30 C
Medan
Monday, June 3, 2024

10 Hari, 39 Tewas

Kasus Kecelakaan Lalu-Lintas di Sumut

MEDAN-Dalam sepuluh hari pelaksanaan Operasi Simpatik Toba 2012, Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Poldasu) mencatat jumlah kecelakaan lalu lintas (laka lantas) yang terjadi di Sumatera Utara sudah mencapai 137 kasus. Korban tewas akibat laka lantas ada 39 orang, 71 orang mengalami luka berat, dan 179 orang mengalami luka ringan.

Angka itu naik 34,31 persen dari 90 jumlah kecelakaan yang terjadi di hari yang sama pada tahun lalu. “Persentase korban meninggal naik 30 persen, korban luka berat naik 22,41 persen dan korban luka ringan naik 98,89 persen dari tahun sebelumnya,” ujar Kasubdit Bagian Anev Bin Opsnal Dit Lantas Poldasu, Kompol Muksin Siregar, Selasa (12/6).

Muksin menyebut untuk jumlah pelanggaran lalu lintas dalam sepuluh hari terakhir ini sudah mencapai 44.079 pelanggaran. “Dari angka itu, yang ditindak dengan tilang sebanyak 5986 pelanggaran, sedangkan ditindak dengan blanko atau teguran ada 38.093 pelanggaran,” ungkap Muksin.
Masih kata Muksin, untuk korban laka lantas dilihat dari segi profesi, karyawan swasta yang paling banyak mengalami laka lantas. “160 karyawan, mahasiswa atau pelajar 75 orang, pengemudi 8 orang dan personel Polisi sudah dua orang yang mengalami laka lantas,” sebut Muksin.  (mag-12)
Sementara, Kabid Humas Poldasu, Kombes Pol Raden Heru Prakoso menyebut denda tilang dijajaran Poldasu mencapai Rp1.663.269.800. Angka itu turun dibanding tahun sebelumnya, dalam periode yang sama, yakni Rp1.663.598.400. “Perhitungannya hanya selisih Rp328.600 atau 0,02 persen,” sebut Heru.

Saat ini jajaran Polda Sumut, khususnya Ditlantas Poldasu masih terus melaksanakan Operasi Simpatik Toba 2012 hingga tanggal 21 Juni 2012 yang dimulai sejak tanggal 1 Juni 2012. Menurut Heru, dalam operasi yang dilaksanakan jelang HUT ke-66 Bhayangkara itu, pihaknya mengedepankan tindakan preentif dan preventif, ketimbang tindakan persuasif (penegakkan hukum). “Tindakan hanya 20 persen, selebihnya pencegahan/peringatan 80 persen,” sebut Heru.

Terpisah, pengamat hukum, Julheri Sinaga SH, mengatakan, kegiatan Operasi Simpatik Toba 2012 ini lebih mengarah kepada pencitraan kepolisian. “Operasi ini tidak mengubah simpatik masyarakat. Pasalnya, anggota kepolisian yang melakukan pelanggaran dan menggunakan plat kenderaan kadaluarsa tetap bebas dari razia Ops Simpatik Toba 2012,” ujar Julheri.

Dikatakan Julheri, dalam Ops Simpatik Toba 2012, masih ada ketimpangan dan pelanggaran Undang-Undang (UU) Hak Azasi Manusia (HAM) di depan hukum. “Seharusnya kepolisian yang menjadi contoh yang baik bagi masyarakat dan bukan menjadi contoh yang tidak baik. Kalau penegak hukum itu sendiri tidak menjadi contoh yang baik, hal itu menjadi preseden buruk terhadap penegakan hukum dan termasuk institusi Kepolisian Republik Indonesia (Polri),” ujarnya.

Julheri berharap, pelaksanaan Operasi Simpatik Toba 2012 ini, jangan sampai pihak kepolisian mendapat cemooh seperti pepatah ‘semut diseberang lautan kelihatan, gajah dipelupuk mata tidak kelihatan. “Seharusnya Ops Simpatik Toba 2012 diperuntukkan kepada polisi agar menunjukkan kepada masyarakat bahwa polisi itu mau berubah dan taat hukum. Jadi jangan mentang-mentang polisi sesuka hatinya melanggar hukum dan mendiskriminasi masyarakat,” tegasnya. (mag-12)

Kasus Kecelakaan Lalu-Lintas di Sumut

MEDAN-Dalam sepuluh hari pelaksanaan Operasi Simpatik Toba 2012, Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Poldasu) mencatat jumlah kecelakaan lalu lintas (laka lantas) yang terjadi di Sumatera Utara sudah mencapai 137 kasus. Korban tewas akibat laka lantas ada 39 orang, 71 orang mengalami luka berat, dan 179 orang mengalami luka ringan.

