26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Positif Covid-19 & Meninggal di Sumut Bertambah, Gubsu: Kamis, Doa Bersama

DOA COVID-19 Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, mengimbau seluruh masyarakat Sumut menggelar doa bersama secara serentak pada Kamis, 14 Mei 2020, agar Indonesia khususnya Provinsi Sumut, dapat terbebas dari pandemi Covid-19.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Hampir dua bulan sejak Work from Home diumumkan Presiden Joko Widodo di seluruh tanah air, mulai 16 Maret lalu. Namun jumlah pasien positif Covid-19 di Sumatera Utara terus bertambah. Hingga Minggu (10/5), pasien positif sudah mencapai 179 orang, naik 22 orang dibanding dua hari sebelumnya. Mencermati perkembangan ini, Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, mengimbau seluruh masyarakat menggelar doa bersama secara serentak pada Kamis, 14 Mei 2020.

DOA SERENTAK dilakukan sebagai upaya memohon dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar Indonesia khususnya Provinsi Sumut, dapat terbebas dari pandemi Covid-19.

Imbauan Gubsu disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sumut R Sabrina, Minggu (10/5). Menurutnya, pelaksanaan doa bersama secara serentak menghadapi wabah Covid-19 ini disampaikan Gubernur Sumut lewat Surat Edaran Nomor 440/3859/2020, pada tanggal 8 Mei 2020.

Surat edaran sudah disebar kepada seluruh Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Bupati/Walikota se Sumut, Kakanwil Agama Sumut, tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda, praktisi dunia pendidikan/madrasah, pimpinan lembaga pemerintah/non pemerintah serta seluruh masyarakat Sumut.

“Kita mengimbau kepada seluruh masyarakat Sumut untuk melaksanakan doa bersama secara serentak pada tanggal 14 Mei 2020, pukul 12.30-13.00 WIB,” ujar Sabrina.

Pelaksanaan doa bersama ini diharapkan dilakukan dengan mempedomani tanggal dan waktu pelaksanaan. “Dilaksanakan di tempat masing-masing sesuai dengan agama yang dianut. Jadi, pelaksanaan doa bersama secara serentak ini tidak dilakukan dengan berkumpul dan membuat keramaian,” katanya.

Untuk menjaga kekhusukan berdoa serentak, pada saat itu, warga diminta tidak melakukan kegiatan di jalanan. “Kita harapkan, pelaksanaan doa bersama ini tetap memperhatikan protokol kesehatan Covid-19,” terang Sabrina.

Pasien Meninggal Bertambah

Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTTP) Covid-19 Sumut hingga Minggu (10/5), jumlah pasien positif sudah mencapai 179 orang. Meningkat 22 orang dibanding dua hari sebelumnya, yaitu 157 orang.

Peningkatan juga terjadi pada jumlah orang yang meninggal akibat Covid-19, yaitu 24 orang, naik 3 orang dari hari sebelumnya yang masih 21 orang. Ketiga pasien yang meninggal dunia yaitu pasien berinisial S dirawat di RS GL Tobing, N di RSUP H Adam Malik Medan, dan HNM di RS Murni Teguh.

Sedangkan jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang dirawat saat ini cenderung menurun, dari 158 orang hari sebelumnya menjadi 149 orang. Sementara pasien Covid-19 yang sembuh jumlahnya masih tetap sebanyak 48 orang.

Juru Bicara (Jubir) GTTP Covid-19 Sumut, dr Aris Yudhariansyah, mengakui beberapa hari terakhir terjadi peningkatan jumlah orang pasien positif Covid-19 di Sumatera Utara. Menurutnya, itu adalah gambaran dari kepatuhan masyarakat Sumut dalam menjalankan anjuran pemerintah.

“Ada 16 kabupaten/kota di Sumut telah ditemukan kasus pasien positif Covid-19. Di antaranya, Medan, Siantar, Tanjung Balai, Binjai, Tebing Tinggi, Padangsidimpuan, Deliserdang, Karo, Simalungun, Asahan, Labuhanbatu, Tapanuli Utara, Dairi, Toba, Serdangbedagai, dan Labuhanbatu Utara,” ungkap Aris dalam keterangan persnya melalui video streaming Youtube, Minggu sore.

