26.7 C
Medan
Tuesday, May 7, 2024

Saat Memeriksa Pasien Suspect Corona, Dokter Umum Rentan Tertular

MEDIS: Tim medis mengenakan pelindung diri memeriksa mahasiswa Aceh yang baru kembali dari China.
MEDIS: Tim medis mengenakan pelindung diri memeriksa mahasiswa Aceh yang baru kembali dari China.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dokter umum diminta memproteksi diri saat mengantisipasi penyebaran virus corona. Pasalnya, dokter umum yang melakukan pemeriksaan terhadap warga negara asing (WNA) ataupun tenaga kerja asing (TKA) —khususnya dari Tiongkok— sangat rentan tertular.

Ketua Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Komisariat Medan, dr Rudi Rahmadsyah Sambas mengatakan dokter umum sebagai garda terdepan bisa terpapar virus corona ketika memeriksa seseorang yang memang diduga atau suspect virus tersebut. Untuk itu, diimbau agar memproteksi diri atau menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat.

“Niat kita baik sebagai dokter untuk menolong pasien supaya sembuh. Akan tetapi, kalau konyol maka percuma saja. Maka dari itu, mohon diperhatikan proteksi diri dan kondisi tubuh kita supaya tidak mudah tertular,” ungkap Rudi, Minggu (9/2).

Dia mengharapkan kepada pemerintah, dalam hal ini dinas kesehatan, agar PDUI dirangkul dalam pencegahan penyebaran virus corona. “Memang baik di bandara atau pelabuhan sudah ada alat pengukur suhu tubuh bagi WNA maupun TKA yang datang. Akan tetapi, jangan lupa perlindungan diri dokter, mulai dari penggunaan masker yang disarankan yakni N95 dan lain sebagainya ketika memeriksa mereka. Terlebih, sama-sama kita ketahui harga masker N95 mengalami kenaikan yang signifikan saat ini,” sebutnya.

Ketua Organisasi dan Keanggotaan PDUI Komisariat Medan, dr Yanda Ardanta Sitepu MKS menambahkan, pihaknya akan mengadakan penyuluhan kepada dokter-dokter umum khususnya di Medan. Penyuluhan yang dilakukan bertujuan supaya lebih mengetahui bagaimana cara penularan dan mengantisipasinya.

“Selain kepada dokter-dokter umum di Medan, kita juga lakukan penyuluhan kepada masyarakat. Dengan demikian, bisa memahami dan memilah informasi-informasi terkait virus corona. Diharapkan pula, kepada komisariat lain yang tergabung dalam PDUI Cabang Sumut juga melakukan hal yang sama,” tuturnya sembari mengatakan, nantinya akan bersinergi dengan pemerintah dalam penyuluhan ini.

Ia menyarankan, apabila sudah mengalami gejala batuk dan pilek maka mgunakan masker. Dengan begitu, tidak tertular kepada yang lain.

Pemilihan Opsi Harus Hati-hati

Sementara, rencana pemerintah yang memiliki opsi 100 pulau untuk lokasi rumah sakit (RS) khusus virus menular, mendapat sorotan dari praktisi kesehatan Sumut, Destanul Aulia. Dia menilai, opsi untuk memilih pulau-pulau sebagai salah satu metode mengurangi atau memerangi penyakit menular dan wabah adalah merupakan sejarah lama di dunia kesehatan.

“Salah satu contoh tempat karantina itu disebut sebagai Lazaretto atau Lazaret yaitu suatu pusat karantina yang dibangun untuk keperluan pariwisata maritim,” kata Destanul Aulia kepada wartawan.

Disebutkan dia, jika ada WNA yang terkena virus tersebut terlebih dahulu dikarantina untuk beberapa hari dan bahkan berbulan-bulan. Setelah dipastikan sembuh, maka akan dikirim kembali ke tempat asal. Atau jika meninggal akan dikuburkan secara massal di pulau tersebut. “Ini juga diberlakukan untuk komoditas perdagangan yang akan mengganggu pertanian ataupun penyebab wabah. Praktik ini masih dilakukan hingga tahun 1963 terutama untuk para penderita penyakit kusta,” bebernya.

