26 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Ulat Bulu ‘Serang’ Medan

Ketua DPR: Ini Peringatan dari Tuhan

MEDAN-Teror ulat bulu tidak hanya menyerang Jawa Timur, Bali, Jakarta dan Bandung. Kota Medan kini seperti diinvasi binatang berbulu dan menyebabkan gatal di kulit manusia itu. Wabah tersebut setidaknya sudah menyerang 85 batang pohon pelindung di sejumlah jalan utama di Medan.

Hasil data penelitian Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Horikultural (BPTPH) Sumut kemarin (13/4), ribuan ulat bulu menyerang pepohonan di Jalan Suprapto, Jalan Sudirman dan Jalan Diponegoro. Sangat memungkinkan, binatang ini juga sudah menyerang sejumlah pepohonan di tempat lain termasuk tanaman di halaman rumah warga kota.

“Kalau kontak langsung dengan manusia akan menyebabkan gatal-gatal luar biasa di kulit,” terang Gunawan, Kepala BPTPH Sumut, kemarin.

Menurut Gunawan, wabah ulat dari ordo lepidoptera ini muncul saat perubahan iklim dari musim hujan ke musim panas. Ulat dengan ciri tubuh berbulu berwarna hitam berbintik orange ini tumbuh dan berkembang di pohon-pohon mahoni, jintungan dan bunga palm.

Ulat ini berbeda dengan ulat bulu yang mewabah di Pulau Jawa. Bulunya jarang dan serta tubuhnya lebih pendek daripada ulat bulu yang mewabah di Pulau Jawa.

Pertumbuhannya pun sangat pesat karena hewan pemangsanya seperti burung walet, burung-burung kecil dan kadal jumlahnya sangat minim. “Kita melihat populasi persaingan di rantai makan hewan sudah tidak seimbang. Ulat bulu ini bisa berkembang dengan pesat tanpa persaingan alami,” ungkapnya.

Bila tidak segera dikendalikan, dikhawatirkan akan menggunduli pohon-pohon tersebut hingga membuat pohon mati. Setelah itu, ulat menyebar ke pohon lain, mengalami metamorfosis dalam waktu singkat dan berkembang biak lagi dalam jumlah sangat banyak.

“Kita juga heran, untuk pertama kali Kota Medan diserang ulat bulu dengan perkembangan sangat cepat,” kata Gunawan.

Sumadi (40), staf AXA Financial yang kantornya terletak di Jalan Sudirman, juga heran dengan kehadiran ulat-ulat ini. Ia mengetahui keberadaaan ulat bulu tersebut sejak empat hari lalu. “Saya tahunya ulat bulu ada di sekitar pohon yang di Jalan Sudirman sekitar 2-3 hari lalu,” tukasnya saat ditemui di depan kantornya kemarin siang.

Hal senada diakui Pak Marso (55), pekerja kebun di perusahaan asuransi itu. “Kami tahu ada ulat bulu ketika saya membersihkan halaman. Ulat bulu menempel di dinding pagar,” tukasnya. “Aku kena bulunya, gatal kali Bang,” tambah Wibowo, warga yang kebetulan melintas.

Baik Sumadi maupun Marso mengakui adanya penyemprotan yang dilakukan petugas, kemarin. “Tadi ada pegawai pemerintahan yang melakukan penyiraman ke pohon-pohon yang ada ulat bulunya. Tetapi ulat bulunya masih ada,” tambah Marso.

Wabah ulat bulu juga menyerang pepohonan di sekitar kediaman rumah dinas Gubernur Sumatera Jalan Sudirman. Ulat jenis yang sama juga terlihat di pohon tepat di depan rumah dinas Pangdam I/BB.

Menurut petugas TNI-AD yang menjaga rumah dinas Pangdam I/BB, ulat bulu tidak sampai memasuki rumah dinas. “Cuma di pohon yang dipinggir jalan di depan rumah dinas. Anda bisa lihat sendiri Bang,” tukas petugas berseragam dengan pangkat Pratu tersebut.

Hal yang sama  ditemui saat wartawan Sumut Pos berkeliling melintasi kediaman rumah dinas Gubenur Sumatera Utara. Namun tidak ada penjaga yang mau memberikan komentar.

Pihak BPTPH kini sedang meneliti ulat bulu tersebut di laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT) di Dinas Pertanian Sumut. “Keberadaan ulat bulu ini sudah menganggu kehidupan manusia sekitar. Ulat Pohon ini bisa digolongkan dengan hama. Kita akan cari tahu apa penyebab pesatnya perkembangan ulut bulu ini,” kata Gunawan lagi.