Menurut Aris, percepatan penanganan virus corona berbasis komunitas merupakan strategi yang tepat untuk membendung paparan Covid-19. Strategi ini bertujuan untuk melindungi warga yang masih sehat dan menyembuhkan warga yang sakit. Dengan strategi ini, Gugus Tugas menekankan pelibatan seluruh lapisan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut.

“Saat ini telah banyak muncul berbagai inisiatif masyarakat untuk meringankan warga lainnya yang sehat namun mengalami kesulitan ekonomi akibat situasi pandemi Covid-19. Selain itu, banyak muncul aksi kerelawanan masyarakat yang mengumpulkan dan menyumbangkan beberapa perbekalan kesehatan untuk para tenaga medis yang berjuang melawan Covid-19,” ujarnya.

Dikatakan dia, strategi berbasis komunitas untuk menangani Covid-19 bukanlah semata-mata mendorong masyarakat menjadi sukarelawan atau mengumpulkan bantuan untuk warga lainnya. Strategi berbasis komunitas juga bukan mendorong suatu komunitas lingkup kecil, misalnya kampung, dusun, desa atau komplek untuk menutup pintu masuk dan mencegah orang dari luar komunitas untuk masuk ke dalam lingkungan tersebut.

Strategi berbasis komunitas untuk menangani Covid-19 yang berorientasi pada proses untuk menguatkan perasaan saling mendukung usaha satu sama lain.

Aris menyebutkan, penanganan Covid-19 berbasis komunitas perlu mencakup setidaknya dua hal. Pertama, proses terus-menerus menggugah kesadaran bersama bahwa pandemi Covid-19 menerjang satu komunitas besar bernama Sumatera Utara. Bukan hanya kabupaten/kota atau wilayah tertentu saja. Sehingga arahan pemerintah untuk tidak berpergian dan tidak mudik adalah pilihan yang tepat.

Kedisiplinan yang kuat dalam menghadapi pandemi Covid-19, dengan tidak memberikan kesempatan kepada virus corona untuk menular kepada orang lain karena kontak dekat. Artinya, disiplin untuk isi kandungannya, yakni tidak keluar rumah, tidak bepergian, tidak mudik, akan menjadi sukses kunci keberhasilannya.

Kedua, proses terus-menerus menggugah solidaritas bersama sehingga aksi solidaritas terus akan menjaga perasaan saling mendukung usaha satu sama lain. Aksi solidaritas akan dapat membawa kesadaran tentang kebersamaan, sekaligus melindungi mereka yang rentan terhadap penyakit ini. “Mari bersama-sama bahu-membahu, bukan hanya para petugas kesehatan, siapapun bisa memberikan bantuan dengan cara bertoleransi,” katanya.

Apabila ada warga yang bergejala Covid-19 di sekitar rumah, agar dibantu melaksanakan isolasi secara mandiri. “Jangan dikucilkan, berilah bantuan agar mereka bisa menjalankan isolasi ini dengan cara yang sebaik-baiknya dan tidak menjadi sumber penularan bagi orang lain,” katanya.

Strategi berbasis komunitas untuk menangani Covid-19 pada pokoknya bertujuan untuk memperkuat komunitas, dengan terus berkembangnya kesadaran dan solidaritas dalam penanganan virus corona.

Dari gambaran data yang telah disampaikan mengenai orang yang terpapar Covid-19 di Sumut, menurut Aris, haruslah menjadi poin seberapa disiplin mematuhi protokol kesehatan yang telah diimbau pemerintah. Mulai dari rajin cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, menjaga jaga jarak dan lain sebagainya.

Sebelumnya, salahsatu pasien yang sudah dinyatakan positif dan kembali terinfeksi Covid-19 adalah ajudan Wakil Gubernur Sumut, Ori Kurniawan. Ini merupakan kasus ketiga di Indonesia setelah kasus Blitar dan mantan Putri Pariwisata Indonesia 2008 Albertina Fransisca Mailoa.

