30 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Tangkahan Liar Pintu Masuk Narkoba

Medan, Kota Transit Favorit Mafia Internasional

BELAWAN-Medan sebagai kota transit sabu-sabu atau narkoba dalam artian umum bukan isapan jempol. Medan menjadi daerah favorit bagi jaringan Bulan Sabit Emas (Golden Crescent) dan Segitiga Emas (Golden Triangle) karena memiliki beberapa titik masuk yang ‘aman’.
Setidaknya hal ini diungkapkan seorang nelayan di kawasan Belawan. Nelayan yang namanya sengaja disembunyikan ini mengaku mengetahui beberapa tempat yang dijadikan pintu masuk peredaran narkoba.

Bahkan, menurutnya, tangkahan liar atau sering diistilahkan sebagai pelabuhan ‘tikus’ saat ini keberadaannya di sepanjang pesisir pantai utara Kota Medan kian bertambah. Kondisi inilah kerap digunakan para pelaku bisnis gelap untuk memuluskan aksi ilegalnya. “Banyaknya tangkahan tak semuanya digunakan sebagai tempat pendaratan ikan. Ada juga pemilik tangkahan menggunakan tangkahannya untuk kegiatan lain seperti untuk mendaratkan muatan BBM dan CPO (crude palm oil) serta barang lainnya yang diperoleh secara tak resmi,” ucapnya, Kamis (9/2).

Tak cuma itu, keberadaan tangkahan liar tanpa mendapat pengawasan maksimal ini sangat berpontensi terjadinya praktek ilegal khususnya peredaran narkoba. Di kawasan perairan Belawan, meski para nelayan setempat terlihat sibuk melakukan aktivitasnya sebagai nelayan, namun tak jarang pula ada oknum yang menyamar sebagai nelayan turut membaur menjalankan kegiatan ilegalnya. “Kondisi keseharian di tangkahan seperti ini, semua sibuk bekerja,” ujarnya.

Dia menyebutkan, tak semua nelayan di tangkahan melakukan kegiatan pendaratan ikan. Namun, aktivitas tak resmi lainnya juga banyak ditemui dibeberapa tangkahan lainnya. “Kalau untuk narkoba, informasinya sering masuk lewat tangkahan di Ujung Banteng Pajak Baru, Belawan, lokasinya berada paling sudut setelah melewati perairan Sungai Nonang, Belawan,” beber, pria separuh baya ini.
Di lokasi tangkahan itu, tak cuma narkoba jenis daun ganja saja yang masuk. Namun, barang ‘haram’ jenis sabu dulunya juga ada.”Pemainnya ya menyaru nelayan juga, berangkat dari tangkahan menuju laut lepas. Di tengah laut nantinya mereka mengambil barang (narkoba) dari kapal ikan besar yang sudah menunggu lebih dulu,” cetusnya.

Transaksi narkoba di tengah laut tersebut menurutnya, bukan lagi merupakan permainan gaya baru. Tapi modus-modus seperti itu sudah lama terjadi. “Kalau masukkan barang melalui Pelabuhan Belawan ‘kan besar resikonya, harus berurusan sama petugas,” katanya.
Setelah bertransaksi, barang-barang haram itu selanjutnya di bawa ke pinggiran pantai lewat jalur tangkahan. Di sini barang ‘haram’ dimaksud dibongkar untuk kemudian diedarkan. “Enaknya bisnis lewat laut ini, risikonya kecil. Kalaupun ada kapal patroli petugas, barangnya bisa dibuang ke laut. Jadi tak ada barang bukti,” sebutnya.

Menurut pria yang mengaku pernah menggeluti bisnis ilegal melalui jalur perairan ini. Selain tangkahan yang berada dikawasan perairan Belawan. Para pelaku biasanya juga kerap memasukkan barangnya lewat tangkahan-tangkahan kecil lainnya seperti di kawasan Hamparan Perak Kab.Deliserdang. “Jadi tak cuma dari tangkahan di Belawan saja bisa masuk, dari tangkahan di Hamparan Perak juga sering digunakan mereka untuk memasukan barang.  Ya, setelah lebih dulu menyusuri sungai menggunakan boat (perahu bermesin). Dan di kawasan tangkahan pelabuhan perikanan Gabion, Belawan pun juga pernah,” ungkapnya.