Menurut Destanul, opsi pemilihan 100 pulau harus hati-hati. Alasannya, karena Indonesia lebih menganut sistem kekeluargaan yang melekat. Contoh faktanya ada di rumah sakit. “Jika ada pasien yang dirawat, hampir terus bergantian keluarga dekat dan jauh mendatangi mereka. Bahkan sepertinya mereka tidak peduli akan bahaya penyakit menular yang mengancam mereka lewat lingkungan rumah sakit,” ujarnya.

Oleh karena itu, sambung dia, alternatif lain perlu dipertimbangkan seperti membangun ruang isolasi yang bisa dibongkar pasang, sehingga bisa di pasang di rumah penduduk. Kemudian, mengajarkan penduduk dalam menghadapi wabah. “Ini tidak jauh beda seperti bencana tsunami. Jadi pendidikan mitigasi penanganan wabah perlu diajarkan pada masyarakat,” tandas dia.

Penumpang dan Pekerja Bandara Pakai Masker

Penyebaran virus corona menimbulkan ‘teror’ tersendiri bagi pengguna jasa transportasi udara serta pekerja di Bandara Kualanamu Kabupaten Deliserdang. Sejumlah orang mulai mengenakan masker untuk mengantisipasi agar tidak tertular.

Tari (24), seorang calon penumpang pesawat tujuan Kualalumpur, Malaysia, mengaku sengaja menggunakan masker karena takut tertular virus Corona. “Saya tau dari berita-berita tentang virus Corona, takut juga. Makanya saya pakai masker. Ini antisipasi yang bisa saya buat,” katanya, saat ditemui di terminal check in Bandara Kualanamu, Minggu (9/2).

Meski hingga saat ini belum ada temuan virus tersebut masuk ke Sumatera Utara, namun Bandara Kualanamu yang menjadi salah satu pintu masuk orang-orang dari luar Negeri terus melakukan upaya antisipasi. Duty Manager Airport Bandara KNIA, Abdi Negoro mengatakan, mereka menganjurkan kepada petugas di area kedatangan luar negeri menggunakan masker untuk berjaga-jaga. “Namun kalau untuk di area check in, belum ada sosialisasi dilakukan,” ucapnya.

Sebelumnya, pihak Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Internasional Kualanamu Deliserdang intensifkan pencegahan masuknya wabah virus corona dengan menggunakan alat termal scan atau alat pengukur suhu panas tubuh. Kepala Kantor KKP Kualanamu Dr Sofyan Hendri yang dikonfirmasi menyebutkan, pihaknya sudah melakukan antisipasi sejak dini. “Sesuai surat edaran KKP Pusat untuk melakukan tindakan pencegahan sudah masuk sejak 5 Januari 2020 lalu,” terangnya.

Disebutkan, ada tiga unit alat pengukur suhu tubuh (thermoscener) di area kedatangan international dan satu unit di area keberangkatan. Tujuannya adalah untuk antisipasi masuknya virus tersebut yang bisa saja dibawa penumpang dari luar negeri. Menurut Sofyan, untuk penyebaran virus ini pihaknya tidak begitu khawatir.

Sebab penerbangan langsung ke titik utama penyebaran virus itu yakni di Kota Wuhan tidak ada dari Kualanamu. Meski demikian, pihaknya tetap mewaspadai penularan virus tersebut. “Kalau suhu tubuhnya melebihi 38 derajat celaius langsung diperiksa medis. Sebab tanda-tanda yang terjangkit virus Pneumonia pertama suhu tubuhnya tinggi, batubatuk dan demam tinggi,” ujarnya .

Disoal sejak dilakukan pencegahan, dikatakan belum ada ditemukan penderita virus Pneumonia tersebut di Bandara Kualanamu.

Pemprov Pastikan 4 Warganya Jalani Observasi di Natuna

Pemprov Sumut akhirnya memastikan, empat warganya sedang menjalani observasi di Natuna, Kepulauan Riau. Meski demikian, pemprov menyerahkan sepenuhnya penanganan maupun pengembalian WNI yang dievakuasi dari Wuhan, Tiongkok, akibat wabah virus korona tersebut kepada pemerintah pusat.

“Itu tugas pemerintah pusat. Tidak boleh kita campuri. Sekarang saja masih tertutup semua aksesnya. Mereka dalam camp militer. Kami ikut saja. Jika pemerintah bilang jemput, kami jemput. Jika diminta pendampingan juga akan kami lakukan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan menjawab Sumut Pos, Minggu (9/2).

