25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Putar 170 Film Lawas Sumut

FOTO: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS Sejumlah turis mancanegara mengikuti karnaval saat pawai budaya Sumut 2014 di jalan Balai Kota Medan, Jumat (12/9). Pakaian adat dan kenderaan hias mewarnai pawai ini.
FOTO: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Sejumlah turis mancanegara mengikuti karnaval saat pawai budaya Sumut 2014 di jalan Balai Kota Medan, Jumat (12/9). Pakaian adat dan kenderaan hias mewarnai pawai ini.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Perfilman di Sumatera Utara (Sumut) pernah punya masa kejayaan di sera 1953 hingga 1983. Salah satu buktinya, ‘film lokal’ berjudul Turang pernah meraih anugerah Film Bioskop Terbaik di Festival Film Indonesia 1960 dan penghargaan untuk Bachtiar Siagian kategori sutradara terbaik.

Untuk kembali membangkitkan gairah perfilman di Sumut, Apresiasi Film Indonesia 2014 digelar di Istana Maimoon Medan 12-13 September. AFI kali ini menghadirkan 170 karya lawas, termasuk karya sineas Sumut, yang dihimpun Komunitas Film (KoFi) Sumut. Banyaknya judul film ini didukung 36 komunitas film yang sudah dibangun di Sumut.

AFI kali ini ditandai dengan iringan-iringan mobil karnaval yang diikuti artis AFI serta perwakilan puluhan artis ibukota, seperti Alex Komang, Jajang C Noer, Ralin Shah, Chiko Jerico, Fahri Albar, Popi Sofia dan beberapa artis lainnya. dari festival AFI 2014 yang diselenggarakan di Medan, Sabtu (13/9) di Istana Maimoon Medan.

Bagi para komunitas film ini, pelaksanaan AFI 2014 di Medan seperti menyiram tanaman kering yang selama ini terabaikan oleh pemerintah lokal. Baik ditingkat provinsi maupun tingkat Kabupaten/Kota.

“Itu sebabnya, ketika panitia AFI 2014 dan Badan Perfilman Indonesia (BPI) menggandeng komunitas film yang tergabung dalam KoFi Sumut untuk ikut dalam mengelola event pameran dan pameran dan workshop, kesempatan ini dianggap peluang baru untuk memperkuat gairah perfilman di Sumut. Setidaknya, lebih 170 judul film berhasil dihimpun untuk mengisi event pameran film di AFI 2014 dari berbagai kominitas di Sumut,” kata Alex dari BPI Pusat kepada wartawan, Jumat (12/9).

Film-film yang terkumpul tersebut memiliki ragam genre. Mulai dari dokumenter, fiksi, animasi dan film film lama yang diproduksi antara 1953 hingga 1970-an. Antara lain film berjudul Butet, Buaya Deli, Sungai Ular, Musang Berjanggut, Pencopet dan Sorta. Di mana film ini nantinya akan dapat dinikmati pengunjung di layar apresiasi di ajang pameran.

Koordinator KoFi Sumut Andi Hutagalung menyebutkan dewasa ini antusiasme masyarakat di Sumut untuk pengembangan dan produksi film cukup tinggi. Sayang, antusiasme ini belum mendapat perhatian pemerintah Provinsi Sumut dengan baik.

“Salah satunya hingga kini pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota tidak menyediakan ruang publik yang layak untuk mengapresiasikan berbagai film lokal yang diprosuksi. Sehingga, pengembangan produkasi film lokal jadi terbatas. Begitu juga hanya dinikmati secara terbatas pula,” sebutnya.

Lebih lanjut Andi menjelaskan bahwa untuk mengembangkan film di Sumut, sebaikanya berbagai lembaga maupun perusahaan uang ada memberikan dukungan. Sebab ini adalah industri kreatif dan padat karya. (nit/tom)

FOTO: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS Sejumlah turis mancanegara mengikuti karnaval saat pawai budaya Sumut 2014 di jalan Balai Kota Medan, Jumat (12/9). Pakaian adat dan kenderaan hias mewarnai pawai ini.
FOTO: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Sejumlah turis mancanegara mengikuti karnaval saat pawai budaya Sumut 2014 di jalan Balai Kota Medan, Jumat (12/9). Pakaian adat dan kenderaan hias mewarnai pawai ini.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Perfilman di Sumatera Utara (Sumut) pernah punya masa kejayaan di sera 1953 hingga 1983. Salah satu buktinya, ‘film lokal’ berjudul Turang pernah meraih anugerah Film Bioskop Terbaik di Festival Film Indonesia 1960 dan penghargaan untuk Bachtiar Siagian kategori sutradara terbaik.

Untuk kembali membangkitkan gairah perfilman di Sumut, Apresiasi Film Indonesia 2014 digelar di Istana Maimoon Medan 12-13 September. AFI kali ini menghadirkan 170 karya lawas, termasuk karya sineas Sumut, yang dihimpun Komunitas Film (KoFi) Sumut. Banyaknya judul film ini didukung 36 komunitas film yang sudah dibangun di Sumut.

AFI kali ini ditandai dengan iringan-iringan mobil karnaval yang diikuti artis AFI serta perwakilan puluhan artis ibukota, seperti Alex Komang, Jajang C Noer, Ralin Shah, Chiko Jerico, Fahri Albar, Popi Sofia dan beberapa artis lainnya. dari festival AFI 2014 yang diselenggarakan di Medan, Sabtu (13/9) di Istana Maimoon Medan.

Bagi para komunitas film ini, pelaksanaan AFI 2014 di Medan seperti menyiram tanaman kering yang selama ini terabaikan oleh pemerintah lokal. Baik ditingkat provinsi maupun tingkat Kabupaten/Kota.

“Itu sebabnya, ketika panitia AFI 2014 dan Badan Perfilman Indonesia (BPI) menggandeng komunitas film yang tergabung dalam KoFi Sumut untuk ikut dalam mengelola event pameran dan pameran dan workshop, kesempatan ini dianggap peluang baru untuk memperkuat gairah perfilman di Sumut. Setidaknya, lebih 170 judul film berhasil dihimpun untuk mengisi event pameran film di AFI 2014 dari berbagai kominitas di Sumut,” kata Alex dari BPI Pusat kepada wartawan, Jumat (12/9).

Film-film yang terkumpul tersebut memiliki ragam genre. Mulai dari dokumenter, fiksi, animasi dan film film lama yang diproduksi antara 1953 hingga 1970-an. Antara lain film berjudul Butet, Buaya Deli, Sungai Ular, Musang Berjanggut, Pencopet dan Sorta. Di mana film ini nantinya akan dapat dinikmati pengunjung di layar apresiasi di ajang pameran.

Koordinator KoFi Sumut Andi Hutagalung menyebutkan dewasa ini antusiasme masyarakat di Sumut untuk pengembangan dan produksi film cukup tinggi. Sayang, antusiasme ini belum mendapat perhatian pemerintah Provinsi Sumut dengan baik.

“Salah satunya hingga kini pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota tidak menyediakan ruang publik yang layak untuk mengapresiasikan berbagai film lokal yang diprosuksi. Sehingga, pengembangan produkasi film lokal jadi terbatas. Begitu juga hanya dinikmati secara terbatas pula,” sebutnya.

Lebih lanjut Andi menjelaskan bahwa untuk mengembangkan film di Sumut, sebaikanya berbagai lembaga maupun perusahaan uang ada memberikan dukungan. Sebab ini adalah industri kreatif dan padat karya. (nit/tom)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/