rumah. Pastinya, orangtua juga bisa menegur anaknya dengan tegas,” jelasnya.
Faktanya anak-anak di Kota Medan, lanjut Afif, termasuk anak remaja, masih takut kepada orangtuanya saat orangtuanya marah.
“Bahkan dibandingkan Satpol PP, anak remaja masih lebih takut sama mamaknya. Harusnya ini jadi modal kuat bagi kita dalam merubah kebiasaan sebagian dari anak-anak kita, termasuk para remaja yang masih belum disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan,” pungkasnya. (map)
Perilaku 3M Jadi ‘Vaksin’
Vaksin Covid-19 yang diharapkan akan dapat menghentikan wabah corona, masih dalam tahap uji klinis sehingga belum bisa diberikan kepada masyarakat. Karena itu, perilaku 3M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun serta menjaga jarak dan hindari kerumunan) menjadi ‘vaksin’ dalam upaya menangkal dan mencegah penyebaran corona.
Jubir Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, dr Aris Yudhariansyah, mengatakan sudah ada vaksin yang bisa digunakan untuk mencegah penularan virus corona. Vaksin tersebut adalah 3M. “Vaksin ‘kan sesuatu yang menciptakan imunitas kita meningkat. Jadi, sampai menunggu vaksinasi dilakukan, 3M itulah yang harus selalu diterapkan oleh masyarakat dan 3M itu tidak perlu uji klinis,” ujar Aris, Minggu (8/11).
Aris juga mengatakan, terkait vaksinasi yang akan dilakukan pada bulan November ini, pihaknya masih berpedoman dengan surat edaran yang disampaikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI beberapa waktu lalu. Kata dia, vaksin yang mau disampaikan harus sudah dalam tahap tiga uji klinis yang bila lulus dan kemudian dapat langsung dilaksanakan.
“Itu (vaksin) yang impor. Kalau vaksin dalam negeri belum dan mungkin masih dalam tahap uji klinis juga. Mudah-mudahan uji klinisnya selesai,” cetusnya.
Aris menuturkan, penularan Covid-19 di Sumut masih terus terjadi. Namun demikian, penderita yang sembuh dari corona juga kian bertambah. Berdasarkan data terbaru hingga Minggu sore, angka positif bertambah 78 orang dan totalnya kini menjadi 13.743 orang. Penambahan terbanyak berasal dari Kota Medan 22 orang. Selanjutnya, disusul dari Deliserdang 14 orang, Karo 11 orang, Nias Selatan dan Gunungsitoli 10 orang, Batubara 4 orang, Simalungun 3 orang, Langkat 2 orang, Sibolga dan Serdang Bedagai 1 orang.
Sedangkan penambahan angka kesembuhan, diperoleh sebanyak 58 orang dan akumulasinya menjadi 11.239 orang. Jumlah terbanyak juga diperoleh dari Kota Medan 32 orang dan Deliserdang 15 orang. Kemudian, Langkat dan Serdang Bedagai 3 orang, Tanjung Balai, Binjai, Simalungun, Karo, dan Samosir 1 orang.
“Untuk kasus pasien meninggal akibat terpapar Covid-19 juga bertambah tetapi kali ini hanya 2 orang yang berasal dari Medan dan Tanjung Balai. Kini, totalnya menjadi 564 orang,” papar Aris.
Ia menambahkan, untuk kasus suspek tidak ada penambahan alias berkurang 36 orang dari 692 jumlah sebelumnya. Saat ini, akumulasi kasus suspek menjadi 656 orang. Sementara, jumlah spesimen yang diperiksa mencapai 154.926 sampel.
Terpisah, Ketua IDI Cabang Medan dr Wijaya Juwarna SpTHT-KL menyampaikan, salah satu perilaku 3M yang perlu diperhatikan adalah penggunaan masker. Ada banyak jenis masker yang bisa dipakai, seperti masker kain. “Masker kain bisa dipakai tetapi harus dicuci. Cara mencucinya perlu diperhatikan pula agar tetap efektif mencegah penyebaran Covid-19. Hal itu agar tidak ada virus, bakteri, atau jenis kuman lain yang tertinggal dan membahayakan kesehatan,” ujarnya.
Ditegaskan Wijaya, satu masker kain hanya boleh digunakan oleh satu orang. Selain itu, tidak boleh digunakan secara bergantian dengan orang lain. Apabila basah atau kotor, masker harus diganti. “Lepas masker dari bagian samping tanpa menyentuh bagian depannya. Jangan pegang wajah usai melepas masker, sebelum mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer. Jika ada bagian masker yang rusak atau bolong, lebih baik masker kain tidak digunakan kembali,” jabarnya.
Wijaya mengimbau, masker kain harus dicuci secara rutin dan digunakan dengan hati-hati agar tidak terkontaminasi dari barang-barang lainnya. Cucilah masker sesuai dengan kemampuan atau toleransi bahan kain tersebut terhadap air panas. Jika memungkinkan, cucilah masker menggunakan air dengan suhu 60 derajat celcius menggunakan sabun atau deterjen. “Cucilah masker tanpa menguceknya terlalu sering. Jika tidak ada air panas, cuci masker menggunakan sabun atau deterjen dengan air suhu ruangan. Kemudian, dilanjutkan merebus masker kain selama 1 menit, menguceknya selama 1 menit dalam larutan klorin 0,1 persen. Kemudian, bilas kembali dengan air biasa,” imbuhnya. (map/ris)