Informasi yang dia peroleh, 200-an WNI yang kini berada di Natuna dalam keadaan sehat dan baik. Kalau dalam 14 hari tersebut seluruh WNI termasuk warga asal Sumut negatif suspek korona, maka diharapkan indentitas mereka tidak dengan mudah disebarluaskan. “Ya, kami harap tidak digembar-gemborkan. Tidak perlu ada yang tahu, karena hal ini sensitif sekali. Kasihan mereka. Apalagi tidak semua masyarakat kita bisa dikasih pemahaman yang benar,” katanya.

Meski sudah mengetahui terdapat empat warga asal Sumut di Natuna, pihaknya belum detil soal informasi warga tersebut asalnya dari mana. Hal ini pula menurut Alwi, memang tidak ada akses untuk mengetahuinya. “Yang jelas mereka semua itu adalah WNI, warga negara kita. Kita percayakanlah sepenuhnya penanganan oleh pemerintah pusat. Karena memang bukan wewenang kita di situ,” katanya.

Anggota Komisi B DPRD Sumut, Sugianto Makmur mengingatkan pemerintah untuk mengambil upaya dan langkah-langkah preventif wabah novel coronavirus atau nCoV. “Yang perlu kita isolasi adalah virus bernama coronavirus bukan orang Tiongkok. Dalam kehidupan bersama di muka bumi, menampakkan simpati adalah tindakan yang lebih tepat,” katanya.

Kepada Pemprov Sumut ia juga menyarankan perlu melakukan tindakan preventif di pelabuhan masuk internasional. Kalau ada yang menampakkan gejala sakit perlu tindakan isolasi. Kalau ada informasi administrasi, turis bersangkutan berasal dari daerah terdampak, maka perlu dilakukan langkah-langkah yang diperlukan.

“Bila Tiongkok sudah melakukan blokir Wuhan dan kota-kota tertentu, maka kita tidak perlu blokir yang berasal dari kota yang masih aman. Membicarakan turis yang berkurang sangat tidak etis dalam situasi seperti sekarang. Tindakan preventif terhadap WNA seakan-akan adalah langkah tepat, kontraproduktif,” katanya. (ris/btr/prn)

MEDIS: Tim medis mengenakan pelindung diri memeriksa mahasiswa Aceh yang baru kembali dari China.
MEDIS: Tim medis mengenakan pelindung diri memeriksa mahasiswa Aceh yang baru kembali dari China.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dokter umum diminta memproteksi diri saat mengantisipasi penyebaran virus corona. Pasalnya, dokter umum yang melakukan pemeriksaan terhadap warga negara asing (WNA) ataupun tenaga kerja asing (TKA) —khususnya dari Tiongkok— sangat rentan tertular.

Ketua Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Komisariat Medan, dr Rudi Rahmadsyah Sambas mengatakan dokter umum sebagai garda terdepan bisa terpapar virus corona ketika memeriksa seseorang yang memang diduga atau suspect virus tersebut. Untuk itu, diimbau agar memproteksi diri atau menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat.

“Niat kita baik sebagai dokter untuk menolong pasien supaya sembuh. Akan tetapi, kalau konyol maka percuma saja. Maka dari itu, mohon diperhatikan proteksi diri dan kondisi tubuh kita supaya tidak mudah tertular,” ungkap Rudi, Minggu (9/2).

Dia mengharapkan kepada pemerintah, dalam hal ini dinas kesehatan, agar PDUI dirangkul dalam pencegahan penyebaran virus corona. “Memang baik di bandara atau pelabuhan sudah ada alat pengukur suhu tubuh bagi WNA maupun TKA yang datang. Akan tetapi, jangan lupa perlindungan diri dokter, mulai dari penggunaan masker yang disarankan yakni N95 dan lain sebagainya ketika memeriksa mereka. Terlebih, sama-sama kita ketahui harga masker N95 mengalami kenaikan yang signifikan saat ini,” sebutnya.

Ketua Organisasi dan Keanggotaan PDUI Komisariat Medan, dr Yanda Ardanta Sitepu MKS menambahkan, pihaknya akan mengadakan penyuluhan kepada dokter-dokter umum khususnya di Medan. Penyuluhan yang dilakukan bertujuan supaya lebih mengetahui bagaimana cara penularan dan mengantisipasinya.