Kasubdit Penegak Hukum (Gakkum) Dirpolair Polda Sumut, AKBP Burhanuddin Desky mengaku tetap melakukan patroli pengamanan dan pengawasan terhadap aktivitas-aktivitas illegal di sekitar perairan. “Kapal-kapal patroli sudah ditempatkan di titik-titik rawan untuk melakukan patroli rutin di sekitar perairan, untuk mengantisipasi tindak kejahatan di laut maupun masuknya barang-barang tak resmi termasuk narkotika,” kata Burhanuddin.

Namun, Burhanuddin mengakui, kondisi Belawan yang didominasi perairan dan kultur masyarakat pesisir menjadi alasan lemahnya pengawasan di sekitar tangkahan tersebut. “Kita tidak bisa prediksikan berapa titik yang rawan. Karena hampir keseluruhan tangkahan di pesisir pantai dinilai rawan masuknya narkoba,” tegasnya.

Apakah tidak mungkin, narkoba masuk melalui Pelabuhan Belawan? “Kalau lolos dari Pelabuhan Belawan saya kira tidak, karena pengawasan tetap diperketat, pemeriksaan kita lakukan menggunakan alat mesin X Ray. Dan kalau barang yang mencurigakan kita periksa dengan melakukan pencacahan barang,” terang Kasubsi Penyelidikan dan Penindakan Bea Cukai Tipe Madya Pabean Belawan, Suadi P.

Ketika ditanya kemungkinan barang-barang terlarang tersebut masuk dan lolos melalui tangkahan liar di sekitar perairan Belawan, Suadi menuturkan hal itu sangat mungkin terjadi. “Kemungkinan bisa saja terjadi, karena tangkahan di sini cukup banyak. Dan untuk pengawasannya inilah sulit dilakukan karena mau berapa banyak tangkahan yang harus diawasi,” ucapnya.

Sementara itu, Kasat Narkoba Polres Pelabuhan Belawan, AKP M Hasibuan melalui sambungan telepon selular mengakui kelemahan pihaknya dalam mengantisipasi masuknya narkoba ini karena keterbatasan peralatan. Pemeriksaan terhadap penumpang kapal laut terpaksa dilakukan secara manual.
“Seperti penumpang KM Kelud yang akan berangkat ke Jakarta misalnya, kita hanya memeriksanya secara manual, dan itupun kita lakukan apabila ada kecurigaan terhadap penumpang maupun barang bawaannya,” aku Hasibuan.

Sabu dari 6 Negara Transit di Medan

Mantan Kepala Pelaksana Harian (Kalahar) Badan Narkotikan Nasional (BNN) Pusat, Komjen (Purn) Togar Sianipar, mengatakan, Medan memang daerah yang menggiurkan bagi mafia narkoba internasional, sebagai daerah transit. Togar bahkan menyebut, bukan mafia yang berpusat di Iran saja yang menggunakan Medan sebagai daerah transit. Tapi, ada juga setidaknya lima negara, selain Iran itu.

Jadi, ada enam negara yang mengidolakan Medan sebagai daerah transit. Keenam negara itu terbagi dalam dua kelompok jaringan. Pertama, pasokan narkoba dari kawasan Bulan Sabit Emas (Golden Crescent) yang berada di antara Pakistan, Afganistan, dan Iran. Kedua, pasokan dari kawasan Segitiga Emas (Golden Triangle) yakni Laos-Myanmar-Thailand.

“Sumut berdekatan dengan Malaysia. Dengan posisi seperti ini, Sumut jadi batu loncatan masuknya narkoba dari kawasan Bulan Sabit Emas dan juga dari kawasan Segitiga Emas,” ujang Togar, mantan Kapolda Sumsel, Kapolda Kaltim, dan Kapolda Bali itu.

Seperti diberitakan, awal bulan ini BNN menangkap lima tersangka yang diduga anggota jaringan narkoba lintas negara.
Direktur Pemberantasan dan Pengejaran BNN, Brigjen (Pol) Benny Mamoto di Kantor BNN, Cawang, Jakarta, Rabu (8/2), menjelaskan, dari tersangka BNN menyita barang bukti sebanyak 12 kilogram narkoba jenis shabu senilai Rp24 miliar.

Benny menyebut jaringan ini merupaan sindikat pemasok sabu yang berpusat di Malaysia. Barang haram ini diduga berasal dari Iran dan ditampung di Malaysia sebelum masuk ke Indonesia. ‘’Masuk melalui Medan ke Jakarta melalui jalan darat,’’ ujar Benny.