Melalui video call dengan jubir GTPP Covid-19 Sumut, dr Whiko, Ori mengatakan, dirinya melaksanakan karantina mandiri setelah dinyatakan sembuh pada 6 April. Namun dua minggu kemudian, hasil tes swab-nya kembali positif Covid-19. Walau begitu Ori tidak mengalami gejala-gejala serius seperti saat dia terinfeksi pertama kali.

“Perasaan sakit tidak ada, hanya merasa flu di tiga hari awal sebelum dirujuk ke RS Adam Malik. Sekarang saya tidak merasa sakit,” kata Ori, saat ditanya Whiko terkait kesehatannya saat ini.

Yang menjadi tantangan terberat Ori adalah tingkat stress, karena sudah lebih satu bulan harus menjalani isolasi baik mandiri maupun di rumah sakit. “Yang perlu dijaga adalah tingkat stress. Saya mengalaminya, tetapi dengan dukungan keluarga, teman dan Pak Wagub saya kembali semangat untuk sehat dari Covid-19,” terang Ori.

RS USU Operasikan Ruang Isolasi

Dalam rangka percepatanan penanganan Covid-19, ruang isolasi bagi pasien positif virus corona di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU), akan segera dioperasikan dalam waktu dekat. Selain itu, RS yang beralamat di Jalan dr Mansyur Medan itu memiliki laboratorium unit Polimere Chain Reaction (PCR).

“Gedung untuk ruang isolasi Covid-19sudah selesai. Mudah-mudahan siap difungsikan dalam seminggu ke depan dengan kapasitas 5 pasien,” ungkap Rektor USU, Prof. Runtung Sitepu, kemarin.

Dana pembangunan ruang isolasi berasal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, dengan anggaran Rp9,5 miliar. Anggaran tersebut untuk penanganan Covid-19 di Sumut melalui USU, termasuk untuk memenuhi perlengkapan fasilitas medis lainnya.

“RS USU sudah memiliki kelengkapan tim medis dan alat-alat yang diperlukan, seperti 4 unit PCR, di mana 2 di antaranya disiapkan untuk tes swab pasien ODP dan PDP Covid-19,” sebut Runtung.

Runtung mengakui, pihak mengalami kendala dalam penanganan Covid-19. Namun hal itu tidak menyurutkan tim medis RS USU memberikan pelayanan untuk membantu pemerintah memutus mata rantai penyebaran virus. “Kendalanya ada pada kesulitan mendapatkan reagensia, sebagai bahan baku pengujian sampel swab,” kata Runtung.

Menurutnya, USU sudah berusaha memesan sendiri tanpa menunggu sumbangan. Namun pesanan belum bisa terpenuhi, karena banyaknya permintaan. Akhirnya, datang bantuan 1.000 reagensia dari Litbangkes untuk tes swab 300 pasien ODP dan PDP. Dari 1.000 pesanan reagensia RS USU itu, baru dikirimkan sekitar 60 reagensia untuk tes swab 33 pasien.

“Sejak 16 April, USU mulai bekerja memeriksa 40 sampel dan terus bekerja hingga saat ini. RS USU sangat terbantu setelah kembali menerima bantuan 10.000 reagensia dari Litbangkes,” tutur Rektor.

Runtung menjelaskan dalam pengananan Covid-19, tenaga dokter yang terlibat meliputi dokter patologi anatomi, dokter patologi klinik, dan analis-analis dari Balai Teknik Lingkungan.

“Semua bekerja bersama hingga hari ini. Tim bekerja nonstop karena banyaknya sampel yang datang dari berbagai puskesmas dan rumah sakit yang ada di Sumut,” sebut Runtung.

