25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Orangtua Tak Tahu Anaknya Menjalin Cinta Dengan Pelaku

Para pengeroyok Mia.
Para pengeroyok Mia.

SUMUTPOS.CO – Kedua orangtua Mia, Haris (53) dan Nurhasanah (52) masih berduka karena tak percaya anak kesayangan mereka harus pergi secepat itu.  Di mata sang ibunda, Mia dikenal sebagai anak yang baik dan hobi bernyanyi.

“Dia juga jarang keluar rumah. Kalau keluar juga nggak lama ya. Tapi entah kenapa malam itu dia pulang malam. Biasanya dia di warnet saja. Sampai saat ini saya masih nggak menyangka kok anak perempuan tega digituin,” tutur Nurhasanah sendu.

Tetangga korban mengenal Mia sebagai sosok yang supel dan periang. Namun, di lain sisi, Mia juga dikenal sebagai remaja yang kerap keluar malam dan kurang mendapat perhatian dari keluarganya.

“Dia (Mia) baik, deket sama tetangga, periang. Tapi dia juga suka keluar malam pulangnya pagi. Dia itu kurang perhatian,” ujar Eri (39), salah satu tetangga di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan.

Eri menuturkan, menurut kabar yang beredar di lingkungan tersebut, Mia sudah sekitar satu tahun tak lagi bersekolah. “Kabarnya sih begitu (enggak sekolah). Tapi saya juga enggak tahu alasannya,” tambah Eri.

Eri pun tak memungkiri bahwa Mia kerap bermain di warung internet (warnet) yang berada di sekitar rumahnya.

“Iya dia suka main di warnet. Kadang sama bapaknya kadang sendiri,” ucapnya.

Ditemui di tempat terpisah, Alkasyah (60) penjaga warnet setempat membenarkan bahwa Mia kerap bermain internet di tempatnya.

“Iya, suka main di sini. Kadang sama bapaknya. Download-download lagu,” tuturnya.

Alkasyah menambahkan, dirinya juga kerap melihat Mia sering dijemput oleh rekan prianya tak jauh dari tempat warnetnya berdiri.

“Dia (Mia) juga suka dijemput sama temennya laki-laki di sana,” tutur Alkasyah seraya menunjukkan sebuah jalan yang tak jauh dari warnet miliknya.

Mia, tambah Alkasyah, kerap membuka situs jejaring sosial Facebook jika bermain internet di warnetnya. “Suka buka Facebook sama liat-liat foto-foto artis,” pungkasnya.

Sementara, ayah Mia, Haris (53) masih tak percaya anak perempuan kesayangannya harus meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Ditemui di Mapolsek Cilandak, Jakarta Selatan, Haris berharap 8 pelaku yang menganiaya anaknya Mia dihukum dengan seberat-beratnya.

“Kita minta hukum diperlakukan bukan hanya seadil-adilnya, kalau bisa dia (para pelaku) dihukum seumur hidup. Nggak adil perempuan diperlakukan seperti itu,” ujar Haris.

Haris mendatangi Mapolsek Cilandak untuk menemui 6 dari 8 pelaku pengeryokan yang sudah diamankan polisi. “Saya bukan ingin bicara sama mereka, cuma ingin melihat saja wajah mereka seperti apa,” ucapnya.

Haris yang berprofesi sebagai petugas keamanan di kawasan Senopati tersebut mengaku mendapatkan kabar anaknya diserang sekelompok pemuda oleh warga sekitar lokasi penyerangan.

“Ada dua orang perempuan dan laki-laki yang kasih tahu saya kalau anak saya kecelakaan di depan Terogong Residence. Ketika saya ke TKP, rupanya anak saya sudah dibawa ke RS Fatmawati,” jelasnya.

Haris pun juga tidak mengetahui hubungan cinta yang terjalin antara anaknya dan salah satu pelaku pengeroyokan itu. “Saya juga tidak tahu apakah mereka satu SMA atau bagaimana,” paparnya.

Mia merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. ABG berusia 16 tahun ini masih tercatat sebagai siswi SMP di salah satu sekolah Islam yang ada di Jakarta Selatan.

“Sampai saat ini saya belum bertemu dengan keluarga pelaku dan belum menerima pertanggungjawaban dari mereka. Saya juga tidak mau terima apa-apa dari mereka, buat apa, anak saya juga sudah tidak ada,” tutupnya. (net/bbs)

Para pengeroyok Mia.
Para pengeroyok Mia.

