28.9 C
Medan
Sunday, May 12, 2024

Banjir Masih Mengancam Kota Medan

 Ribuan Rumah Terendam

Ribuan
Rumah
Terendam

MEDAN-Banjir akibat meluapnya Sungai Babura dan Sungai Deli berangsur-angsur surut. Warga yang menjadi korban sudah mulai kembali ke rumahnya masing-masing. Begitu pun masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran sungai diminta untuk tetap waspada mengingat kondisi Kota Medan tengah memasuki musim penghujan.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kota Medan Hannalore Simanjuntak menyebutkan dari laporan relawan yang diterimanya,
bahwasannya saati ini kondisi air yang tergenang sudah mulai surutn
Begitu pun Hannalore tetap mempringatkan warga untuk tetap berhati-hati mengingat curah hujan saat ini tengah memaskui puncaknya.
Dikatakan Hanna hujan yang mengguyur Kota Medan bukan penyebab satu-satunya banjir, melainkan karena kiriman air dari daerah pegunungan.
“Banjir saat ini bukan karena hujan saja tapi termasuk kiriman air dari daerah pegunungan,” sebutnya.
Kata wanita berkacamata ini, untuk menanggulangi bencana saat ini harus dilakukan normalisasi Sungai Babura dan Sungai Deli.”Saya pikir dilakukannya normalisasi sungai adalah hal wajib yang harus dibuat guna mencegah kejadian ini terulang lagi, walau tantangannya harus merelokasi warga yang tinggal di pinggiran sungai,” ungkapnya.
Namun begitu untuk melakukan normalisasi sungai perlu melibatkan banyak pihak seperti Balai Sungai, Pemko Medan dan warga yang tinggal di pinggiran sungai. “Perlu peran dari semua pihak guna mempercepat di lakukannya normalisasi,” tuturnya. Sebelumnya, di katakan Hanna ada sekitar 1.979 Jiwa dari 665 Kepala Keluarga harus mengungsi akibat banjir lumpur yang menggenang rumah warga.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kora Medan, Zulkarnain mengakatakan  Balai Wilayah Sungai Sumatera II (BWSS II) telah memiliki program normalisasi Sungai Deli dan Babura.
Program normalisasi sungai. Oleh BWSS II sudah memiliki Detail Engineering Design (DED) tapi semua tidak bisa terlaksana dengan maksimal karena terhalang oleh padatnya pemukiman yang berada persis di bibir sungai. “Pemko Medan  mendesak BWSS II untuk mempercepat normalisasi sungai, tapi semuanya terhambat dengan padatnya pemukiman penduduk. Kesulitan yang dirasakan seperti meletakkan alat berat,” kata Zulkarnain.
Proses melakukan normalisasi sungai Deli dan Babura memerlukan dukungan semua unsur masyarakat yang berdekatan dengan daerah aliran sungai (DAS).
Sebenarnya saat ini ada masyarakat yang sudah ingin pindah, namun  karena alasan tertentu dan masih banyak yang bertahan maka lebih memilih bertahan sehingga sangat menyulitkan pemerintah untuk melakukan normalisasi sungai.
BWSS II, kata dia,  saat ini sudah melakukan revitalisasi
sungai di kawasan hilir, tetapi sangat disayangkan setelah normalisasi sungai dilakukan malah banyak warga yang tinggal dan membangun tempat tinggal di benteng-benteng bekas galian normalisasi.
Jika normalisasi sungai bisa menyeluruh tentunya sangat bermanfaatkan, tidak hanya terkait dengan masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungai (DAS) tetapi terkait bagaimana kita mengoptimalkan fungsi sungai maka Pemko bisa membangun jalan-jalan alternatif yang mampu mengurangi kemacetan lalu-lintas. “Jadi, jalan baru tersebut bisa mengurangi
kemacatan dan menambah penghijauan dengan menanam pohon,” sebutnya.
Menurutnya, Pemko Medan setiap tahun mengusulkan kepada Kemenpera agar membangun rusunawa di Medan.  Tetapi, ternyata ada sejumlah syarat yang harus diklarifikasi terutama masalah lokasi yang akan dibangun dan yang terpenting masyarakat yang akan direlokasi punya komitmen yang kuat untuk menempati rusunawa tersebut.
“Memang tidak mudah menentukan lokasi, tetapi harus didiskusikan antara Pemko Medan dan masyarakat. Saat ini banyak rusunawa yang sudah
dibangun tapi realitas masih banyak yang belum ditempati,” tandasnya.

Sementara, banjir masih berlangsung di lintas jalan raya, Medan-Tanjungmorawa Jalan Sisingamangaraja, persis di depan Tamora Indah, Rabu (16/10). Ketinggian air mencapai 30 centimeter.

