30 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Bumi Berguncang Sebelum Azan Subuh: Panik, Histeris, Sesak

Jalan negara Banda Aceh -Medan, tepatnya di Pante Raja rusak akibat gempa 6,5 SR di Pidie Jaya, Rabu (7/12).
Jalan negara Banda Aceh -Medan, tepatnya di Pante Raja rusak akibat gempa 6,5 SR di Pidie Jaya, Rabu (7/12).

BUMI berguncang semenit jelang azan berkumandang.  Bilal Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, masih terdengar suaranya dari pengeras suara.

“La Ilaha Illallah,” lafalnya berulang, saat bandul jam persis pukul 05.30 WIB (waktu salat Subuh wilayah Banda Aceh), Rabu (7/12).

Warga berhamburan keluar rumahnya. Panik. Histeris. Tangis anak-anak dan perempuan. Bercampur dengan lafal yang sama, “La Ilaha Illallah.”

Seluruh bangunan meliuk dan tanah terguncang 15 detik lamanya. Warga Banda Aceh di pesisir maupun perkotaan, memilih meninggalkan rumah mencari selamat.

Begitu pula di pesisir Aceh Besar. Warga Kajhu, bahkan bersiap mengungsi. Jalan Banda Aceh-Krueng Raya sempat sesak kenderaan.

“Kami takut tsunami. Sebelum terjadi kami harus selamatkan diri,” kata Rahima, warga Kajhu.

“Masyarakat lari ke tempat yang aman seperti perbukitan dan ketinggian lainnya,” kata Pusdalops BPBD ACEH BESAR, Iqbal.

Walau di sejumlah titik listrik padam, untungnya, jaringan telekomunikasi masih menyala.

Hingga informasi awal BMKG tersebar luas, bunyinya; magnitude 6.4 skala richter (sebelum update menjadi 6.5), 07 Desember 2016, pukul 05.03 WIB.

Lokasi 5.19 Lintang Utara 96.36 Bujur Timur atau 18 kilometer dari timur laut, Kabupaten Pidie Jaya, kedalaman 10 kilometer.

“Tidak berpotensi tsunami,” kata itulah yang sedikit menurunkan kepanikan warga.

Apalagi, para relawan radio amatir berdiri di persimpangan jalan, bahkan sosialisasikan info tersebut ke masyarakat pesisir; tidak ada tsunami.

Jalan negara Banda Aceh -Medan, tepatnya di Pante Raja rusak akibat gempa 6,5 SR di Pidie Jaya, Rabu (7/12).
Jalan negara Banda Aceh -Medan, tepatnya di Pante Raja rusak akibat gempa 6,5 SR di Pidie Jaya, Rabu (7/12).

BUMI berguncang semenit jelang azan berkumandang.  Bilal Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, masih terdengar suaranya dari pengeras suara.

“La Ilaha Illallah,” lafalnya berulang, saat bandul jam persis pukul 05.30 WIB (waktu salat Subuh wilayah Banda Aceh), Rabu (7/12).

Warga berhamburan keluar rumahnya. Panik. Histeris. Tangis anak-anak dan perempuan. Bercampur dengan lafal yang sama, “La Ilaha Illallah.”

Seluruh bangunan meliuk dan tanah terguncang 15 detik lamanya. Warga Banda Aceh di pesisir maupun perkotaan, memilih meninggalkan rumah mencari selamat.

Begitu pula di pesisir Aceh Besar. Warga Kajhu, bahkan bersiap mengungsi. Jalan Banda Aceh-Krueng Raya sempat sesak kenderaan.

“Kami takut tsunami. Sebelum terjadi kami harus selamatkan diri,” kata Rahima, warga Kajhu.

“Masyarakat lari ke tempat yang aman seperti perbukitan dan ketinggian lainnya,” kata Pusdalops BPBD ACEH BESAR, Iqbal.

Walau di sejumlah titik listrik padam, untungnya, jaringan telekomunikasi masih menyala.

Hingga informasi awal BMKG tersebar luas, bunyinya; magnitude 6.4 skala richter (sebelum update menjadi 6.5), 07 Desember 2016, pukul 05.03 WIB.

Lokasi 5.19 Lintang Utara 96.36 Bujur Timur atau 18 kilometer dari timur laut, Kabupaten Pidie Jaya, kedalaman 10 kilometer.

“Tidak berpotensi tsunami,” kata itulah yang sedikit menurunkan kepanikan warga.

Apalagi, para relawan radio amatir berdiri di persimpangan jalan, bahkan sosialisasikan info tersebut ke masyarakat pesisir; tidak ada tsunami.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/