Angka itu naik 34,31 persen dari 90 jumlah kecelakaan yang terjadi di hari yang sama pada tahun lalu. “Persentase korban meninggal naik 30 persen, korban luka berat naik 22,41 persen dan korban luka ringan naik 98,89 persen dari tahun sebelumnya,” ujar Kasubdit Bagian Anev Bin Opsnal Dit Lantas Poldasu, Kompol Muksin Siregar, Selasa (12/6).

Muksin menyebut untuk jumlah pelanggaran lalu lintas dalam sepuluh hari terakhir ini sudah mencapai 44.079 pelanggaran. “Dari angka itu, yang ditindak dengan tilang sebanyak 5986 pelanggaran, sedangkan ditindak dengan blanko atau teguran ada 38.093 pelanggaran,” ungkap Muksin.
Masih kata Muksin, untuk korban laka lantas dilihat dari segi profesi, karyawan swasta yang paling banyak mengalami laka lantas. “160 karyawan, mahasiswa atau pelajar 75 orang, pengemudi 8 orang dan personel Polisi sudah dua orang yang mengalami laka lantas,” sebut Muksin.  (mag-12)
Sementara, Kabid Humas Poldasu, Kombes Pol Raden Heru Prakoso menyebut denda tilang dijajaran Poldasu mencapai Rp1.663.269.800. Angka itu turun dibanding tahun sebelumnya, dalam periode yang sama, yakni Rp1.663.598.400. “Perhitungannya hanya selisih Rp328.600 atau 0,02 persen,” sebut Heru.

Saat ini jajaran Polda Sumut, khususnya Ditlantas Poldasu masih terus melaksanakan Operasi Simpatik Toba 2012 hingga tanggal 21 Juni 2012 yang dimulai sejak tanggal 1 Juni 2012. Menurut Heru, dalam operasi yang dilaksanakan jelang HUT ke-66 Bhayangkara itu, pihaknya mengedepankan tindakan preentif dan preventif, ketimbang tindakan persuasif (penegakkan hukum). “Tindakan hanya 20 persen, selebihnya pencegahan/peringatan 80 persen,” sebut Heru.

Terpisah, pengamat hukum, Julheri Sinaga SH, mengatakan, kegiatan Operasi Simpatik Toba 2012 ini lebih mengarah kepada pencitraan kepolisian. “Operasi ini tidak mengubah simpatik masyarakat. Pasalnya, anggota kepolisian yang melakukan pelanggaran dan menggunakan plat kenderaan kadaluarsa tetap bebas dari razia Ops Simpatik Toba 2012,” ujar Julheri.

Dikatakan Julheri, dalam Ops Simpatik Toba 2012, masih ada ketimpangan dan pelanggaran Undang-Undang (UU) Hak Azasi Manusia (HAM) di depan hukum. “Seharusnya kepolisian yang menjadi contoh yang baik bagi masyarakat dan bukan menjadi contoh yang tidak baik. Kalau penegak hukum itu sendiri tidak menjadi contoh yang baik, hal itu menjadi preseden buruk terhadap penegakan hukum dan termasuk institusi Kepolisian Republik Indonesia (Polri),” ujarnya.

Julheri berharap, pelaksanaan Operasi Simpatik Toba 2012 ini, jangan sampai pihak kepolisian mendapat cemooh seperti pepatah ‘semut diseberang lautan kelihatan, gajah dipelupuk mata tidak kelihatan. “Seharusnya Ops Simpatik Toba 2012 diperuntukkan kepada polisi agar menunjukkan kepada masyarakat bahwa polisi itu mau berubah dan taat hukum. Jadi jangan mentang-mentang polisi sesuka hatinya melanggar hukum dan mendiskriminasi masyarakat,” tegasnya. (mag-12)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/