BELAWAN-Perubahan musim disertai gelombang pasang air laut yang mulai melanda pesisir pantai timur Sumatera menimbulkan permasalahan baru bagi nelayan di Belawan. Mereka mengeluh sulit bekerja karena perairan dipenuhi ubur-ubur. Meski belum memakan korban, tapi hewan yang bisa menyebabkan gatal-gatal itu kian hari populasinya semakin bertambah.
“Banyaknya ubur-ubur ini sudah pasti mengganggu, biasanya nelayan tak mau turun ke laut memperbaiki boat (kapal ikan, red) karena takut tersentuh ubur-ubur yang bisa menyebabkan gatal-gatal,” ujar Darwis (42) seorang nelayan asal Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Rabu (11/6) kemarin.
Meningkatnya populasi ubur-ubur ini, membuat para nelayan di daerah pinggiran pantai utara Kota Medan ini juga kerepotan dalam mengoperasikan alat tangkap ikannya. Pasalnya, ubur-ubur yang terdorong gelombang laut kian bergerak ke permukaan dan menyumbat jaring-jaring penangkap ikan milik nelayan.”Ikan-ikan juga ada yang mati lemas akibat tersengat racun ubur-ubur,” ungkapnya.
Populasi ubur-ubur juga dikeluhkan Jamaluddin (37) nelayan lainnya. Menurut dia, kian bertambahnya populasi ubur-ubur di perairan tersebut sudah terjadi dalam dua hari terakhir.
Meski kemunculan hewan tersebut sudah dianggap biasa, tapi tetap saja membuat aktivitas nelayan terganggu.
“Kalau sudah terjadi perubahan musim seperti ini biasanya jumlah ubur-ubur lebih banyak dari biasanya. Apalagi, saat gelombang air pasang laut naik, maka ubur-ubur akan terdorong ke permukaan,” kata, Jamaluddin.
Dari amatan Sumut Pos di sekitar perairan Belawan, populasi ubur-ubur yang ada diperkirakan jumlahnya mencapai ribuan ekor. Hewan laut berumbai dan memiliki warna putih itu umumnya berenang berkelompok melintasi pinggiran pantai menuju ke tengah laut. Bahkan, sesekali hewan ini terlihat terhempas kembali ke tepian pantai saat gelombang laut muncul.(rul/ila)
BELAWAN-Perubahan musim disertai gelombang pasang air laut yang mulai melanda pesisir pantai timur Sumatera menimbulkan permasalahan baru bagi nelayan di Belawan. Mereka mengeluh sulit bekerja karena perairan dipenuhi ubur-ubur. Meski belum memakan korban, tapi hewan yang bisa menyebabkan gatal-gatal itu kian hari populasinya semakin bertambah.
“Banyaknya ubur-ubur ini sudah pasti mengganggu, biasanya nelayan tak mau turun ke laut memperbaiki boat (kapal ikan, red) karena takut tersentuh ubur-ubur yang bisa menyebabkan gatal-gatal,” ujar Darwis (42) seorang nelayan asal Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Rabu (11/6) kemarin.
Meningkatnya populasi ubur-ubur ini, membuat para nelayan di daerah pinggiran pantai utara Kota Medan ini juga kerepotan dalam mengoperasikan alat tangkap ikannya. Pasalnya, ubur-ubur yang terdorong gelombang laut kian bergerak ke permukaan dan menyumbat jaring-jaring penangkap ikan milik nelayan.”Ikan-ikan juga ada yang mati lemas akibat tersengat racun ubur-ubur,” ungkapnya.
Populasi ubur-ubur juga dikeluhkan Jamaluddin (37) nelayan lainnya. Menurut dia, kian bertambahnya populasi ubur-ubur di perairan tersebut sudah terjadi dalam dua hari terakhir.
Meski kemunculan hewan tersebut sudah dianggap biasa, tapi tetap saja membuat aktivitas nelayan terganggu.
“Kalau sudah terjadi perubahan musim seperti ini biasanya jumlah ubur-ubur lebih banyak dari biasanya. Apalagi, saat gelombang air pasang laut naik, maka ubur-ubur akan terdorong ke permukaan,” kata, Jamaluddin.
Dari amatan Sumut Pos di sekitar perairan Belawan, populasi ubur-ubur yang ada diperkirakan jumlahnya mencapai ribuan ekor. Hewan laut berumbai dan memiliki warna putih itu umumnya berenang berkelompok melintasi pinggiran pantai menuju ke tengah laut. Bahkan, sesekali hewan ini terlihat terhempas kembali ke tepian pantai saat gelombang laut muncul.(rul/ila)