25.6 C
Medan
Wednesday, May 29, 2024

Bandar Besar Belum Tertangkap

Pemberantasan narkoba sedang giat-giatnya dilakukan. Namun, sepanjang 2010 lalu, kasus narkoba yang terjadi di Sumatera Utara berkisar 8.000-an kasus, namun yang mampu diungkapn Direktorat Narkoba Kepolisian Sumatera Utara (Poldasu) hanya 2.600 hingga 2.800 kasus (35 persen) dengan jumlah tersangka berkisar 3.000 hinga 3.200 orang. Sedangkan sisanya, berkisar 65 persen belum berhasil diungkap dan tersangkanya masih berkeliaran bebas.
Lalu, seperti apa Direktur Narkoba Poldasu Kombes Pol Drs Jhon Turman Panjaitan menyikapi hal ini? Berikut petikan wawancara wartawan Sumut Pos, Adlansyah Nasution dengan Kombes Pol Drs Jhon Turman Panjaitan, beberapa hari lalu.

Bagaimana peredaran Narkoba di Sumut?
Peredaran Narkoba di Sumut cukup cepat dan mudah. Hal itu  dikarenakan faktor ekonomi. Sehingga banyak masyarakat yang mau diminta untuk jadi perantara dan kurir dalam jaringan peredaran narkoba. Apalagi upah yang ditawarkan cukup besar.

Harga sabu-sabu di Sumut juga termasuk murah, yakni berkisar Rp80 ribu hingga Rp1 juta per gram untuk pembelian dalam partai besar maupun kecil. Sementara di Malaysia, pasarannya hanya Rp350 ribu hingga Rp450 ribu. Jadi, hanya dengan modal Rp100 ribu, orang sudah bisa beli sabu-sabu. Jadi, begitu mudahnya untuk mencari jaringan dan merekrut jaringan. Semua karena faktor ekonomi.

Menurut Anda, apa kendala Poldasu dalam memberantas Narkoba?
Sebenarnya, masalah narkoba ini bukan cuma masalah polisi saja, tapi masalah dan tanggung jawab kita semua. Nah, kendala yang kita hadapi, keterbatasan alat, kemampuan kinerja polisi dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam memberantas Narkoba. Jadi, penangkapan tersangka belum tuntas, masih banyak berkeliaran di luar sana.

Dimana saja lokasi peredaran narkoba yang belum terawasi?
Pintu masuk ke Sumatera Utara cukup banyak, sehingga belum dapat terawasi dengan maksimal, terutama di jalur perairan. Nah, ini tantangan kita.
Berbagai cara kita lakukan untuk dapat meminimalisir peredaran narkoba di Sumut, salah satunya dengan memasang alat X Ray di jalur perbatasan oleh Bea Cukai. Namun, untuk mengelabui petugas, ada banyak modus yang dilakukan para pengedar narkoba.

Seperti apa saja modus yang sering dilakukan para pengedar?
Di antaranya, tersangka sering menjatuhkan barang bukti yang sudah terbungkus rapi ke dalam laut. Dimana, modus ini pernah kita tangkap di Tanjung Balai. Tersangka menjatuhkannya ke dalam laut, kan barang tersebut mengapung. Lalu ada orang lain yang mengambilnya.

Di Sumut, lokasi yang dianggap rawan dimana saja?
Lokasi yang dianggap rawan dan dianggap sebagai basis peredaran narkotika jenis sabu-sabu khususnya di Medan yakni Tembung, Panah Hijau Marelan dan Kampung Kubur, Medan Baru. Sementara ladang ganja terbesar di Madina. Di mana, di wilayah tersebut, kita sering gagal menangkap dan mengungkap pengedarnya, karena petugas sering diserang masyarakat saat di lokasi.
Saya belum puas dengan apa yang telah saya lakukan selama menjabat sebagai Dir Narkoba di Polda Sumut, karena bandar-bandar besarnya belum terungkap.