Percepatanan penanganan Covid-19 di RS USU, menurut Runtung, tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Untuk itu, ia mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan. “Kami bersyukur dengan bantuan dari berbagai pihak, sehingga semua tim medis —termasuk para PPDS— sangat terbantu dalam seluruh aktivitas medisnya,” tandas Prof Runtung. (ris/prn/gus)

DOA COVID-19 Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, mengimbau seluruh masyarakat Sumut menggelar doa bersama secara serentak pada Kamis, 14 Mei 2020, agar Indonesia khususnya Provinsi Sumut, dapat terbebas dari pandemi Covid-19.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Hampir dua bulan sejak Work from Home diumumkan Presiden Joko Widodo di seluruh tanah air, mulai 16 Maret lalu. Namun jumlah pasien positif Covid-19 di Sumatera Utara terus bertambah. Hingga Minggu (10/5), pasien positif sudah mencapai 179 orang, naik 22 orang dibanding dua hari sebelumnya. Mencermati perkembangan ini, Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, mengimbau seluruh masyarakat menggelar doa bersama secara serentak pada Kamis, 14 Mei 2020.

DOA SERENTAK dilakukan sebagai upaya memohon dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar Indonesia khususnya Provinsi Sumut, dapat terbebas dari pandemi Covid-19.

Imbauan Gubsu disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sumut R Sabrina, Minggu (10/5). Menurutnya, pelaksanaan doa bersama secara serentak menghadapi wabah Covid-19 ini disampaikan Gubernur Sumut lewat Surat Edaran Nomor 440/3859/2020, pada tanggal 8 Mei 2020.

Surat edaran sudah disebar kepada seluruh Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Bupati/Walikota se Sumut, Kakanwil Agama Sumut, tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda, praktisi dunia pendidikan/madrasah, pimpinan lembaga pemerintah/non pemerintah serta seluruh masyarakat Sumut.

“Kita mengimbau kepada seluruh masyarakat Sumut untuk melaksanakan doa bersama secara serentak pada tanggal 14 Mei 2020, pukul 12.30-13.00 WIB,” ujar Sabrina.

Pelaksanaan doa bersama ini diharapkan dilakukan dengan mempedomani tanggal dan waktu pelaksanaan. “Dilaksanakan di tempat masing-masing sesuai dengan agama yang dianut. Jadi, pelaksanaan doa bersama secara serentak ini tidak dilakukan dengan berkumpul dan membuat keramaian,” katanya.

Untuk menjaga kekhusukan berdoa serentak, pada saat itu, warga diminta tidak melakukan kegiatan di jalanan. “Kita harapkan, pelaksanaan doa bersama ini tetap memperhatikan protokol kesehatan Covid-19,” terang Sabrina.

Pasien Meninggal Bertambah

Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTTP) Covid-19 Sumut hingga Minggu (10/5), jumlah pasien positif sudah mencapai 179 orang. Meningkat 22 orang dibanding dua hari sebelumnya, yaitu 157 orang.

Peningkatan juga terjadi pada jumlah orang yang meninggal akibat Covid-19, yaitu 24 orang, naik 3 orang dari hari sebelumnya yang masih 21 orang. Ketiga pasien yang meninggal dunia yaitu pasien berinisial S dirawat di RS GL Tobing, N di RSUP H Adam Malik Medan, dan HNM di RS Murni Teguh.

Sedangkan jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang dirawat saat ini cenderung menurun, dari 158 orang hari sebelumnya menjadi 149 orang. Sementara pasien Covid-19 yang sembuh jumlahnya masih tetap sebanyak 48 orang.

Juru Bicara (Jubir) GTTP Covid-19 Sumut, dr Aris Yudhariansyah, mengakui beberapa hari terakhir terjadi peningkatan jumlah orang pasien positif Covid-19 di Sumatera Utara. Menurutnya, itu adalah gambaran dari kepatuhan masyarakat Sumut dalam menjalankan anjuran pemerintah.

“Ada 16 kabupaten/kota di Sumut telah ditemukan kasus pasien positif Covid-19. Di antaranya, Medan, Siantar, Tanjung Balai, Binjai, Tebing Tinggi, Padangsidimpuan, Deliserdang, Karo, Simalungun, Asahan, Labuhanbatu, Tapanuli Utara, Dairi, Toba, Serdangbedagai, dan Labuhanbatu Utara,” ungkap Aris dalam keterangan persnya melalui video streaming Youtube, Minggu sore.