SUMUTPOS.CO – Kedua orangtua Mia, Haris (53) dan Nurhasanah (52) masih berduka karena tak percaya anak kesayangan mereka harus pergi secepat itu.  Di mata sang ibunda, Mia dikenal sebagai anak yang baik dan hobi bernyanyi.

“Dia juga jarang keluar rumah. Kalau keluar juga nggak lama ya. Tapi entah kenapa malam itu dia pulang malam. Biasanya dia di warnet saja. Sampai saat ini saya masih nggak menyangka kok anak perempuan tega digituin,” tutur Nurhasanah sendu.

Tetangga korban mengenal Mia sebagai sosok yang supel dan periang. Namun, di lain sisi, Mia juga dikenal sebagai remaja yang kerap keluar malam dan kurang mendapat perhatian dari keluarganya.

“Dia (Mia) baik, deket sama tetangga, periang. Tapi dia juga suka keluar malam pulangnya pagi. Dia itu kurang perhatian,” ujar Eri (39), salah satu tetangga di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan.

Eri menuturkan, menurut kabar yang beredar di lingkungan tersebut, Mia sudah sekitar satu tahun tak lagi bersekolah. “Kabarnya sih begitu (enggak sekolah). Tapi saya juga enggak tahu alasannya,” tambah Eri.

Eri pun tak memungkiri bahwa Mia kerap bermain di warung internet (warnet) yang berada di sekitar rumahnya.

“Iya dia suka main di warnet. Kadang sama bapaknya kadang sendiri,” ucapnya.

Ditemui di tempat terpisah, Alkasyah (60) penjaga warnet setempat membenarkan bahwa Mia kerap bermain internet di tempatnya.

“Iya, suka main di sini. Kadang sama bapaknya. Download-download lagu,” tuturnya.

Alkasyah menambahkan, dirinya juga kerap melihat Mia sering dijemput oleh rekan prianya tak jauh dari tempat warnetnya berdiri.

“Dia (Mia) juga suka dijemput sama temennya laki-laki di sana,” tutur Alkasyah seraya menunjukkan sebuah jalan yang tak jauh dari warnet miliknya.

Mia, tambah Alkasyah, kerap membuka situs jejaring sosial Facebook jika bermain internet di warnetnya. “Suka buka Facebook sama liat-liat foto-foto artis,” pungkasnya.

Sementara, ayah Mia, Haris (53) masih tak percaya anak perempuan kesayangannya harus meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Ditemui di Mapolsek Cilandak, Jakarta Selatan, Haris berharap 8 pelaku yang menganiaya anaknya Mia dihukum dengan seberat-beratnya.

“Kita minta hukum diperlakukan bukan hanya seadil-adilnya, kalau bisa dia (para pelaku) dihukum seumur hidup. Nggak adil perempuan diperlakukan seperti itu,” ujar Haris.

Haris mendatangi Mapolsek Cilandak untuk menemui 6 dari 8 pelaku pengeryokan yang sudah diamankan polisi. “Saya bukan ingin bicara sama mereka, cuma ingin melihat saja wajah mereka seperti apa,” ucapnya.

Haris yang berprofesi sebagai petugas keamanan di kawasan Senopati tersebut mengaku mendapatkan kabar anaknya diserang sekelompok pemuda oleh warga sekitar lokasi penyerangan.

“Ada dua orang perempuan dan laki-laki yang kasih tahu saya kalau anak saya kecelakaan di depan Terogong Residence. Ketika saya ke TKP, rupanya anak saya sudah dibawa ke RS Fatmawati,” jelasnya.

Haris pun juga tidak mengetahui hubungan cinta yang terjalin antara anaknya dan salah satu pelaku pengeroyokan itu. “Saya juga tidak tahu apakah mereka satu SMA atau bagaimana,” paparnya.

Mia merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. ABG berusia 16 tahun ini masih tercatat sebagai siswi SMP di salah satu sekolah Islam yang ada di Jakarta Selatan.

“Sampai saat ini saya belum bertemu dengan keluarga pelaku dan belum menerima pertanggungjawaban dari mereka. Saya juga tidak mau terima apa-apa dari mereka, buat apa, anak saya juga sudah tidak ada,” tutupnya. (net/bbs)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/