29 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Ditulis Markas Tentara Tiongkok, Ternyata…

FOTO: MIFTAHULHAYAT/JAWA POS Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara (keempat kanan) bersama Masyarakat Anti Fitnah Indonesia mendeklarasikan Gerakan Anti Hoax di Bundaran Hotel Indonesia Jakarta, Minggu (8/1/2016).
FOTO: MIFTAHULHAYAT/JAWA POS
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara (keempat kanan) bersama Masyarakat Anti Fitnah Indonesia mendeklarasikan Gerakan Anti Hoax di Bundaran Hotel Indonesia Jakarta, Minggu (8/1/2016).

Sudah sering terjadi masyarakat menjadi korban beredarnya berita hoax alias bohong. Kini, ada pihak yang peduli dan mengobarkan perang melawan berita hoax.

—————————————-

HILMI S. – M. SALSABYL, Jakarta

—————————————-

Foto yang tersebar luas di dunia maya itu menggambarkan sebuah kantor di Jakarta. Ada tulisan dan ornamen Tiongkok.

Sekilas suasananya seperti di Tiongkok beneran. Apalagi dilengkapi tulisan bahwa itu adalah markas tentara Tiongkok.

Benarkah? Publik tentu tidak percaya begitu saja. Salah satunya adalah Ketua Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFI) Septiaji Eko Nugroho. Dia pun melakukan klarifikasi langsung ke lapangan.

”Kebetulan, ada salah satu anggota relawan kami yang dekat dengan lokasi foto itu,” katanya saat ditemui di gedung TIK Nasional, Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (6/1).

Usut punya usut, itu memang bukan markas tentara Tiongkok. Melainkan kantor koran berbahasa Tiongkok Guo Ji Ri Bao, salah satu koran Jawa Pos Group.

”Ini hanya salah satu contoh begitu banyaknya berita bohong atau hoax,” ujar Septiaji.

Kegelisahan lelaki kelahiran Wonosobo, 6 September 1978, tersebut terhadap berita hoax begitu besar. Dia melakukan perlawanan sejak 2012. Tidak sendiri. Septiaji menggandeng sejumlah rekan.

Pada September 2015 mereka mulai lebih intensif menangkal dan meluruskan berita-berita hoax. Gerakan itu terus berkembang.

Pada 1 Desember 2016 Septiaji meresmikan gerakan Masyarakat Indonesia Anti-Hoax. Gerakan itu kemudian dibuat menjadi lembaga berbadan hukum bernama Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFI). Slogan yang mereka usung bernuansa kekinian, yakni Turn Back Hoax (turnbackhoax.id).

Menjamurnya berita hoax di tanah air tidak lepas dari rendahnya budaya literasi. Hasil pengukuran tingkat literasi dunia pada April 2016, Indonesia berada di urutan ke-60 di antara 61 anggota.

Posisi Indonesia hanya lebih baik daripada Botswana, negara kecil di Afrika yang berpenduduk 2,1 juta jiwa.  ”Tentu bukan prestasi yang membanggakan,” kata Septiaji.

FOTO: MIFTAHULHAYAT/JAWA POS Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara (keempat kanan) bersama Masyarakat Anti Fitnah Indonesia mendeklarasikan Gerakan Anti Hoax di Bundaran Hotel Indonesia Jakarta, Minggu (8/1/2016).
FOTO: MIFTAHULHAYAT/JAWA POS
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara (keempat kanan) bersama Masyarakat Anti Fitnah Indonesia mendeklarasikan Gerakan Anti Hoax di Bundaran Hotel Indonesia Jakarta, Minggu (8/1/2016).

Sudah sering terjadi masyarakat menjadi korban beredarnya berita hoax alias bohong. Kini, ada pihak yang peduli dan mengobarkan perang melawan berita hoax.

—————————————-

HILMI S. – M. SALSABYL, Jakarta

—————————————-

Foto yang tersebar luas di dunia maya itu menggambarkan sebuah kantor di Jakarta. Ada tulisan dan ornamen Tiongkok.

Sekilas suasananya seperti di Tiongkok beneran. Apalagi dilengkapi tulisan bahwa itu adalah markas tentara Tiongkok.

Benarkah? Publik tentu tidak percaya begitu saja. Salah satunya adalah Ketua Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFI) Septiaji Eko Nugroho. Dia pun melakukan klarifikasi langsung ke lapangan.

”Kebetulan, ada salah satu anggota relawan kami yang dekat dengan lokasi foto itu,” katanya saat ditemui di gedung TIK Nasional, Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (6/1).

Usut punya usut, itu memang bukan markas tentara Tiongkok. Melainkan kantor koran berbahasa Tiongkok Guo Ji Ri Bao, salah satu koran Jawa Pos Group.

”Ini hanya salah satu contoh begitu banyaknya berita bohong atau hoax,” ujar Septiaji.

Kegelisahan lelaki kelahiran Wonosobo, 6 September 1978, tersebut terhadap berita hoax begitu besar. Dia melakukan perlawanan sejak 2012. Tidak sendiri. Septiaji menggandeng sejumlah rekan.

Pada September 2015 mereka mulai lebih intensif menangkal dan meluruskan berita-berita hoax. Gerakan itu terus berkembang.

Pada 1 Desember 2016 Septiaji meresmikan gerakan Masyarakat Indonesia Anti-Hoax. Gerakan itu kemudian dibuat menjadi lembaga berbadan hukum bernama Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFI). Slogan yang mereka usung bernuansa kekinian, yakni Turn Back Hoax (turnbackhoax.id).

Menjamurnya berita hoax di tanah air tidak lepas dari rendahnya budaya literasi. Hasil pengukuran tingkat literasi dunia pada April 2016, Indonesia berada di urutan ke-60 di antara 61 anggota.

Posisi Indonesia hanya lebih baik daripada Botswana, negara kecil di Afrika yang berpenduduk 2,1 juta jiwa.  ”Tentu bukan prestasi yang membanggakan,” kata Septiaji.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/