Lantas, dimana titik masuk ke Medan? “Bisa masuk lewat Polonia, bisa Belawan. Pertanyaannya, bagaimana pengamanan di dua tempat itu? Jangankan di Polonia dan Belawan, di Jakarta saja masih pertanyakan. Saya pastikan (narkoba) sangat mudah masuk (Sumut),” kata Togar.
Panjangnya pantai terbuka di wilayah SUmut yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka, juga mempermudah masuknya narkoba ke wilayah Sumut. “Seperti Pantai Cermin itu,” imbuhnya.

Togar kepada koran ini beberapa waktu lalu juga menyebut, sabu dari jaringan internasional yang transit ke Medan sebelum masuk ke Jakarta, sebagian tetap ada yang didistribusikan ke Medan dan beberapa daerah di Sumut. Jadi, tidak hanya lewat saja. Togar menyebut, permintaan narkoba terus meningkat di kawasan Sumut. (mag-17/sam)

Titik Rawan Penyeludupan Narkoba di Bagian Utara Kota Medan

  1. Tangkahan di Ujung Banteng Pajak Baru, Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan
    Lokasinya berada paling sudut setelah melewati perairan Sungai Nonang, Belawan
  2. Kawasan tangkahan pelabuhan perikanan Gabion, Belawan
  3. Tangkahan-tangkahan kecil lainnya seperti di kawasan Hamparan Perak Kabupaten Deliserdang.

Modus:

Pelaku menyamar sebagai nelayan. Berangkat dari tangkahan menuju laut lepas. Di tengah laut nantinya mereka mengambil barang (narkoba) dari kapal ikan besar yang sudah menunggu lebih dulu.

Enam negara yang mengidolakan Medan sebagai Daerah Transit Narkoba

  1. Pasokan narkoba dari kawasan Bulan Sabit Emas (Golden Crescent)
    – Pakistan
    – Afganistan
    – Iran
  2. Pasokan narkoba dari kawasan Segi Tiga Emas (Golden Triangle)
    – Laos
    – Myanmar
    – Thailand

Keterangan: Sumut tepatnya Medan berdekatan dengan Malaysia. Dengan posisi seperti ini, Medan jadi batu loncatan masuknya narkoba dari kawasan Bulan Sabit Emas dan juga dari kawasan Segi Tiga Emas.

Sumber: Nelayan Setempat dan Mantan Kalahar Badan Narkotikan Nasional (BNN) Pusat, Komjen (Purn) Togar Sianipar.

Medan, Kota Transit Favorit Mafia Internasional

BELAWAN-Medan sebagai kota transit sabu-sabu atau narkoba dalam artian umum bukan isapan jempol. Medan menjadi daerah favorit bagi jaringan Bulan Sabit Emas (Golden Crescent) dan Segitiga Emas (Golden Triangle) karena memiliki beberapa titik masuk yang ‘aman’.
Setidaknya hal ini diungkapkan seorang nelayan di kawasan Belawan. Nelayan yang namanya sengaja disembunyikan ini mengaku mengetahui beberapa tempat yang dijadikan pintu masuk peredaran narkoba.

Bahkan, menurutnya, tangkahan liar atau sering diistilahkan sebagai pelabuhan ‘tikus’ saat ini keberadaannya di sepanjang pesisir pantai utara Kota Medan kian bertambah. Kondisi inilah kerap digunakan para pelaku bisnis gelap untuk memuluskan aksi ilegalnya. “Banyaknya tangkahan tak semuanya digunakan sebagai tempat pendaratan ikan. Ada juga pemilik tangkahan menggunakan tangkahannya untuk kegiatan lain seperti untuk mendaratkan muatan BBM dan CPO (crude palm oil) serta barang lainnya yang diperoleh secara tak resmi,” ucapnya, Kamis (9/2).

Tak cuma itu, keberadaan tangkahan liar tanpa mendapat pengawasan maksimal ini sangat berpontensi terjadinya praktek ilegal khususnya peredaran narkoba. Di kawasan perairan Belawan, meski para nelayan setempat terlihat sibuk melakukan aktivitasnya sebagai nelayan, namun tak jarang pula ada oknum yang menyamar sebagai nelayan turut membaur menjalankan kegiatan ilegalnya. “Kondisi keseharian di tangkahan seperti ini, semua sibuk bekerja,” ujarnya.

