31 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Demo Buruh, Investor Rugi Rp150 Miliar

Demonstrasi buruh selama tiga hari berturut menciptakan kerugian besar bagi pihak investor. Bagaimana tidak, selama demo, ada 330 perusahaan di Kawasan Industri Medan (KIM) I dan II yang tidak beroperasi. Tidak tangung-tanggung angka kerugian dialami investor mencapai Rp150 miliar. Bahkan dampak dari kerugian itu, lima investor mengancam akan ‘hengkang’ karena Sumatera Utara dinilai tidak kondusif lagi.

“Operasional industri di KIM lumpuh total selama tiga hari terakhir ini, para investor sudah mulai mengeluh akibat karena kerugian mereka rata-rata per harinya sekitar Rp50 miliar,” terang Gandhi Tambunan, Direktur Utama PT KIM (Persero) kepada Sumut Pos, Rabu (12/12) kemarin.

Gandhi, menilai aksi unjuk rasa buruh menuntut ditetapkannya kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar Rp2,2 juta sudah diluar dari batas normal. Ini dikarenakan massa pengunjuk rasa kerap berbuat anarkis dengan melakukan perusakan fasilitas milik pengusaha pada saat mensweeping pabrik-pabrik di KIM.

“Informasinya memang ada sekitar beberapa investor yang akan keluar dari KIM, tapi laporan resmi soal itu belum ada diterima PT KIM,” katanya.

Dia juga sangat menyayangkan atas ketidakmampuan aparat keamanan dalam memberikan jaminan keamanan terhadap fasilitas para investor, sehingga mengakibatkan sedikitnya 5 industri menjadi sasaran perusakan massa buruh.

“Kalau terus-terusan begini dan tidak adanya jaminan keamanan, para investor akan enggan berinvestasi di Sumut karena tidak kondusif. Dan dampaknya perekonomian di daerah ini pun akan terganggu,” ungkapnya.

Amatan Sumut Pos, pada aksi unjuk rasa hari ketiga massa buruh tetap melakukan sweeping terhadap seluruh pabrik di KIM I dan II. Tidak cuma di KIM, ribuan massa dari berbagai organisasi serikat buruh juga berkonvoi melakukan penyisiran terhadap pabrik-pabrik yang berada di luar KIM hingga menuju ke arah Belawan.

Arak-arakan massa ini menimbulkan keluhan banyak pihak, termasuk masyarakat dan pengguna jalan, akibat dari kemacetan arus lalu lintas di Jalan KL Yos Sudarso Medan-Belawan yang berdampak pada terganggunya aktivitas mereka. Usai melakukan penyisiran, massa kemudian bergerak ke arah Medan untuk bergabung dan berorasi dengan massa buruh lainnya.

Selain investor di KIM yang merugi, di Pelabuhan Belawan yang merupakan pintu gerbang terbesar perekonomian di Sumatera Utara juga mengalami hal serupa, akibat dari lumpuhnya aktivitas pengiriman barang dari dan menuju ke pelabuhan.”Kita belum tahu angka pasti kerugiannya, karena masih dalam proses penghitungan. Tapi pastinya

yang mengelami kerugian sangat besar adalah pengguna jasa, karena barangnya tertahan dan tidak bisa diangkut keluar pelabuhan dan sebaliknya,” kata M Azmi Jauhari Manajer Humas PT Pelabuhan I Cabang Belawan saat dihubungi.

Selain arus keluar masuk barang yang terganggu, dampak dari aksi unjuk rasa buruh juga menimbulkan antrean kapal terjadi di Perairan Lampu Satu Belawan.”Untuk data kemarin saja ada sekitar 20 unit kapal yang mengantre dan hari ini saya belum tahu berapa,” ungkap dia.

Di Belawan Internasional Container Terminal (BICT), juga mengalami kondisi tak jauh berbeda. Penumpukan kontainer terjadi selama dua hari terakhir disebabkan tertahannya arus keluar masuk barang di pelabuhan ini. Guna mengurangi kerugian beberapa pengguna jasa melakukan aktivitas pengiriman barang pada malam hari.

“Selama dua hari akses pintu masuk pelabuhan memang terpaksa ditutup menggunakan kontainer dari mulai pukul 07.00 WIB hingga 17.00 WIB. Sedang sore harinya dibuka kembali, dan pada waktu-waktu tersebut pengguna jasa melakukan aktivitasnya,” ujar M Eriansyah Boy, Humas PT Pelabuhan Indonesia I Medan.

Terkait atas kondisi itu, menejemen PT.Pelabuhan Indonesia I mengeluarkan kebijakan untuk tidak memungut biaya tarif tambahan apapun kepada pengusaha yang barangnya tertahan selama dua hari (Senin dan Selasa) di pelabuhan. “Kejadian seperti itukan dikarenakan faktor kondisi yang sama-sama tidak dinginkan. Untuk itu kita memberi kemudahan dengan tidak memungut biaya tambahan selama dua hari, bagi pengguna jasa yang barangnya tertahan akibat aksi unjuk rasa buruh,” terangnya.