Menurut Aris, percepatan penanganan virus corona berbasis komunitas merupakan strategi yang tepat untuk membendung paparan Covid-19. Strategi ini bertujuan untuk melindungi warga yang masih sehat dan menyembuhkan warga yang sakit. Dengan strategi ini, Gugus Tugas menekankan pelibatan seluruh lapisan masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut.

“Saat ini telah banyak muncul berbagai inisiatif masyarakat untuk meringankan warga lainnya yang sehat namun mengalami kesulitan ekonomi akibat situasi pandemi Covid-19. Selain itu, banyak muncul aksi kerelawanan masyarakat yang mengumpulkan dan menyumbangkan beberapa perbekalan kesehatan untuk para tenaga medis yang berjuang melawan Covid-19,” ujarnya.

Dikatakan dia, strategi berbasis komunitas untuk menangani Covid-19 bukanlah semata-mata mendorong masyarakat menjadi sukarelawan atau mengumpulkan bantuan untuk warga lainnya. Strategi berbasis komunitas juga bukan mendorong suatu komunitas lingkup kecil, misalnya kampung, dusun, desa atau komplek untuk menutup pintu masuk dan mencegah orang dari luar komunitas untuk masuk ke dalam lingkungan tersebut.

Strategi berbasis komunitas untuk menangani Covid-19 yang berorientasi pada proses untuk menguatkan perasaan saling mendukung usaha satu sama lain.

Aris menyebutkan, penanganan Covid-19 berbasis komunitas perlu mencakup setidaknya dua hal. Pertama, proses terus-menerus menggugah kesadaran bersama bahwa pandemi Covid-19 menerjang satu komunitas besar bernama Sumatera Utara. Bukan hanya kabupaten/kota atau wilayah tertentu saja. Sehingga arahan pemerintah untuk tidak berpergian dan tidak mudik adalah pilihan yang tepat.

Kedisiplinan yang kuat dalam menghadapi pandemi Covid-19, dengan tidak memberikan kesempatan kepada virus corona untuk menular kepada orang lain karena kontak dekat. Artinya, disiplin untuk isi kandungannya, yakni tidak keluar rumah, tidak bepergian, tidak mudik, akan menjadi sukses kunci keberhasilannya.

Kedua, proses terus-menerus menggugah solidaritas bersama sehingga aksi solidaritas terus akan menjaga perasaan saling mendukung usaha satu sama lain. Aksi solidaritas akan dapat membawa kesadaran tentang kebersamaan, sekaligus melindungi mereka yang rentan terhadap penyakit ini. “Mari bersama-sama bahu-membahu, bukan hanya para petugas kesehatan, siapapun bisa memberikan bantuan dengan cara bertoleransi,” katanya.

Apabila ada warga yang bergejala Covid-19 di sekitar rumah, agar dibantu melaksanakan isolasi secara mandiri. “Jangan dikucilkan, berilah bantuan agar mereka bisa menjalankan isolasi ini dengan cara yang sebaik-baiknya dan tidak menjadi sumber penularan bagi orang lain,” katanya.

Strategi berbasis komunitas untuk menangani Covid-19 pada pokoknya bertujuan untuk memperkuat komunitas, dengan terus berkembangnya kesadaran dan solidaritas dalam penanganan virus corona.

Dari gambaran data yang telah disampaikan mengenai orang yang terpapar Covid-19 di Sumut, menurut Aris, haruslah menjadi poin seberapa disiplin mematuhi protokol kesehatan yang telah diimbau pemerintah. Mulai dari rajin cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, menjaga jaga jarak dan lain sebagainya.

Sebelumnya, salahsatu pasien yang sudah dinyatakan positif dan kembali terinfeksi Covid-19 adalah ajudan Wakil Gubernur Sumut, Ori Kurniawan. Ini merupakan kasus ketiga di Indonesia setelah kasus Blitar dan mantan Putri Pariwisata Indonesia 2008 Albertina Fransisca Mailoa.