Dia menyebutkan, tak semua nelayan di tangkahan melakukan kegiatan pendaratan ikan. Namun, aktivitas tak resmi lainnya juga banyak ditemui dibeberapa tangkahan lainnya. “Kalau untuk narkoba, informasinya sering masuk lewat tangkahan di Ujung Banteng Pajak Baru, Belawan, lokasinya berada paling sudut setelah melewati perairan Sungai Nonang, Belawan,” beber, pria separuh baya ini.
Di lokasi tangkahan itu, tak cuma narkoba jenis daun ganja saja yang masuk. Namun, barang ‘haram’ jenis sabu dulunya juga ada.”Pemainnya ya menyaru nelayan juga, berangkat dari tangkahan menuju laut lepas. Di tengah laut nantinya mereka mengambil barang (narkoba) dari kapal ikan besar yang sudah menunggu lebih dulu,” cetusnya.

Transaksi narkoba di tengah laut tersebut menurutnya, bukan lagi merupakan permainan gaya baru. Tapi modus-modus seperti itu sudah lama terjadi. “Kalau masukkan barang melalui Pelabuhan Belawan ‘kan besar resikonya, harus berurusan sama petugas,” katanya.
Setelah bertransaksi, barang-barang haram itu selanjutnya di bawa ke pinggiran pantai lewat jalur tangkahan. Di sini barang ‘haram’ dimaksud dibongkar untuk kemudian diedarkan. “Enaknya bisnis lewat laut ini, risikonya kecil. Kalaupun ada kapal patroli petugas, barangnya bisa dibuang ke laut. Jadi tak ada barang bukti,” sebutnya.

Menurut pria yang mengaku pernah menggeluti bisnis ilegal melalui jalur perairan ini. Selain tangkahan yang berada dikawasan perairan Belawan. Para pelaku biasanya juga kerap memasukkan barangnya lewat tangkahan-tangkahan kecil lainnya seperti di kawasan Hamparan Perak Kab.Deliserdang. “Jadi tak cuma dari tangkahan di Belawan saja bisa masuk, dari tangkahan di Hamparan Perak juga sering digunakan mereka untuk memasukan barang.  Ya, setelah lebih dulu menyusuri sungai menggunakan boat (perahu bermesin). Dan di kawasan tangkahan pelabuhan perikanan Gabion, Belawan pun juga pernah,” ungkapnya.

Kasubdit Penegak Hukum (Gakkum) Dirpolair Polda Sumut, AKBP Burhanuddin Desky mengaku tetap melakukan patroli pengamanan dan pengawasan terhadap aktivitas-aktivitas illegal di sekitar perairan. “Kapal-kapal patroli sudah ditempatkan di titik-titik rawan untuk melakukan patroli rutin di sekitar perairan, untuk mengantisipasi tindak kejahatan di laut maupun masuknya barang-barang tak resmi termasuk narkotika,” kata Burhanuddin.

Namun, Burhanuddin mengakui, kondisi Belawan yang didominasi perairan dan kultur masyarakat pesisir menjadi alasan lemahnya pengawasan di sekitar tangkahan tersebut. “Kita tidak bisa prediksikan berapa titik yang rawan. Karena hampir keseluruhan tangkahan di pesisir pantai dinilai rawan masuknya narkoba,” tegasnya.

Apakah tidak mungkin, narkoba masuk melalui Pelabuhan Belawan? “Kalau lolos dari Pelabuhan Belawan saya kira tidak, karena pengawasan tetap diperketat, pemeriksaan kita lakukan menggunakan alat mesin X Ray. Dan kalau barang yang mencurigakan kita periksa dengan melakukan pencacahan barang,” terang Kasubsi Penyelidikan dan Penindakan Bea Cukai Tipe Madya Pabean Belawan, Suadi P.

Ketika ditanya kemungkinan barang-barang terlarang tersebut masuk dan lolos melalui tangkahan liar di sekitar perairan Belawan, Suadi menuturkan hal itu sangat mungkin terjadi. “Kemungkinan bisa saja terjadi, karena tangkahan di sini cukup banyak. Dan untuk pengawasannya inilah sulit dilakukan karena mau berapa banyak tangkahan yang harus diawasi,” ucapnya.

Sementara itu, Kasat Narkoba Polres Pelabuhan Belawan, AKP M Hasibuan melalui sambungan telepon selular mengakui kelemahan pihaknya dalam mengantisipasi masuknya narkoba ini karena keterbatasan peralatan. Pemeriksaan terhadap penumpang kapal laut terpaksa dilakukan secara manual.
“Seperti penumpang KM Kelud yang akan berangkat ke Jakarta misalnya, kita hanya memeriksanya secara manual, dan itupun kita lakukan apabila ada kecurigaan terhadap penumpang maupun barang bawaannya,” aku Hasibuan.