Banjir itu dampak dari hujan yang terus melanda kota Medan, dalam beberapa hari ini. “Banjir ini, karena hujan tadi malam (Selasa 14/10,red), karena itu, lah air terus tinggi,” sebut Anton warga sekitar. Namun, banjir ini, tidak sampai masuk ke rumah warga hanya sebagian saja.
Akibat banjir itu, arus lalulintas menjadi macet. Pasalnya, laju kendaraan bermotor yang melintas itu, harus memperlambat laju, ada juga pengendara sepeda motor, berhenti, kemudian membuka sepatu lalu menggulung celana panjangnya agar tidak basah, karena banjir di ruas jalan.(dik/gus)

 Ribuan Rumah Terendam

Ribuan
Rumah
Terendam

MEDAN-Banjir akibat meluapnya Sungai Babura dan Sungai Deli berangsur-angsur surut. Warga yang menjadi korban sudah mulai kembali ke rumahnya masing-masing. Begitu pun masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran sungai diminta untuk tetap waspada mengingat kondisi Kota Medan tengah memasuki musim penghujan.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kota Medan Hannalore Simanjuntak menyebutkan dari laporan relawan yang diterimanya,
bahwasannya saati ini kondisi air yang tergenang sudah mulai surutn
Begitu pun Hannalore tetap mempringatkan warga untuk tetap berhati-hati mengingat curah hujan saat ini tengah memaskui puncaknya.
Dikatakan Hanna hujan yang mengguyur Kota Medan bukan penyebab satu-satunya banjir, melainkan karena kiriman air dari daerah pegunungan.
“Banjir saat ini bukan karena hujan saja tapi termasuk kiriman air dari daerah pegunungan,” sebutnya.
Kata wanita berkacamata ini, untuk menanggulangi bencana saat ini harus dilakukan normalisasi Sungai Babura dan Sungai Deli.”Saya pikir dilakukannya normalisasi sungai adalah hal wajib yang harus dibuat guna mencegah kejadian ini terulang lagi, walau tantangannya harus merelokasi warga yang tinggal di pinggiran sungai,” ungkapnya.
Namun begitu untuk melakukan normalisasi sungai perlu melibatkan banyak pihak seperti Balai Sungai, Pemko Medan dan warga yang tinggal di pinggiran sungai. “Perlu peran dari semua pihak guna mempercepat di lakukannya normalisasi,” tuturnya. Sebelumnya, di katakan Hanna ada sekitar 1.979 Jiwa dari 665 Kepala Keluarga harus mengungsi akibat banjir lumpur yang menggenang rumah warga.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kora Medan, Zulkarnain mengakatakan  Balai Wilayah Sungai Sumatera II (BWSS II) telah memiliki program normalisasi Sungai Deli dan Babura.
Program normalisasi sungai. Oleh BWSS II sudah memiliki Detail Engineering Design (DED) tapi semua tidak bisa terlaksana dengan maksimal karena terhalang oleh padatnya pemukiman yang berada persis di bibir sungai. “Pemko Medan  mendesak BWSS II untuk mempercepat normalisasi sungai, tapi semuanya terhambat dengan padatnya pemukiman penduduk. Kesulitan yang dirasakan seperti meletakkan alat berat,” kata Zulkarnain.
Proses melakukan normalisasi sungai Deli dan Babura memerlukan dukungan semua unsur masyarakat yang berdekatan dengan daerah aliran sungai (DAS).
Sebenarnya saat ini ada masyarakat yang sudah ingin pindah, namun  karena alasan tertentu dan masih banyak yang bertahan maka lebih memilih bertahan sehingga sangat menyulitkan pemerintah untuk melakukan normalisasi sungai.
BWSS II, kata dia,  saat ini sudah melakukan revitalisasi
sungai di kawasan hilir, tetapi sangat disayangkan setelah normalisasi sungai dilakukan malah banyak warga yang tinggal dan membangun tempat tinggal di benteng-benteng bekas galian normalisasi.
Jika normalisasi sungai bisa menyeluruh tentunya sangat bermanfaatkan, tidak hanya terkait dengan masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungai (DAS) tetapi terkait bagaimana kita mengoptimalkan fungsi sungai maka Pemko bisa membangun jalan-jalan alternatif yang mampu mengurangi kemacetan lalu-lintas. “Jadi, jalan baru tersebut bisa mengurangi
kemacatan dan menambah penghijauan dengan menanam pohon,” sebutnya.
Menurutnya, Pemko Medan setiap tahun mengusulkan kepada Kemenpera agar membangun rusunawa di Medan.  Tetapi, ternyata ada sejumlah syarat yang harus diklarifikasi terutama masalah lokasi yang akan dibangun dan yang terpenting masyarakat yang akan direlokasi punya komitmen yang kuat untuk menempati rusunawa tersebut.
“Memang tidak mudah menentukan lokasi, tetapi harus didiskusikan antara Pemko Medan dan masyarakat. Saat ini banyak rusunawa yang sudah
dibangun tapi realitas masih banyak yang belum ditempati,” tandasnya.

Sementara, banjir masih berlangsung di lintas jalan raya, Medan-Tanjungmorawa Jalan Sisingamangaraja, persis di depan Tamora Indah, Rabu (16/10). Ketinggian air mencapai 30 centimeter.

Banjir itu dampak dari hujan yang terus melanda kota Medan, dalam beberapa hari ini. “Banjir ini, karena hujan tadi malam (Selasa 14/10,red), karena itu, lah air terus tinggi,” sebut Anton warga sekitar. Namun, banjir ini, tidak sampai masuk ke rumah warga hanya sebagian saja.
Akibat banjir itu, arus lalulintas menjadi macet. Pasalnya, laju kendaraan bermotor yang melintas itu, harus memperlambat laju, ada juga pengendara sepeda motor, berhenti, kemudian membuka sepatu lalu menggulung celana panjangnya agar tidak basah, karena banjir di ruas jalan.(dik/gus)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/