25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Minyak Makan Merah PPKS Kaya Vitamin dan Nutrisi, Bisa Turunkan Stunting

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), Edy Rahmayadi terkesan dengan inovasi minyak makan merah Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Dia meminta agar implementasi produksi minyak makan merah berbasis kelapa sawit ini segera terealisasi.

EDY Rahmayadi tertarik, karena PPKS bisa menghasilkan alat produksi sederhana untuk minyak makan merah yang bisa digunakan koperasi, kelompok tani, atau UMKM. Dengan begitu, petani tidak terlalu bergantung pada pabrik-pabrik kelapa sawit besar.

“Melihat alatnya yang sederhana seperti itu, saya pun mau. Kita akan bahas, kita rencanakan. Jangan lama-lama, harus cepat ini. Apalagi saat ini minyak goreng mahal,” kata Edy saat meninjau proses produksi minyak makan merah itu bersama Menteri Koperasi & UKM, Teten Masduki dan Wali Kota Medan, Muhammad Bobby Afif Nasution di PPKS Jalan Brigjen Katamso Medan, Kamis (9/6).

Menurut Edy, untuk mengembangkan ini dibutuhkan kerja sama yang kuat antara stakeholder, petani, koperasi, dan UKM. Dia berharap, minyak makan merah ini bisa meningkatkan nilai tukar petani dan gizi masyarakat. “Dari penjelasan Kepala PPKS tadi, minyak ini lebih murah, gizinya lebih baik. Jadi, kalau kita implementasikan petani kita bisa lebih makmur dan masyarakat kita lebih sehat,” katanya.

Berdasarkan keterangan Kepala PPKS Edwin Syahputra Lubis, minyak makan merah ini kaya akan vitamin A dan zat lainnya yang dibutuhkan tubuh. Minyak goreng merah ini menurutnya juga bisa berkontribusi dalam menurunkan stunting di Sumut.

Bahkan, menurutnya, vitamin E dan karoten minyak makan merah lebih kaya dibandingkan minyak sawit merah komersil, minyak bunga matahari, minyak safflower, minyak jagung, bahkan minyak zaitun. “Karena kaya vitamin A, karoten, Vitamin E dan nutrisi lainnya yang sangat dibutuhkan bayi untuk tumbuh ini bisa berkontribusi mengurangi angka stunting. Produksinya tidak menggunakan bahan-bahan sintetis sehingga lebih rendah risiko, tetapi nutrisinya lebih banyak,” kata Edwin.

Lebih lanjut dijelaskannya, minyak makan merah ini mengandung kandungan senyawa antioksidan. Itu dapat dimanfaatkan sebagai agen anti aging dan anti microbal, sehingga dapat juga dimanfaatkan dalam berbagai produk kosmeseutikal.

Sebagai bahan makanan, jelas Edwin, minyak makan merah dapat diolah terlebih dahulu atau langsung diminum sebagai suplemen. Karena itu, minyak makan merah dapat digunakan untuk pengentasan prevalensi stunting di Indonesia. “Apalagi di Sumut saat ini prevalensi stunting mencapai 30 persen,” jelasnya.

Dengan proses produksi yang relatif sederhana, tambah Edwin, produksi minyak makan merah sangat mungkin ditekuni petani sawit rakyat, koperasi maupun UMKM. Sedangkan untuk alat produksinya, Edwin menjelaskan, mampu memproduksi 50 kg minyak makan merah per jam, bahan bakunya berasal dari CPO benih unggul kelapa sawit (varietas PPKS). Bila dibandingkan dengan skala industri, menurutnya, harga minyak makan merah akan jauh lebih murah, karena proses produksinya lebih sederhana. “Walau alat produksinya sederhana bukan berarti mengurangi mutu dan keamanan pangan. Soal bahan baku, di sini melimpah dan kami menjamin ketersediaan produk dan nutrisinya,” ungkap Edwin.

Sementara itu, Menteri Koperasi dan UKM RI Teten Masduki mendukung pengimplementasian produksi minyak makan merah PPKS. Dengan harga yang terjangkau, kesejahteraan petani akan lebih terjaga menurut Teten. “Kamerun dan Malaysia sudah duluan mengekspor ini, tetapi di sini soal kualitas sepertinya lebih unggul. Dan dengan harga yang lebih terjangkau, petani kita akan lebih sejahtera, petani tidak terlalu bergantung pada industri besar. Kita akan berbuat,” tegas Teten.

Untuk pengembangan produksinya, Teten berjanji akan mengucurkan bantuan bergulir kepada petani sawit rakyat, pelaku koperasi dan UMKM. “Karena itulah saya turun kemari, memastikan pengembangan produksi minyak ikan merah ini. Kami tentu siap mengucurkan bantuan,” ujarnya.

Pada pertemuan ini dilakukan Nota Kesepahaman antara stakeholder untuk mengembangkan minyak goreng merah termasuk kelompok tani, koperasi, UKM, BUMN dan Pemerintah. Penandatanganan Nota Kesepahaman ini disaksikan langsung Walikota Medan Bobby Afif Nasution, jajaran Kementerian Koperasi dan UKM serta OPD Pemprov Sumut. (gus/adz)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Gubernur Sumatera Utara (Gubsu), Edy Rahmayadi terkesan dengan inovasi minyak makan merah Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Dia meminta agar implementasi produksi minyak makan merah berbasis kelapa sawit ini segera terealisasi.