Jadi langkah kedepannya bagaimana?
Polisi berharap partisipasi masyarakat untuk sadar dan meninggalkan bisnis atau mengkonsumsi barang haram tersebut. Karena efeknya sangat tidak baik. Selain itu, kita juga melakukan sosialisasi denga mendatangi sekolah-sekolah sebagai media penghubung polisi.(*)

Pemberantasan narkoba sedang giat-giatnya dilakukan. Namun, sepanjang 2010 lalu, kasus narkoba yang terjadi di Sumatera Utara berkisar 8.000-an kasus, namun yang mampu diungkapn Direktorat Narkoba Kepolisian Sumatera Utara (Poldasu) hanya 2.600 hingga 2.800 kasus (35 persen) dengan jumlah tersangka berkisar 3.000 hinga 3.200 orang. Sedangkan sisanya, berkisar 65 persen belum berhasil diungkap dan tersangkanya masih berkeliaran bebas.
Lalu, seperti apa Direktur Narkoba Poldasu Kombes Pol Drs Jhon Turman Panjaitan menyikapi hal ini? Berikut petikan wawancara wartawan Sumut Pos, Adlansyah Nasution dengan Kombes Pol Drs Jhon Turman Panjaitan, beberapa hari lalu.

Bagaimana peredaran Narkoba di Sumut?
Peredaran Narkoba di Sumut cukup cepat dan mudah. Hal itu  dikarenakan faktor ekonomi. Sehingga banyak masyarakat yang mau diminta untuk jadi perantara dan kurir dalam jaringan peredaran narkoba. Apalagi upah yang ditawarkan cukup besar.

Harga sabu-sabu di Sumut juga termasuk murah, yakni berkisar Rp80 ribu hingga Rp1 juta per gram untuk pembelian dalam partai besar maupun kecil. Sementara di Malaysia, pasarannya hanya Rp350 ribu hingga Rp450 ribu. Jadi, hanya dengan modal Rp100 ribu, orang sudah bisa beli sabu-sabu. Jadi, begitu mudahnya untuk mencari jaringan dan merekrut jaringan. Semua karena faktor ekonomi.

Menurut Anda, apa kendala Poldasu dalam memberantas Narkoba?
Sebenarnya, masalah narkoba ini bukan cuma masalah polisi saja, tapi masalah dan tanggung jawab kita semua. Nah, kendala yang kita hadapi, keterbatasan alat, kemampuan kinerja polisi dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam memberantas Narkoba. Jadi, penangkapan tersangka belum tuntas, masih banyak berkeliaran di luar sana.

Dimana saja lokasi peredaran narkoba yang belum terawasi?
Pintu masuk ke Sumatera Utara cukup banyak, sehingga belum dapat terawasi dengan maksimal, terutama di jalur perairan. Nah, ini tantangan kita.
Berbagai cara kita lakukan untuk dapat meminimalisir peredaran narkoba di Sumut, salah satunya dengan memasang alat X Ray di jalur perbatasan oleh Bea Cukai. Namun, untuk mengelabui petugas, ada banyak modus yang dilakukan para pengedar narkoba.

Seperti apa saja modus yang sering dilakukan para pengedar?
Di antaranya, tersangka sering menjatuhkan barang bukti yang sudah terbungkus rapi ke dalam laut. Dimana, modus ini pernah kita tangkap di Tanjung Balai. Tersangka menjatuhkannya ke dalam laut, kan barang tersebut mengapung. Lalu ada orang lain yang mengambilnya.

Di Sumut, lokasi yang dianggap rawan dimana saja?
Lokasi yang dianggap rawan dan dianggap sebagai basis peredaran narkotika jenis sabu-sabu khususnya di Medan yakni Tembung, Panah Hijau Marelan dan Kampung Kubur, Medan Baru. Sementara ladang ganja terbesar di Madina. Di mana, di wilayah tersebut, kita sering gagal menangkap dan mengungkap pengedarnya, karena petugas sering diserang masyarakat saat di lokasi.
Saya belum puas dengan apa yang telah saya lakukan selama menjabat sebagai Dir Narkoba di Polda Sumut, karena bandar-bandar besarnya belum terungkap.

Jadi langkah kedepannya bagaimana?
Polisi berharap partisipasi masyarakat untuk sadar dan meninggalkan bisnis atau mengkonsumsi barang haram tersebut. Karena efeknya sangat tidak baik. Selain itu, kita juga melakukan sosialisasi denga mendatangi sekolah-sekolah sebagai media penghubung polisi.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/