Dua Hari, PT Jasa Marga Rugi Rp149 Juta

Kerugian juga diderita oleh PT Jasa Marga Cabang Belmera. Pemblokiran akses menuju Jalan Tol Belmera dari Belawan, Medan, dan TanjungMorawa oleh massa buruh mengakibatkan perusahaan plat merah ini merugi sekitar Rp149 juta.

Kasubbag Manajemen Lalu Lintas dan Patroli PT Jasa Marga Cabang Belmera, Nurmawan mengatakan, sekitar 50 persen pendapatan perusahaan pengelola jalan tol ini mengalami kerugian jika dibandingkan dengan kondisi normal.

“Untuk selama dua hari saja (Senin dan Selasa-red) kerugian mencapai Rp149 juta, akibat seluruh jalan menuju gerbang tol diblokir massa buruh,” jelas Nurmawan.

Terkait aksi buruh ini, PT Jasa Marga juga meminta bantuan pengamanan tambahan dari polisi dan TNI guna mengantisipasi terjadinya hal-hal tak dinginkan.”Sejauh ini tidak ada fasilitas jalan tol dirusak massa pengunjuk rasa, pengamanan eksternal kita lakukan dengan meminta bantuan dari aparat Kepolisian dan TNI. Sedangkan petugas pengaman
internal melibatkan petugas patroli jalan raya (PJR),” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Ekspres Indonesia (Asperindo) Sumut M Eka Tarigan mengatakan penjemputan dan pengiriman barang khususnya lewat jalur darat mengalami keterlambatan. Yang paling terasa itu jalan menuju Belawan yang juga menjadi salah satu terminal bongkar muat barang-barang ekspedisi.

Dijelaskannya, dengan keadaan ini dipastikan akan menambah biaya keluar dari pengusaha jasa. Walaupun begitu, pengusaha tidak bisa menaikkan harga. “Ini menjadi risiko bagi pengusaha. Karena itu, kita tidak bisa naikkan karena bersifat tidak tetap,” ungkapnya.

Pengusaha dapat memilih berbagai cara, seperti menunda pengiriman, atau tidak mengantar barang sama sekali. Selain di jalur Medan-Tanjungmorawa-Belawan. Proses distribusi barang dari Medan ke sejumlah daerah lainnya di Sumut termasuk Aceh dan Pekanbaru juga mengalami hambatan.

Rata-rata, perusahaan membutuhkan waktu dua kali lipat dari waktu normal dalam pengiriman barang. “Kadang-kadang, jika macet terlalu parah, kami tak melakukan aktivitas pengiriman barang,” tambahnya. (mag-17/ram)

Demonstrasi buruh selama tiga hari berturut menciptakan kerugian besar bagi pihak investor. Bagaimana tidak, selama demo, ada 330 perusahaan di Kawasan Industri Medan (KIM) I dan II yang tidak beroperasi. Tidak tangung-tanggung angka kerugian dialami investor mencapai Rp150 miliar. Bahkan dampak dari kerugian itu, lima investor mengancam akan ‘hengkang’ karena Sumatera Utara dinilai tidak kondusif lagi.

“Operasional industri di KIM lumpuh total selama tiga hari terakhir ini, para investor sudah mulai mengeluh akibat karena kerugian mereka rata-rata per harinya sekitar Rp50 miliar,” terang Gandhi Tambunan, Direktur Utama PT KIM (Persero) kepada Sumut Pos, Rabu (12/12) kemarin.

Gandhi, menilai aksi unjuk rasa buruh menuntut ditetapkannya kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar Rp2,2 juta sudah diluar dari batas normal. Ini dikarenakan massa pengunjuk rasa kerap berbuat anarkis dengan melakukan perusakan fasilitas milik pengusaha pada saat mensweeping pabrik-pabrik di KIM.

“Informasinya memang ada sekitar beberapa investor yang akan keluar dari KIM, tapi laporan resmi soal itu belum ada diterima PT KIM,” katanya.

Dia juga sangat menyayangkan atas ketidakmampuan aparat keamanan dalam memberikan jaminan keamanan terhadap fasilitas para investor, sehingga mengakibatkan sedikitnya 5 industri menjadi sasaran perusakan massa buruh.

“Kalau terus-terusan begini dan tidak adanya jaminan keamanan, para investor akan enggan berinvestasi di Sumut karena tidak kondusif. Dan dampaknya perekonomian di daerah ini pun akan terganggu,” ungkapnya.

Amatan Sumut Pos, pada aksi unjuk rasa hari ketiga massa buruh tetap melakukan sweeping terhadap seluruh pabrik di KIM I dan II. Tidak cuma di KIM, ribuan massa dari berbagai organisasi serikat buruh juga berkonvoi melakukan penyisiran terhadap pabrik-pabrik yang berada di luar KIM hingga menuju ke arah Belawan.

Arak-arakan massa ini menimbulkan keluhan banyak pihak, termasuk masyarakat dan pengguna jalan, akibat dari kemacetan arus lalu lintas di Jalan KL Yos Sudarso Medan-Belawan yang berdampak pada terganggunya aktivitas mereka. Usai melakukan penyisiran, massa kemudian bergerak ke arah Medan untuk bergabung dan berorasi dengan massa buruh lainnya.