“Selain kepada dokter-dokter umum di Medan, kita juga lakukan penyuluhan kepada masyarakat. Dengan demikian, bisa memahami dan memilah informasi-informasi terkait virus corona. Diharapkan pula, kepada komisariat lain yang tergabung dalam PDUI Cabang Sumut juga melakukan hal yang sama,” tuturnya sembari mengatakan, nantinya akan bersinergi dengan pemerintah dalam penyuluhan ini.

Ia menyarankan, apabila sudah mengalami gejala batuk dan pilek maka mgunakan masker. Dengan begitu, tidak tertular kepada yang lain.

Pemilihan Opsi Harus Hati-hati

Sementara, rencana pemerintah yang memiliki opsi 100 pulau untuk lokasi rumah sakit (RS) khusus virus menular, mendapat sorotan dari praktisi kesehatan Sumut, Destanul Aulia. Dia menilai, opsi untuk memilih pulau-pulau sebagai salah satu metode mengurangi atau memerangi penyakit menular dan wabah adalah merupakan sejarah lama di dunia kesehatan.

“Salah satu contoh tempat karantina itu disebut sebagai Lazaretto atau Lazaret yaitu suatu pusat karantina yang dibangun untuk keperluan pariwisata maritim,” kata Destanul Aulia kepada wartawan.

Disebutkan dia, jika ada WNA yang terkena virus tersebut terlebih dahulu dikarantina untuk beberapa hari dan bahkan berbulan-bulan. Setelah dipastikan sembuh, maka akan dikirim kembali ke tempat asal. Atau jika meninggal akan dikuburkan secara massal di pulau tersebut. “Ini juga diberlakukan untuk komoditas perdagangan yang akan mengganggu pertanian ataupun penyebab wabah. Praktik ini masih dilakukan hingga tahun 1963 terutama untuk para penderita penyakit kusta,” bebernya.

Menurut Destanul, opsi pemilihan 100 pulau harus hati-hati. Alasannya, karena Indonesia lebih menganut sistem kekeluargaan yang melekat. Contoh faktanya ada di rumah sakit. “Jika ada pasien yang dirawat, hampir terus bergantian keluarga dekat dan jauh mendatangi mereka. Bahkan sepertinya mereka tidak peduli akan bahaya penyakit menular yang mengancam mereka lewat lingkungan rumah sakit,” ujarnya.

Oleh karena itu, sambung dia, alternatif lain perlu dipertimbangkan seperti membangun ruang isolasi yang bisa dibongkar pasang, sehingga bisa di pasang di rumah penduduk. Kemudian, mengajarkan penduduk dalam menghadapi wabah. “Ini tidak jauh beda seperti bencana tsunami. Jadi pendidikan mitigasi penanganan wabah perlu diajarkan pada masyarakat,” tandas dia.

Penumpang dan Pekerja Bandara Pakai Masker

Penyebaran virus corona menimbulkan ‘teror’ tersendiri bagi pengguna jasa transportasi udara serta pekerja di Bandara Kualanamu Kabupaten Deliserdang. Sejumlah orang mulai mengenakan masker untuk mengantisipasi agar tidak tertular.

Tari (24), seorang calon penumpang pesawat tujuan Kualalumpur, Malaysia, mengaku sengaja menggunakan masker karena takut tertular virus Corona. “Saya tau dari berita-berita tentang virus Corona, takut juga. Makanya saya pakai masker. Ini antisipasi yang bisa saya buat,” katanya, saat ditemui di terminal check in Bandara Kualanamu, Minggu (9/2).

Meski hingga saat ini belum ada temuan virus tersebut masuk ke Sumatera Utara, namun Bandara Kualanamu yang menjadi salah satu pintu masuk orang-orang dari luar Negeri terus melakukan upaya antisipasi. Duty Manager Airport Bandara KNIA, Abdi Negoro mengatakan, mereka menganjurkan kepada petugas di area kedatangan luar negeri menggunakan masker untuk berjaga-jaga. “Namun kalau untuk di area check in, belum ada sosialisasi dilakukan,” ucapnya.