EDY Rahmayadi tertarik, karena PPKS bisa menghasilkan alat produksi sederhana untuk minyak makan merah yang bisa digunakan koperasi, kelompok tani, atau UMKM. Dengan begitu, petani tidak terlalu bergantung pada pabrik-pabrik kelapa sawit besar.

“Melihat alatnya yang sederhana seperti itu, saya pun mau. Kita akan bahas, kita rencanakan. Jangan lama-lama, harus cepat ini. Apalagi saat ini minyak goreng mahal,” kata Edy saat meninjau proses produksi minyak makan merah itu bersama Menteri Koperasi & UKM, Teten Masduki dan Wali Kota Medan, Muhammad Bobby Afif Nasution di PPKS Jalan Brigjen Katamso Medan, Kamis (9/6).

Menurut Edy, untuk mengembangkan ini dibutuhkan kerja sama yang kuat antara stakeholder, petani, koperasi, dan UKM. Dia berharap, minyak makan merah ini bisa meningkatkan nilai tukar petani dan gizi masyarakat. “Dari penjelasan Kepala PPKS tadi, minyak ini lebih murah, gizinya lebih baik. Jadi, kalau kita implementasikan petani kita bisa lebih makmur dan masyarakat kita lebih sehat,” katanya.

Berdasarkan keterangan Kepala PPKS Edwin Syahputra Lubis, minyak makan merah ini kaya akan vitamin A dan zat lainnya yang dibutuhkan tubuh. Minyak goreng merah ini menurutnya juga bisa berkontribusi dalam menurunkan stunting di Sumut.

Bahkan, menurutnya, vitamin E dan karoten minyak makan merah lebih kaya dibandingkan minyak sawit merah komersil, minyak bunga matahari, minyak safflower, minyak jagung, bahkan minyak zaitun. “Karena kaya vitamin A, karoten, Vitamin E dan nutrisi lainnya yang sangat dibutuhkan bayi untuk tumbuh ini bisa berkontribusi mengurangi angka stunting. Produksinya tidak menggunakan bahan-bahan sintetis sehingga lebih rendah risiko, tetapi nutrisinya lebih banyak,” kata Edwin.

Lebih lanjut dijelaskannya, minyak makan merah ini mengandung kandungan senyawa antioksidan. Itu dapat dimanfaatkan sebagai agen anti aging dan anti microbal, sehingga dapat juga dimanfaatkan dalam berbagai produk kosmeseutikal.

Sebagai bahan makanan, jelas Edwin, minyak makan merah dapat diolah terlebih dahulu atau langsung diminum sebagai suplemen. Karena itu, minyak makan merah dapat digunakan untuk pengentasan prevalensi stunting di Indonesia. “Apalagi di Sumut saat ini prevalensi stunting mencapai 30 persen,” jelasnya.

Dengan proses produksi yang relatif sederhana, tambah Edwin, produksi minyak makan merah sangat mungkin ditekuni petani sawit rakyat, koperasi maupun UMKM. Sedangkan untuk alat produksinya, Edwin menjelaskan, mampu memproduksi 50 kg minyak makan merah per jam, bahan bakunya berasal dari CPO benih unggul kelapa sawit (varietas PPKS). Bila dibandingkan dengan skala industri, menurutnya, harga minyak makan merah akan jauh lebih murah, karena proses produksinya lebih sederhana. “Walau alat produksinya sederhana bukan berarti mengurangi mutu dan keamanan pangan. Soal bahan baku, di sini melimpah dan kami menjamin ketersediaan produk dan nutrisinya,” ungkap Edwin.

Sementara itu, Menteri Koperasi dan UKM RI Teten Masduki mendukung pengimplementasian produksi minyak makan merah PPKS. Dengan harga yang terjangkau, kesejahteraan petani akan lebih terjaga menurut Teten. “Kamerun dan Malaysia sudah duluan mengekspor ini, tetapi di sini soal kualitas sepertinya lebih unggul. Dan dengan harga yang lebih terjangkau, petani kita akan lebih sejahtera, petani tidak terlalu bergantung pada industri besar. Kita akan berbuat,” tegas Teten.

Untuk pengembangan produksinya, Teten berjanji akan mengucurkan bantuan bergulir kepada petani sawit rakyat, pelaku koperasi dan UMKM. “Karena itulah saya turun kemari, memastikan pengembangan produksi minyak ikan merah ini. Kami tentu siap mengucurkan bantuan,” ujarnya.

Pada pertemuan ini dilakukan Nota Kesepahaman antara stakeholder untuk mengembangkan minyak goreng merah termasuk kelompok tani, koperasi, UKM, BUMN dan Pemerintah. Penandatanganan Nota Kesepahaman ini disaksikan langsung Walikota Medan Bobby Afif Nasution, jajaran Kementerian Koperasi dan UKM serta OPD Pemprov Sumut. (gus/adz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/