Sementara itu, putri korban, M boru Sitorus, ketika ditemui di depan ruang jenazah membenarkan korban adalah ayah kandungnya. Namun menurut ibu tiga anak ini, korban sudah lama tidak menjalin komunikasi dengan istri dan anak-anaknya yang bermukim di Kisaran, Kabupaten Asahan.
“Dari aku kelas 2 SD sudah ditinggalkan kami. Tidak tahu aku apa-apa di situ, cuma yaa kenyataannya begitu. Mamak sama empat saudara ku di Kisaran,” kata wanita berumur 30 tahun ini.
Dia menerangkan, sepengetahuannya korban tinggal di Kota Medan setelah berpisah dengan ibu mereka. Namun tujuh tahun silam, korban memang pernah berkunjung ke rumahnya saat masih tinggal di Jalan KS Tubun.
“Semasa hidup tinggal di Medan, cuma tidak tahu dimana nya. Tujuh tahun lalu sempat bapak datang ke rumah kami yang di Stadion. Seminggu nginap di rumah. Kumintanya biar di rumah kami saja tinggal, tapi tidak mau. Langsung pergi dia,” sambungnya.
Sehari sebelum kejadian, M boru Sitorus mengaku tidak bisa tidur. Setelah mendapat kabar bahwa ayahnya meninggal, wanita berambut pirang ini, berfikir bahwa hal itu menjadi pertanda atau firasat akan kejadian ini.
“Satu malaman memang tidak bisa aku tidur. Tidak tahu entah kenapa. Mungkin itu lah pertanda bakal seperti gini. Tapi aku tidak nyadar,” tutur wanita yang mengaku boru kesayangan korban.
Anak keempat dari enam bersaudara mengaku belum memastikan dimana korban dimakamkan. Perempuan yang akrab disapa Kuteng ini mengaku belum memastikan, karena masih akan berdiskusi dengan keluarga yang lain.
“Belum tahu mau dibawa kemana. Tidak mungkin ke tempat kami. Kami baru pindah pula. Nunggu kakak yang dari Kisaran lah,” pungkasnya.
Sementara Kanit Reskrim Polsek Siantar Timur, Iptu J Sinaga yang ditemui di ruang jenazah mengatakan, pihaknya masih menunggu koordinasi dari keluarga korban. Ia belum dapat memastikan langkah yang akan mereka ambil.
“Belum tahu. Ini lah masih nunggu keluarganya kami. Dari tadi sudah kami tunggu, tapi belum datang ke kantor,”katanya. (cr-5/esa/ms/jpg/nin/ras)