Melalui video call dengan jubir GTPP Covid-19 Sumut, dr Whiko, Ori mengatakan, dirinya melaksanakan karantina mandiri setelah dinyatakan sembuh pada 6 April. Namun dua minggu kemudian, hasil tes swab-nya kembali positif Covid-19. Walau begitu Ori tidak mengalami gejala-gejala serius seperti saat dia terinfeksi pertama kali.

“Perasaan sakit tidak ada, hanya merasa flu di tiga hari awal sebelum dirujuk ke RS Adam Malik. Sekarang saya tidak merasa sakit,” kata Ori, saat ditanya Whiko terkait kesehatannya saat ini.

Yang menjadi tantangan terberat Ori adalah tingkat stress, karena sudah lebih satu bulan harus menjalani isolasi baik mandiri maupun di rumah sakit. “Yang perlu dijaga adalah tingkat stress. Saya mengalaminya, tetapi dengan dukungan keluarga, teman dan Pak Wagub saya kembali semangat untuk sehat dari Covid-19,” terang Ori.

RS USU Operasikan Ruang Isolasi

Dalam rangka percepatanan penanganan Covid-19, ruang isolasi bagi pasien positif virus corona di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU), akan segera dioperasikan dalam waktu dekat. Selain itu, RS yang beralamat di Jalan dr Mansyur Medan itu memiliki laboratorium unit Polimere Chain Reaction (PCR).

“Gedung untuk ruang isolasi Covid-19sudah selesai. Mudah-mudahan siap difungsikan dalam seminggu ke depan dengan kapasitas 5 pasien,” ungkap Rektor USU, Prof. Runtung Sitepu, kemarin.

Dana pembangunan ruang isolasi berasal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, dengan anggaran Rp9,5 miliar. Anggaran tersebut untuk penanganan Covid-19 di Sumut melalui USU, termasuk untuk memenuhi perlengkapan fasilitas medis lainnya.

“RS USU sudah memiliki kelengkapan tim medis dan alat-alat yang diperlukan, seperti 4 unit PCR, di mana 2 di antaranya disiapkan untuk tes swab pasien ODP dan PDP Covid-19,” sebut Runtung.

Runtung mengakui, pihak mengalami kendala dalam penanganan Covid-19. Namun hal itu tidak menyurutkan tim medis RS USU memberikan pelayanan untuk membantu pemerintah memutus mata rantai penyebaran virus. “Kendalanya ada pada kesulitan mendapatkan reagensia, sebagai bahan baku pengujian sampel swab,” kata Runtung.

Menurutnya, USU sudah berusaha memesan sendiri tanpa menunggu sumbangan. Namun pesanan belum bisa terpenuhi, karena banyaknya permintaan. Akhirnya, datang bantuan 1.000 reagensia dari Litbangkes untuk tes swab 300 pasien ODP dan PDP. Dari 1.000 pesanan reagensia RS USU itu, baru dikirimkan sekitar 60 reagensia untuk tes swab 33 pasien.

“Sejak 16 April, USU mulai bekerja memeriksa 40 sampel dan terus bekerja hingga saat ini. RS USU sangat terbantu setelah kembali menerima bantuan 10.000 reagensia dari Litbangkes,” tutur Rektor.

Runtung menjelaskan dalam pengananan Covid-19, tenaga dokter yang terlibat meliputi dokter patologi anatomi, dokter patologi klinik, dan analis-analis dari Balai Teknik Lingkungan.

“Semua bekerja bersama hingga hari ini. Tim bekerja nonstop karena banyaknya sampel yang datang dari berbagai puskesmas dan rumah sakit yang ada di Sumut,” sebut Runtung.

Percepatanan penanganan Covid-19 di RS USU, menurut Runtung, tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Untuk itu, ia mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan. “Kami bersyukur dengan bantuan dari berbagai pihak, sehingga semua tim medis —termasuk para PPDS— sangat terbantu dalam seluruh aktivitas medisnya,” tandas Prof Runtung. (ris/prn/gus)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/