Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek menuturkan, bantuan untuk keperluan pos kesehatan sudah dikirim melalui Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Medan. Bantuan yang dimobilisasi berupa 59 set hygiene kit perorangan, 30 set higiene kit Keluaga, 100 buah jerigen lipat, 11 kotak sarung tangan, 950 buah plastik sampah infeksius, 1200 buah plastic sampah domestic, 50 kotak box sampah infeksius, 2 kotak lem lalat cap gajah, 10 buah kantong mayat, dan 40 kotak masker.
”Selain itu, dilakukan mobilisasi tenaga medis juga dari seluruh kabupaten di Provinsi Aceh,” ujarnya.
Rinciannya, 2 dokter umum dan 10 perawat dari Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK) Aceh; tim anastesi, 2 dokter spesialis orhopedi, 4 residen bedah, 2 dokter umum, 3 perawat bedah, tim depo farmasi, dan 2 unit ambulan dari RSUD Zainal Abidin, Banda Aceh; 1 dokter spesialis orthopedic, 1 doker bedah, dan 3 perawat dari RSUD Bireun; 1 dokter umum, 1 dokter spesialis forensic, 6 paramedis, dan 2 unit ambulan dari Bidang kedokteran dan kesehatan (Biddokkes) Polda Aceh; 1 dokter anestesi, 1 dokter spesialis bedah, 4 dokter umum, 2 perawat dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh Timur.
Kemudian, Kabupaten Aceh Besar mengirim 1 dokter spesialis bedah dan 7 perawat, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) mengirim konsulen dan 10 PPDS, Kabupaten Aceh Utara mengirim 1 dokter spesialis bedah, 1 dokter THT, 4 dokter umum, 2 perawat, dan 8 perawat PSC, RS Meuraxa mengirim 1 dokter spesialis bedah, 1 dokter orthopedic, 1 dokter umum, 2 perawat, RS Prince Nayef 1 dokter umum serta RS Datu Beru yang mengirim 1 dokter anastesi, 1 dokter bedah, 1 dokter anak, 1 dokter penyakit dalam dan 8 perawat untuk membantu warga terdampak.
Bahu membahu dalam penanganan dampak bencana ini juga turut dilakukan Kementerian sosial (Kemensos). Setelah menerjunkan tagana dan membuat dapur umum untuk pemenuhan permakanan korban, gentian tim trauma healing yang diturunkan oleh Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa.
Tim ditugaskan untuk mendirikan pondok anak ceria di 7 posko yang ada. Di Pondok Anak Ceria tersebut, anak-anak nantinya diajak belajar, bermain, bernyanyi, dan berbagai kegiatan kesenian lainnya.
”Pondok Anak Ceria dikelola oleh para profesional yang terdiri dari psikolog, mahasiswa dan relawan yang berkonsentrasi terhadap psiko sosial dan pertumbuhan anak di tengah bencana, guna mendukung dan memahami kebutuhan anak,” paparnya.
Selain itu, ada Kak Seto dan Kak Henny Poerwonegoro juga secara khusus menghibur anak-anak korban bencana. Harapannya, mereka bisa melupakan bencana gempa yang baru saja dialami.
Di sisi lain, proses pencarian korban masih terus dilakukan meski dengan kemampuan terbatas. Diakui Sutopo, pada proses evakuasi ini ketersediaan alat berat dan jalan yang terlalu sempit untuk dilalui alat berat masih jadi kendala utama. Disamping, kondisi cuaca yang juga kadang tidak sesuai dengan harapan. Seperti hujan deras yang mengguyur di sejumlah tempat.
”Lebih dari 1.460 personel terlibat dalam proses darurat gempa ini, baik personel yang berasal dari unsur BNPB, BPBD, TNI/Polri, kementerian/lembaga, dinas, relawan dan masyarakat,” ungkapnya.