Selain investor di KIM yang merugi, di Pelabuhan Belawan yang merupakan pintu gerbang terbesar perekonomian di Sumatera Utara juga mengalami hal serupa, akibat dari lumpuhnya aktivitas pengiriman barang dari dan menuju ke pelabuhan.”Kita belum tahu angka pasti kerugiannya, karena masih dalam proses penghitungan. Tapi pastinya

yang mengelami kerugian sangat besar adalah pengguna jasa, karena barangnya tertahan dan tidak bisa diangkut keluar pelabuhan dan sebaliknya,” kata M Azmi Jauhari Manajer Humas PT Pelabuhan I Cabang Belawan saat dihubungi.

Selain arus keluar masuk barang yang terganggu, dampak dari aksi unjuk rasa buruh juga menimbulkan antrean kapal terjadi di Perairan Lampu Satu Belawan.”Untuk data kemarin saja ada sekitar 20 unit kapal yang mengantre dan hari ini saya belum tahu berapa,” ungkap dia.

Di Belawan Internasional Container Terminal (BICT), juga mengalami kondisi tak jauh berbeda. Penumpukan kontainer terjadi selama dua hari terakhir disebabkan tertahannya arus keluar masuk barang di pelabuhan ini. Guna mengurangi kerugian beberapa pengguna jasa melakukan aktivitas pengiriman barang pada malam hari.

“Selama dua hari akses pintu masuk pelabuhan memang terpaksa ditutup menggunakan kontainer dari mulai pukul 07.00 WIB hingga 17.00 WIB. Sedang sore harinya dibuka kembali, dan pada waktu-waktu tersebut pengguna jasa melakukan aktivitasnya,” ujar M Eriansyah Boy, Humas PT Pelabuhan Indonesia I Medan.

Terkait atas kondisi itu, menejemen PT.Pelabuhan Indonesia I mengeluarkan kebijakan untuk tidak memungut biaya tarif tambahan apapun kepada pengusaha yang barangnya tertahan selama dua hari (Senin dan Selasa) di pelabuhan. “Kejadian seperti itukan dikarenakan faktor kondisi yang sama-sama tidak dinginkan. Untuk itu kita memberi kemudahan dengan tidak memungut biaya tambahan selama dua hari, bagi pengguna jasa yang barangnya tertahan akibat aksi unjuk rasa buruh,” terangnya.

Dua Hari, PT Jasa Marga Rugi Rp149 Juta

Kerugian juga diderita oleh PT Jasa Marga Cabang Belmera. Pemblokiran akses menuju Jalan Tol Belmera dari Belawan, Medan, dan TanjungMorawa oleh massa buruh mengakibatkan perusahaan plat merah ini merugi sekitar Rp149 juta.

Kasubbag Manajemen Lalu Lintas dan Patroli PT Jasa Marga Cabang Belmera, Nurmawan mengatakan, sekitar 50 persen pendapatan perusahaan pengelola jalan tol ini mengalami kerugian jika dibandingkan dengan kondisi normal.

“Untuk selama dua hari saja (Senin dan Selasa-red) kerugian mencapai Rp149 juta, akibat seluruh jalan menuju gerbang tol diblokir massa buruh,” jelas Nurmawan.

Terkait aksi buruh ini, PT Jasa Marga juga meminta bantuan pengamanan tambahan dari polisi dan TNI guna mengantisipasi terjadinya hal-hal tak dinginkan.”Sejauh ini tidak ada fasilitas jalan tol dirusak massa pengunjuk rasa, pengamanan eksternal kita lakukan dengan meminta bantuan dari aparat Kepolisian dan TNI. Sedangkan petugas pengaman
internal melibatkan petugas patroli jalan raya (PJR),” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Ekspres Indonesia (Asperindo) Sumut M Eka Tarigan mengatakan penjemputan dan pengiriman barang khususnya lewat jalur darat mengalami keterlambatan. Yang paling terasa itu jalan menuju Belawan yang juga menjadi salah satu terminal bongkar muat barang-barang ekspedisi.

Dijelaskannya, dengan keadaan ini dipastikan akan menambah biaya keluar dari pengusaha jasa. Walaupun begitu, pengusaha tidak bisa menaikkan harga. “Ini menjadi risiko bagi pengusaha. Karena itu, kita tidak bisa naikkan karena bersifat tidak tetap,” ungkapnya.

Pengusaha dapat memilih berbagai cara, seperti menunda pengiriman, atau tidak mengantar barang sama sekali. Selain di jalur Medan-Tanjungmorawa-Belawan. Proses distribusi barang dari Medan ke sejumlah daerah lainnya di Sumut termasuk Aceh dan Pekanbaru juga mengalami hambatan.

Rata-rata, perusahaan membutuhkan waktu dua kali lipat dari waktu normal dalam pengiriman barang. “Kadang-kadang, jika macet terlalu parah, kami tak melakukan aktivitas pengiriman barang,” tambahnya. (mag-17/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/