25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Banjir Rendam 5 Kelurahan di Belawan

BELAWAN-Banjir rob atau gelombang pasang air laut kembali merendam seribuan rumah penduduk di enam kelurahan se-Kecamatan Medan Belawan. Luberan air laut bercampur lumpur dan sampah yang tidak tertampung drainase tersebut juga menggenangi badan jalan dan mengakibatkan terganggunya aktivitas warga, Kamis (11/4) kemarin.
Dari amatan Sumut Pos di Belawan, banjir rob terparah menggenangi kawasan pemukiman penduduk di Pajak Baru Kelurahan Belawan Bahagia, Kelurahan Sicanang, Kelurahan Bagan Deli dan Kampung Kurnia Kelurahan Belawan Bahari. Kondisi air laut yang mencapai 50 centimeter atau melebihi lutut orang dewasa itu tersebut mengakibatkan aktivitas warga
yang bermukim dipesisir utara kota Medan ini nyaris lumpuh.

Agus Salim (35) warga Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan menuturkan, banjir rob yang merendam rumah mereka terjadi sejak dua hari lalu. Meski fenomena alam itu dianggap merupakan hal yang biasa, namun warga merasa tak habis pikir sebab banjir rob yang dulunya datang setiap enam bulan sekali, kini malah lebih cepat. “Biasanya pasang air laut ini terjadi enam bulan sekali. Tapi sekarang tak menentu, bisa sebulan atau dua bulan pasang air laut kembali terjadi dan makin tinggi pula,” kata, Agus.

Melubernya air laut ke pemukiman warga itu sambungnya, diduga dipicu oleh banyaknya terjadi penimbunan-penimbunan lahan kosong disekitar pinggiran pantai, seperti pembangunan gudang, depo dikawasan Kampung Salam, Belawan.”Kalau beberapa tahun lalu pasang air laut tak sampai setinggi ini, jalan-jalan juga dipenuhi air laut,” ucapnya.

Ungkapan senada juga dikatakan, Khairuman (56) warga Pajak Baru Kelurahan Belawan Bahagia. Pria berprofesi sebagai nelayan ini berharap, pemerintah segera mencari solusi dengan membangun dam dan mengurangi penimbunan lahan dipinggiran pantai, agar banjir rob yang merendam rumah-rumah mereka tidak lagi menggenangi permukiman warga.

“Kondisi ini sudah sangat menyulitkan kami, tidak cuma perabotan rumah tangga saja yang rusak, tapi coba lihat dinding-dinding tembok rumah kami juga keropos akibat dampak dari air laut,” kata dia.

Terpisah, Wakil Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Medan, Abdur Rahman saat dihubungi mengakui, kerusakan lingkungan di kawasan pesisir pantai akibat dari maraknya penimbunan anak sungai untuk pembangunan depo maupun pergudangan milik pengusaha dinilai menjadi penyebab kian tinggi dan meluasnya gelombang pasang air laut yang terjadi di Belawan.
“Kondisi lingkungan baik di pinggiran pantai maupun di laut sudah sangat memperihatinkan. Pembangunan depo atau gudang semakin banyak, dan sedimentasi (kedangkalan) Sungai Nonang, Belawan kian parah. Ini harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah, agar tetap mengawasi kelestarian lingkungan dikawasan pesisir yang merupakan tempat tinggal
nelayan dan sekaligus sangat bergantung pada laut,” ungkapnya.(rul)

BELAWAN-Banjir rob atau gelombang pasang air laut kembali merendam seribuan rumah penduduk di enam kelurahan se-Kecamatan Medan Belawan. Luberan air laut bercampur lumpur dan sampah yang tidak tertampung drainase tersebut juga menggenangi badan jalan dan mengakibatkan terganggunya aktivitas warga, Kamis (11/4) kemarin.
Dari amatan Sumut Pos di Belawan, banjir rob terparah menggenangi kawasan pemukiman penduduk di Pajak Baru Kelurahan Belawan Bahagia, Kelurahan Sicanang, Kelurahan Bagan Deli dan Kampung Kurnia Kelurahan Belawan Bahari. Kondisi air laut yang mencapai 50 centimeter atau melebihi lutut orang dewasa itu tersebut mengakibatkan aktivitas warga
yang bermukim dipesisir utara kota Medan ini nyaris lumpuh.

Agus Salim (35) warga Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan menuturkan, banjir rob yang merendam rumah mereka terjadi sejak dua hari lalu. Meski fenomena alam itu dianggap merupakan hal yang biasa, namun warga merasa tak habis pikir sebab banjir rob yang dulunya datang setiap enam bulan sekali, kini malah lebih cepat. “Biasanya pasang air laut ini terjadi enam bulan sekali. Tapi sekarang tak menentu, bisa sebulan atau dua bulan pasang air laut kembali terjadi dan makin tinggi pula,” kata, Agus.

Melubernya air laut ke pemukiman warga itu sambungnya, diduga dipicu oleh banyaknya terjadi penimbunan-penimbunan lahan kosong disekitar pinggiran pantai, seperti pembangunan gudang, depo dikawasan Kampung Salam, Belawan.”Kalau beberapa tahun lalu pasang air laut tak sampai setinggi ini, jalan-jalan juga dipenuhi air laut,” ucapnya.

Ungkapan senada juga dikatakan, Khairuman (56) warga Pajak Baru Kelurahan Belawan Bahagia. Pria berprofesi sebagai nelayan ini berharap, pemerintah segera mencari solusi dengan membangun dam dan mengurangi penimbunan lahan dipinggiran pantai, agar banjir rob yang merendam rumah-rumah mereka tidak lagi menggenangi permukiman warga.

“Kondisi ini sudah sangat menyulitkan kami, tidak cuma perabotan rumah tangga saja yang rusak, tapi coba lihat dinding-dinding tembok rumah kami juga keropos akibat dampak dari air laut,” kata dia.

Terpisah, Wakil Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Medan, Abdur Rahman saat dihubungi mengakui, kerusakan lingkungan di kawasan pesisir pantai akibat dari maraknya penimbunan anak sungai untuk pembangunan depo maupun pergudangan milik pengusaha dinilai menjadi penyebab kian tinggi dan meluasnya gelombang pasang air laut yang terjadi di Belawan.
“Kondisi lingkungan baik di pinggiran pantai maupun di laut sudah sangat memperihatinkan. Pembangunan depo atau gudang semakin banyak, dan sedimentasi (kedangkalan) Sungai Nonang, Belawan kian parah. Ini harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah, agar tetap mengawasi kelestarian lingkungan dikawasan pesisir yang merupakan tempat tinggal
nelayan dan sekaligus sangat bergantung pada laut,” ungkapnya.(rul)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/