Untuk meneliti dan mengendalikan ulat ini lebih lanjut, BPTPH berkoordinasi dengan dinas pertanian serta instansi terkait lain. Pada tahap awal, kemarin petugas menyemprotkan cairan insektisida Dusban 200 EC. Penyemprotan dilakukan di sepajang jalan tempat tumbuhnya pohon yang diserang ulat bulu ini.

Bagi Ketua DPR Marzuki Alie, fenomena ulat bulu ini jelas merupakan peringatan Tuhan untuk umatnya supaya intropeksi diri.

“Setiap kejadian itu pasti ada maksud di baliknya,” ujarnya di gedung DPR, Senayan, Jakarta, kemarin.
Politisi Partai Demokrat ini mengutarakan, fenomena ini harus dibaca sebagaimana perintah Tuhan. “Iqra yang artinya bacalah. Bacalah dengan nama tuhanmu. Jadi kita meyakini itu takdir yang dijadikan oleh Allah semata,” tukasnya.

Kebal Pestisida

Wilayah Tanjung Duren di Jakarta menjadi salah satu wilayah yang diserang ulat bulu. Dinas pertanian setempat sudah menyemprotkan pestisida untuk mengendalikan ulat-ulat tersebut. Tetapi jumlahnya bukan berkurang, malah bertambah.

Peneliti utama Balitbang Kementerian Pertanian, Prof Dr Deciyanto Soetopo, hal itu bisa disebabkan beberapa faktor. Pertama, jenis pestisida yang dipilih kurang tepat atau memiliki kadar yang rendah. Kedua, kemungkinan ada ulat bulu yang tidak terkena langsung dengan semprotan cairan insektisida kimia tersebut.

“Jadi, masih ada yang bertahan hidup sampai saat ini,” kata Deciyanto saat meninjau lokasi di Tanjung Duren.
Selain itu, ada jenis pestisida tertentu yang tidak menghasilkan efek langsung. “Jenis pestisida kimiawi tertentu efeknya baru bisa terlihat setelah beberapa hari,” ujarnya.

Ia mengaku tidak mengetahui jenis pestisida apa yang telah digunakan Suku Dinas Pertanian Jakarta Barat kemarin. Karena itu, pihaknya masih akan terus melihat sejauh mana efek yang dihasilkan dari upaya yang penyemprotan yang telah dilakukan.

Dijelaskan pula, pola hidup ulat bulu kerap menyulitkan upaya pemusnahan. Biasanya, ulat bulu akan bersembunyi pada siang hari dan mudah terlihat pada malam hari. (jpnn/mag-7/jon)

Ketua DPR: Ini Peringatan dari Tuhan

MEDAN-Teror ulat bulu tidak hanya menyerang Jawa Timur, Bali, Jakarta dan Bandung. Kota Medan kini seperti diinvasi binatang berbulu dan menyebabkan gatal di kulit manusia itu. Wabah tersebut setidaknya sudah menyerang 85 batang pohon pelindung di sejumlah jalan utama di Medan.

Hasil data penelitian Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Horikultural (BPTPH) Sumut kemarin (13/4), ribuan ulat bulu menyerang pepohonan di Jalan Suprapto, Jalan Sudirman dan Jalan Diponegoro. Sangat memungkinkan, binatang ini juga sudah menyerang sejumlah pepohonan di tempat lain termasuk tanaman di halaman rumah warga kota.

“Kalau kontak langsung dengan manusia akan menyebabkan gatal-gatal luar biasa di kulit,” terang Gunawan, Kepala BPTPH Sumut, kemarin.

Menurut Gunawan, wabah ulat dari ordo lepidoptera ini muncul saat perubahan iklim dari musim hujan ke musim panas. Ulat dengan ciri tubuh berbulu berwarna hitam berbintik orange ini tumbuh dan berkembang di pohon-pohon mahoni, jintungan dan bunga palm.

Ulat ini berbeda dengan ulat bulu yang mewabah di Pulau Jawa. Bulunya jarang dan serta tubuhnya lebih pendek daripada ulat bulu yang mewabah di Pulau Jawa.

Pertumbuhannya pun sangat pesat karena hewan pemangsanya seperti burung walet, burung-burung kecil dan kadal jumlahnya sangat minim. “Kita melihat populasi persaingan di rantai makan hewan sudah tidak seimbang. Ulat bulu ini bisa berkembang dengan pesat tanpa persaingan alami,” ungkapnya.

Bila tidak segera dikendalikan, dikhawatirkan akan menggunduli pohon-pohon tersebut hingga membuat pohon mati. Setelah itu, ulat menyebar ke pohon lain, mengalami metamorfosis dalam waktu singkat dan berkembang biak lagi dalam jumlah sangat banyak.

“Kita juga heran, untuk pertama kali Kota Medan diserang ulat bulu dengan perkembangan sangat cepat,” kata Gunawan.

