26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Sayang, tak Ada Cagubsu Perempuan

MEDAN-Jumlah pemilih perempuan lebih banyak dibanding pria di Sumut patut disayangkan. Pasalnya, dari calon yang ada – baik cagub maupun cawagubsu – tak ada yang perempuan.

Hal ini diungkapkan Pengamat Komunikasi Politik, Syafrudin Pohan, Rabu (9/1). “Karena jumlah pemilih perempuan lebih tinggi, tentu saja kontribusinya sangat penting. Tapi ini yang menjadi paradoks. Perempuan besar. Jumlahnya tapi tak satupun maju dalam Pilgubsu,” ungkapnyan
Selain itu, Syafrudin menilai selama ini pemilih perempuan hanya diberikan cek kosong (blank cheques) oleh para cagubsu-cawagubsu yang dijadikan penyumbang suara. Sebab pemilih perempuan berpotensi menjadi ‘swing voters’ atau menentukan pilihannya di saat-saat terakhir menjelang Pilgubsu.

“Memang yang dilakukan beberapa pasangan calon meraih suara perempuan sangat efektif dalam Pilgubsu nanti. Karena kaum perempuan ini yang paling aktif menyalurkan hak-hak politiknya. Tapi sayangnya mereka selalu diberikan cek kosong. Artinya perempuan hanya dijadikan sebagai pencapaian-pencapaian untuk memperoleh kekuasaan. Ini yang saya lihat,” jelasnya.

Syafrudin menyatakan suara pemilih perempuan sebenarnya memberikan kontribusi penting dalam Pilgubsu nantinya. Walaupun tidak ada calon yang mewakili perempuan yang maju pada Pilgubsu mendatang. Sayangnya dalam Pilgubsu ini, kata Syafrudin, tak satu pun pasangan calon yang menyuarakan visi-misinya untuk memperjuangkan kaum perempuan. Di sinilah harusnya pemilih dari kaum perempuan bisa menilai apakah pasangan calon benar-benar memperjuangkan pemilih perempuan atau hanya perempuan diletakkan pada sisi seremonial belaka.

“Contohnya, ada beberapa pasangan calon yang mencoba meraih suara pada ibu-ibu per-wirit-an dan sebagainya. Tapi pada akhirnya, suara perempuan hanya ditempatkan sebagai seremonial saja. Dalam komunikasi politik, perempuan sebenarnya loyal tapi seringkali ditinggal. Artinya pemilih perempuan sering dimanfaatkan untuk meraih suara saja,” jelasnya.

Diharapkan kedepannya tema-tema kampanye para pasangan calon bukan hanya memanfaatkan para pemilih khususnya pemilih perempuan untuk meraih suara tertinggi pada Pilgubsu nantinya. “Memang ada masa ‘mengambang’. Artinya pemilih ini belum memiliki calon pilihan yang tetap. Inilah yang dijadikan peluang bagi pasangan calon. Tapi sebaiknya para pasangan calon tidak sekadar memanfaatkan pemilih dari perempuan. Sebaiknya memang ada isu central untuk memperjuangkan perempuan,” tegasnya.

Sebelumnya, Ketua KPU Sumut, Irham Buana Nasution menyatakan dalam rapat pleno terbuka, 33 Kabupaten/Kota telah menyerahkan data rekapitulasi jumlah pemilih di daerahnya. Berdasarkan data rekapitulasi KPUSumut, jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Sumut pada Pilgubsu mendatang mencapai 10,295,013 juta jiwa. Jumlah pemilih perempuan lebih tinggi yakni 5,203,864 juta jiwa dibanding jumlah pemilih laki-laki yakni 5,091,149 juta jiwa. (far)

MEDAN-Jumlah pemilih perempuan lebih banyak dibanding pria di Sumut patut disayangkan. Pasalnya, dari calon yang ada – baik cagub maupun cawagubsu – tak ada yang perempuan.

Hal ini diungkapkan Pengamat Komunikasi Politik, Syafrudin Pohan, Rabu (9/1). “Karena jumlah pemilih perempuan lebih tinggi, tentu saja kontribusinya sangat penting. Tapi ini yang menjadi paradoks. Perempuan besar. Jumlahnya tapi tak satupun maju dalam Pilgubsu,” ungkapnyan
Selain itu, Syafrudin menilai selama ini pemilih perempuan hanya diberikan cek kosong (blank cheques) oleh para cagubsu-cawagubsu yang dijadikan penyumbang suara. Sebab pemilih perempuan berpotensi menjadi ‘swing voters’ atau menentukan pilihannya di saat-saat terakhir menjelang Pilgubsu.

“Memang yang dilakukan beberapa pasangan calon meraih suara perempuan sangat efektif dalam Pilgubsu nanti. Karena kaum perempuan ini yang paling aktif menyalurkan hak-hak politiknya. Tapi sayangnya mereka selalu diberikan cek kosong. Artinya perempuan hanya dijadikan sebagai pencapaian-pencapaian untuk memperoleh kekuasaan. Ini yang saya lihat,” jelasnya.

Syafrudin menyatakan suara pemilih perempuan sebenarnya memberikan kontribusi penting dalam Pilgubsu nantinya. Walaupun tidak ada calon yang mewakili perempuan yang maju pada Pilgubsu mendatang. Sayangnya dalam Pilgubsu ini, kata Syafrudin, tak satu pun pasangan calon yang menyuarakan visi-misinya untuk memperjuangkan kaum perempuan. Di sinilah harusnya pemilih dari kaum perempuan bisa menilai apakah pasangan calon benar-benar memperjuangkan pemilih perempuan atau hanya perempuan diletakkan pada sisi seremonial belaka.

“Contohnya, ada beberapa pasangan calon yang mencoba meraih suara pada ibu-ibu per-wirit-an dan sebagainya. Tapi pada akhirnya, suara perempuan hanya ditempatkan sebagai seremonial saja. Dalam komunikasi politik, perempuan sebenarnya loyal tapi seringkali ditinggal. Artinya pemilih perempuan sering dimanfaatkan untuk meraih suara saja,” jelasnya.

Diharapkan kedepannya tema-tema kampanye para pasangan calon bukan hanya memanfaatkan para pemilih khususnya pemilih perempuan untuk meraih suara tertinggi pada Pilgubsu nantinya. “Memang ada masa ‘mengambang’. Artinya pemilih ini belum memiliki calon pilihan yang tetap. Inilah yang dijadikan peluang bagi pasangan calon. Tapi sebaiknya para pasangan calon tidak sekadar memanfaatkan pemilih dari perempuan. Sebaiknya memang ada isu central untuk memperjuangkan perempuan,” tegasnya.

Sebelumnya, Ketua KPU Sumut, Irham Buana Nasution menyatakan dalam rapat pleno terbuka, 33 Kabupaten/Kota telah menyerahkan data rekapitulasi jumlah pemilih di daerahnya. Berdasarkan data rekapitulasi KPUSumut, jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Sumut pada Pilgubsu mendatang mencapai 10,295,013 juta jiwa. Jumlah pemilih perempuan lebih tinggi yakni 5,203,864 juta jiwa dibanding jumlah pemilih laki-laki yakni 5,091,149 juta jiwa. (far)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/