25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Usai Operasi, Usus Anggirlan Tak Tersambung ke Lubang Anus

Menurut dia, Anggirlan hanya sebelas hari mendapatkan perawatan medis di RS Pirngadi Medan. Dengan rasa sedih bercampur kesal, Mariana pun dengan terpaksa membawa Anggirlan pulang ke rumahnya.

Panik tentu. Sedih pun demikian. Mariana yang tak tahu harus mengadu ke mana, bercerita soal kondisi kesehatan Anggirlan kepada jiran tetangga. Pesan itu kemudian cepat sampai ke telinga kepala dusun (Kadus) hingga Camat Patumbak.

Selama mendapat perawatan di rumah, ujar Mariana, tetap begitu saja. Artinya, setiap makan yang masuk ke mulut Anggirlan, keluar di bekas jahitan operasi tersebut. Mariana pun membawa Anggirlan ke Posyandu tak jauh dari rumahnya. Dari situlah dia mendapat informasi kalau lubang anus anaknya diduga sudah tak dapat berfungsi lagi.

Akhirnya, penderitaan Anggirlan ini sampai ke telinga Kepala Dusun VI, Desa Marindal II, Radiono melalui petugas Posyandu. “Tahu dari Posyandu, mereka bilang ada warga mengalami sakit parah. Lalu kami terjun bersama pihak desa pada 8 Februari 2017 lalu ke rumahnya. Kemudian hari Jumat (10/2), atas petunjuk Pak Camat, kami bawa ke RSUD Deliserdang,” ungkap Radiono.

Menurutnya, kedua orangtua Anggirlan sering merantau dan lama menetap di Batam. “Kalau tinggal di Patumbak, lebih kurang masih baru setahun. Sebelumnya, mereka tinggal di Kisaran, karena suami orang sana. Jadi, ngurus KK (kartu keluarga) di Kisaran,” jelas Radiono.

Di Patumbak, mereka tinggal di perumahan kebon, peninggalan orangtua Mariana yang tutup usia sekitar lima sampai enam tahun lalu. Menurut Radiono, pekerjaan Adlin Nasution, ayah Anggirlan, tak tetap atau mocok-mocok.

“Setelah operasi, pengakuan dari orangtuanya ini, katanya si anak disuruh puasa lima hari. Jadi kalau disuruh puasa lima hari, namanya anak-anak, ya lapar jadinya menangis. Setahu saya, puasa itu masih di rumah sakit. Karena operasi usus buntu, operasi kecil, makanya pulang. Jadi si anak tadi nangis-nangis karena lapar,” beber Radiono.

Sementara, Humas RSUD dr Pirngadi Medan Edison Peranginangin yang dikonfirmasi via ponsel mengaku sedang sibuk. Padahal, wartawan koran ini hanya meminta waktu lima menit saja untuk konfirmasi. “Saya lagi acara,” ujar Edison singkat.

Meski demikian, wartawan koran ini tetap berupaya menjelaskan guna mendapatkan konfirmasi. Sayangnya, Edison tak menggubrisnya.

Sementara, Wakil Direktur RSUD Deliserdang dr Asriluddin Tambunan menyatakan, usus Anggirlan sudah tak tersambung ke lubang anus. Akibatnya, semua yang diasup keluar dari bekas jahitan.

“Untuk penyembuhan, harus menggunakan peralatan canggih dan dokter yang berpengalaman. Tapi, biarlah dulu untuk sementara dirawat di sini,” tandas pria yang akrab disapa Aci ini. (*)

 

Menurut dia, Anggirlan hanya sebelas hari mendapatkan perawatan medis di RS Pirngadi Medan. Dengan rasa sedih bercampur kesal, Mariana pun dengan terpaksa membawa Anggirlan pulang ke rumahnya.

Panik tentu. Sedih pun demikian. Mariana yang tak tahu harus mengadu ke mana, bercerita soal kondisi kesehatan Anggirlan kepada jiran tetangga. Pesan itu kemudian cepat sampai ke telinga kepala dusun (Kadus) hingga Camat Patumbak.

Selama mendapat perawatan di rumah, ujar Mariana, tetap begitu saja. Artinya, setiap makan yang masuk ke mulut Anggirlan, keluar di bekas jahitan operasi tersebut. Mariana pun membawa Anggirlan ke Posyandu tak jauh dari rumahnya. Dari situlah dia mendapat informasi kalau lubang anus anaknya diduga sudah tak dapat berfungsi lagi.

Akhirnya, penderitaan Anggirlan ini sampai ke telinga Kepala Dusun VI, Desa Marindal II, Radiono melalui petugas Posyandu. “Tahu dari Posyandu, mereka bilang ada warga mengalami sakit parah. Lalu kami terjun bersama pihak desa pada 8 Februari 2017 lalu ke rumahnya. Kemudian hari Jumat (10/2), atas petunjuk Pak Camat, kami bawa ke RSUD Deliserdang,” ungkap Radiono.

Menurutnya, kedua orangtua Anggirlan sering merantau dan lama menetap di Batam. “Kalau tinggal di Patumbak, lebih kurang masih baru setahun. Sebelumnya, mereka tinggal di Kisaran, karena suami orang sana. Jadi, ngurus KK (kartu keluarga) di Kisaran,” jelas Radiono.

Di Patumbak, mereka tinggal di perumahan kebon, peninggalan orangtua Mariana yang tutup usia sekitar lima sampai enam tahun lalu. Menurut Radiono, pekerjaan Adlin Nasution, ayah Anggirlan, tak tetap atau mocok-mocok.

“Setelah operasi, pengakuan dari orangtuanya ini, katanya si anak disuruh puasa lima hari. Jadi kalau disuruh puasa lima hari, namanya anak-anak, ya lapar jadinya menangis. Setahu saya, puasa itu masih di rumah sakit. Karena operasi usus buntu, operasi kecil, makanya pulang. Jadi si anak tadi nangis-nangis karena lapar,” beber Radiono.

Sementara, Humas RSUD dr Pirngadi Medan Edison Peranginangin yang dikonfirmasi via ponsel mengaku sedang sibuk. Padahal, wartawan koran ini hanya meminta waktu lima menit saja untuk konfirmasi. “Saya lagi acara,” ujar Edison singkat.

Meski demikian, wartawan koran ini tetap berupaya menjelaskan guna mendapatkan konfirmasi. Sayangnya, Edison tak menggubrisnya.

Sementara, Wakil Direktur RSUD Deliserdang dr Asriluddin Tambunan menyatakan, usus Anggirlan sudah tak tersambung ke lubang anus. Akibatnya, semua yang diasup keluar dari bekas jahitan.

“Untuk penyembuhan, harus menggunakan peralatan canggih dan dokter yang berpengalaman. Tapi, biarlah dulu untuk sementara dirawat di sini,” tandas pria yang akrab disapa Aci ini. (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/