Sumadi (40), staf AXA Financial yang kantornya terletak di Jalan Sudirman, juga heran dengan kehadiran ulat-ulat ini. Ia mengetahui keberadaaan ulat bulu tersebut sejak empat hari lalu. “Saya tahunya ulat bulu ada di sekitar pohon yang di Jalan Sudirman sekitar 2-3 hari lalu,” tukasnya saat ditemui di depan kantornya kemarin siang.

Hal senada diakui Pak Marso (55), pekerja kebun di perusahaan asuransi itu. “Kami tahu ada ulat bulu ketika saya membersihkan halaman. Ulat bulu menempel di dinding pagar,” tukasnya. “Aku kena bulunya, gatal kali Bang,” tambah Wibowo, warga yang kebetulan melintas.

Baik Sumadi maupun Marso mengakui adanya penyemprotan yang dilakukan petugas, kemarin. “Tadi ada pegawai pemerintahan yang melakukan penyiraman ke pohon-pohon yang ada ulat bulunya. Tetapi ulat bulunya masih ada,” tambah Marso.

Wabah ulat bulu juga menyerang pepohonan di sekitar kediaman rumah dinas Gubernur Sumatera Jalan Sudirman. Ulat jenis yang sama juga terlihat di pohon tepat di depan rumah dinas Pangdam I/BB.

Menurut petugas TNI-AD yang menjaga rumah dinas Pangdam I/BB, ulat bulu tidak sampai memasuki rumah dinas. “Cuma di pohon yang dipinggir jalan di depan rumah dinas. Anda bisa lihat sendiri Bang,” tukas petugas berseragam dengan pangkat Pratu tersebut.

Hal yang sama  ditemui saat wartawan Sumut Pos berkeliling melintasi kediaman rumah dinas Gubenur Sumatera Utara. Namun tidak ada penjaga yang mau memberikan komentar.

Pihak BPTPH kini sedang meneliti ulat bulu tersebut di laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT) di Dinas Pertanian Sumut. “Keberadaan ulat bulu ini sudah menganggu kehidupan manusia sekitar. Ulat Pohon ini bisa digolongkan dengan hama. Kita akan cari tahu apa penyebab pesatnya perkembangan ulut bulu ini,” kata Gunawan lagi.

Untuk meneliti dan mengendalikan ulat ini lebih lanjut, BPTPH berkoordinasi dengan dinas pertanian serta instansi terkait lain. Pada tahap awal, kemarin petugas menyemprotkan cairan insektisida Dusban 200 EC. Penyemprotan dilakukan di sepajang jalan tempat tumbuhnya pohon yang diserang ulat bulu ini.

Bagi Ketua DPR Marzuki Alie, fenomena ulat bulu ini jelas merupakan peringatan Tuhan untuk umatnya supaya intropeksi diri.

“Setiap kejadian itu pasti ada maksud di baliknya,” ujarnya di gedung DPR, Senayan, Jakarta, kemarin.
Politisi Partai Demokrat ini mengutarakan, fenomena ini harus dibaca sebagaimana perintah Tuhan. “Iqra yang artinya bacalah. Bacalah dengan nama tuhanmu. Jadi kita meyakini itu takdir yang dijadikan oleh Allah semata,” tukasnya.

Kebal Pestisida

Wilayah Tanjung Duren di Jakarta menjadi salah satu wilayah yang diserang ulat bulu. Dinas pertanian setempat sudah menyemprotkan pestisida untuk mengendalikan ulat-ulat tersebut. Tetapi jumlahnya bukan berkurang, malah bertambah.

Peneliti utama Balitbang Kementerian Pertanian, Prof Dr Deciyanto Soetopo, hal itu bisa disebabkan beberapa faktor. Pertama, jenis pestisida yang dipilih kurang tepat atau memiliki kadar yang rendah. Kedua, kemungkinan ada ulat bulu yang tidak terkena langsung dengan semprotan cairan insektisida kimia tersebut.

“Jadi, masih ada yang bertahan hidup sampai saat ini,” kata Deciyanto saat meninjau lokasi di Tanjung Duren.
Selain itu, ada jenis pestisida tertentu yang tidak menghasilkan efek langsung. “Jenis pestisida kimiawi tertentu efeknya baru bisa terlihat setelah beberapa hari,” ujarnya.

Ia mengaku tidak mengetahui jenis pestisida apa yang telah digunakan Suku Dinas Pertanian Jakarta Barat kemarin. Karena itu, pihaknya masih akan terus melihat sejauh mana efek yang dihasilkan dari upaya yang penyemprotan yang telah dilakukan.

Dijelaskan pula, pola hidup ulat bulu kerap menyulitkan upaya pemusnahan. Biasanya, ulat bulu akan bersembunyi pada siang hari dan mudah terlihat pada malam hari. (jpnn/mag-7/jon)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/