28.9 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Full Day School: Pertimbangkan Kejenuhan dan Stamina Siswa

Senada dengan Syaiful diutarakan pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Medan, M Rizal Hasibuan. Kata Rizal, ide tersebut cukup brilian bila diterapkan di sekolah negeri yang ada di Medan. Karena, waktu bermain siswa di luar sekolah yang tidak bermanfaat akan berkurang dan diisi dengan kegiatan positif di sekolah.

“Sebenarnya sudah banyak sekolah di swasta sudah menerapkan sistem tersebut. Kemudian, dari hasil penelitian pun juga sudah terbukti efektif dibanding dengan sekolah yang hanya menerapkan sistem pembelajaran seperti biasa. Namun demikian, kebijakan ini perlu didukung oleh persiapan dari sisi fasilitas sekolah,” ungkap Rizal.

Pertama, sebut Rizal yaitu fasilitas kegiatan belajar mengajar di sekolah. Selain itu, perlu juga kreatifitas dari guru dalam memberikan pelajaran. Hal ini dilakukan agar para siswa tidak mengalami kebosanan atau jenuh.

Oleh karenanya, sambung Rizal, dirinya menilai sistem ini dapat diterapkan di sekolah negeri di Medan. “Saya rasa sekolah di Medan diyakini mampu menerapkan kebijakan itu, dengan catatan kembali lagi didukung fasilitas yang memadai. Tak lupa harus dilakukan juga pengawasan atau evaluasi, sehingga kebijakan ini benar-benar efektif,” cetusnya.

Kepala SMP Negeri 3 Medan Nurhalimah Sibuea juga mendukung bila kebijakan itu diterapkan. Akan tetapi, sarana dan prasarana sekolah harus didukung. Misalnya, ruang belajar siswa atau kelas.

“Saat ini terdapat sejumlah sekolah (SMP Negeri) yang membagi dua waktu belajar siswa lantaran keterbatasan kelas. Ada yang masuk pagi dan ada juga yang masuk siang. Karena itu, bila kebijakan ini diterapkan tentunya ruang kelas harus cukup,” tuturnya. (ris/ted)

Senada dengan Syaiful diutarakan pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Medan, M Rizal Hasibuan. Kata Rizal, ide tersebut cukup brilian bila diterapkan di sekolah negeri yang ada di Medan. Karena, waktu bermain siswa di luar sekolah yang tidak bermanfaat akan berkurang dan diisi dengan kegiatan positif di sekolah.

“Sebenarnya sudah banyak sekolah di swasta sudah menerapkan sistem tersebut. Kemudian, dari hasil penelitian pun juga sudah terbukti efektif dibanding dengan sekolah yang hanya menerapkan sistem pembelajaran seperti biasa. Namun demikian, kebijakan ini perlu didukung oleh persiapan dari sisi fasilitas sekolah,” ungkap Rizal.

Pertama, sebut Rizal yaitu fasilitas kegiatan belajar mengajar di sekolah. Selain itu, perlu juga kreatifitas dari guru dalam memberikan pelajaran. Hal ini dilakukan agar para siswa tidak mengalami kebosanan atau jenuh.

Oleh karenanya, sambung Rizal, dirinya menilai sistem ini dapat diterapkan di sekolah negeri di Medan. “Saya rasa sekolah di Medan diyakini mampu menerapkan kebijakan itu, dengan catatan kembali lagi didukung fasilitas yang memadai. Tak lupa harus dilakukan juga pengawasan atau evaluasi, sehingga kebijakan ini benar-benar efektif,” cetusnya.

Kepala SMP Negeri 3 Medan Nurhalimah Sibuea juga mendukung bila kebijakan itu diterapkan. Akan tetapi, sarana dan prasarana sekolah harus didukung. Misalnya, ruang belajar siswa atau kelas.

“Saat ini terdapat sejumlah sekolah (SMP Negeri) yang membagi dua waktu belajar siswa lantaran keterbatasan kelas. Ada yang masuk pagi dan ada juga yang masuk siang. Karena itu, bila kebijakan ini diterapkan tentunya ruang kelas harus cukup,” tuturnya. (ris/ted)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/