Sebelumnya, pihak Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Internasional Kualanamu Deliserdang intensifkan pencegahan masuknya wabah virus corona dengan menggunakan alat termal scan atau alat pengukur suhu panas tubuh. Kepala Kantor KKP Kualanamu Dr Sofyan Hendri yang dikonfirmasi menyebutkan, pihaknya sudah melakukan antisipasi sejak dini. “Sesuai surat edaran KKP Pusat untuk melakukan tindakan pencegahan sudah masuk sejak 5 Januari 2020 lalu,” terangnya.

Disebutkan, ada tiga unit alat pengukur suhu tubuh (thermoscener) di area kedatangan international dan satu unit di area keberangkatan. Tujuannya adalah untuk antisipasi masuknya virus tersebut yang bisa saja dibawa penumpang dari luar negeri. Menurut Sofyan, untuk penyebaran virus ini pihaknya tidak begitu khawatir.

Sebab penerbangan langsung ke titik utama penyebaran virus itu yakni di Kota Wuhan tidak ada dari Kualanamu. Meski demikian, pihaknya tetap mewaspadai penularan virus tersebut. “Kalau suhu tubuhnya melebihi 38 derajat celaius langsung diperiksa medis. Sebab tanda-tanda yang terjangkit virus Pneumonia pertama suhu tubuhnya tinggi, batubatuk dan demam tinggi,” ujarnya .

Disoal sejak dilakukan pencegahan, dikatakan belum ada ditemukan penderita virus Pneumonia tersebut di Bandara Kualanamu.

Pemprov Pastikan 4 Warganya Jalani Observasi di Natuna

Pemprov Sumut akhirnya memastikan, empat warganya sedang menjalani observasi di Natuna, Kepulauan Riau. Meski demikian, pemprov menyerahkan sepenuhnya penanganan maupun pengembalian WNI yang dievakuasi dari Wuhan, Tiongkok, akibat wabah virus korona tersebut kepada pemerintah pusat.

“Itu tugas pemerintah pusat. Tidak boleh kita campuri. Sekarang saja masih tertutup semua aksesnya. Mereka dalam camp militer. Kami ikut saja. Jika pemerintah bilang jemput, kami jemput. Jika diminta pendampingan juga akan kami lakukan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan menjawab Sumut Pos, Minggu (9/2).

Informasi yang dia peroleh, 200-an WNI yang kini berada di Natuna dalam keadaan sehat dan baik. Kalau dalam 14 hari tersebut seluruh WNI termasuk warga asal Sumut negatif suspek korona, maka diharapkan indentitas mereka tidak dengan mudah disebarluaskan. “Ya, kami harap tidak digembar-gemborkan. Tidak perlu ada yang tahu, karena hal ini sensitif sekali. Kasihan mereka. Apalagi tidak semua masyarakat kita bisa dikasih pemahaman yang benar,” katanya.

Meski sudah mengetahui terdapat empat warga asal Sumut di Natuna, pihaknya belum detil soal informasi warga tersebut asalnya dari mana. Hal ini pula menurut Alwi, memang tidak ada akses untuk mengetahuinya. “Yang jelas mereka semua itu adalah WNI, warga negara kita. Kita percayakanlah sepenuhnya penanganan oleh pemerintah pusat. Karena memang bukan wewenang kita di situ,” katanya.

Anggota Komisi B DPRD Sumut, Sugianto Makmur mengingatkan pemerintah untuk mengambil upaya dan langkah-langkah preventif wabah novel coronavirus atau nCoV. “Yang perlu kita isolasi adalah virus bernama coronavirus bukan orang Tiongkok. Dalam kehidupan bersama di muka bumi, menampakkan simpati adalah tindakan yang lebih tepat,” katanya.

Kepada Pemprov Sumut ia juga menyarankan perlu melakukan tindakan preventif di pelabuhan masuk internasional. Kalau ada yang menampakkan gejala sakit perlu tindakan isolasi. Kalau ada informasi administrasi, turis bersangkutan berasal dari daerah terdampak, maka perlu dilakukan langkah-langkah yang diperlukan.

“Bila Tiongkok sudah melakukan blokir Wuhan dan kota-kota tertentu, maka kita tidak perlu blokir yang berasal dari kota yang masih aman. Membicarakan turis yang berkurang sangat tidak etis dalam situasi seperti sekarang. Tindakan preventif terhadap WNA seakan-akan adalah langkah tepat, kontraproduktif,” katanya. (ris/btr/prn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/