Sabu dari 6 Negara Transit di Medan

Mantan Kepala Pelaksana Harian (Kalahar) Badan Narkotikan Nasional (BNN) Pusat, Komjen (Purn) Togar Sianipar, mengatakan, Medan memang daerah yang menggiurkan bagi mafia narkoba internasional, sebagai daerah transit. Togar bahkan menyebut, bukan mafia yang berpusat di Iran saja yang menggunakan Medan sebagai daerah transit. Tapi, ada juga setidaknya lima negara, selain Iran itu.

Jadi, ada enam negara yang mengidolakan Medan sebagai daerah transit. Keenam negara itu terbagi dalam dua kelompok jaringan. Pertama, pasokan narkoba dari kawasan Bulan Sabit Emas (Golden Crescent) yang berada di antara Pakistan, Afganistan, dan Iran. Kedua, pasokan dari kawasan Segitiga Emas (Golden Triangle) yakni Laos-Myanmar-Thailand.

“Sumut berdekatan dengan Malaysia. Dengan posisi seperti ini, Sumut jadi batu loncatan masuknya narkoba dari kawasan Bulan Sabit Emas dan juga dari kawasan Segitiga Emas,” ujang Togar, mantan Kapolda Sumsel, Kapolda Kaltim, dan Kapolda Bali itu.

Seperti diberitakan, awal bulan ini BNN menangkap lima tersangka yang diduga anggota jaringan narkoba lintas negara.
Direktur Pemberantasan dan Pengejaran BNN, Brigjen (Pol) Benny Mamoto di Kantor BNN, Cawang, Jakarta, Rabu (8/2), menjelaskan, dari tersangka BNN menyita barang bukti sebanyak 12 kilogram narkoba jenis shabu senilai Rp24 miliar.

Benny menyebut jaringan ini merupaan sindikat pemasok sabu yang berpusat di Malaysia. Barang haram ini diduga berasal dari Iran dan ditampung di Malaysia sebelum masuk ke Indonesia. ‘’Masuk melalui Medan ke Jakarta melalui jalan darat,’’ ujar Benny.

Lantas, dimana titik masuk ke Medan? “Bisa masuk lewat Polonia, bisa Belawan. Pertanyaannya, bagaimana pengamanan di dua tempat itu? Jangankan di Polonia dan Belawan, di Jakarta saja masih pertanyakan. Saya pastikan (narkoba) sangat mudah masuk (Sumut),” kata Togar.
Panjangnya pantai terbuka di wilayah SUmut yang berhadapan langsung dengan Selat Malaka, juga mempermudah masuknya narkoba ke wilayah Sumut. “Seperti Pantai Cermin itu,” imbuhnya.

Togar kepada koran ini beberapa waktu lalu juga menyebut, sabu dari jaringan internasional yang transit ke Medan sebelum masuk ke Jakarta, sebagian tetap ada yang didistribusikan ke Medan dan beberapa daerah di Sumut. Jadi, tidak hanya lewat saja. Togar menyebut, permintaan narkoba terus meningkat di kawasan Sumut. (mag-17/sam)

Titik Rawan Penyeludupan Narkoba di Bagian Utara Kota Medan

  1. Tangkahan di Ujung Banteng Pajak Baru, Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan
    Lokasinya berada paling sudut setelah melewati perairan Sungai Nonang, Belawan
  2. Kawasan tangkahan pelabuhan perikanan Gabion, Belawan
  3. Tangkahan-tangkahan kecil lainnya seperti di kawasan Hamparan Perak Kabupaten Deliserdang.

Modus:

Pelaku menyamar sebagai nelayan. Berangkat dari tangkahan menuju laut lepas. Di tengah laut nantinya mereka mengambil barang (narkoba) dari kapal ikan besar yang sudah menunggu lebih dulu.

Enam negara yang mengidolakan Medan sebagai Daerah Transit Narkoba

  1. Pasokan narkoba dari kawasan Bulan Sabit Emas (Golden Crescent)
    – Pakistan
    – Afganistan
    – Iran
  2. Pasokan narkoba dari kawasan Segi Tiga Emas (Golden Triangle)
    – Laos
    – Myanmar
    – Thailand

Keterangan: Sumut tepatnya Medan berdekatan dengan Malaysia. Dengan posisi seperti ini, Medan jadi batu loncatan masuknya narkoba dari kawasan Bulan Sabit Emas dan juga dari kawasan Segi Tiga Emas.

Sumber: Nelayan Setempat dan Mantan Kalahar Badan Narkotikan Nasional (BNN) Pusat, Komjen (Purn) Togar Sianipar.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/