Bom di Gereja Jalan Ngagel Madya itu meledak pada pukul 06.30 WIB dan menjadi aksi pertama.
Akibat tiga bom bunuh diri di gereja Surabaya, Jawa Timur, ini, korban jiwa mencapai 13 orang. Sedangkan korban luka jumlahnya puluhan orang. Belum ada data rinci mengenai identitas korban tewas termasuk korban luka akibat bom yang meledak di 3 gereja di Surabaya.
Tito mengatakan, saat ini polisi masih melakukan pendalaman. Termasuk, memastikan jenis bahan peledak. “Mereka (pelaku) menggunakan modus atau cara pengeboman yang berbeda. Jenis bahan peledaknya masih kami teliti bersama tim forensik,” kata Tito.
Namun ia menjelaskan, para pelaku pengeboman menggunakan jenis bom yang berbeda-beda. “Tim alhamdulillah sudah bisa identifikasi pelaku. Jadi pelaku diduga 1 keluarga yang melakukan serangan,” ucap Tito.
Tito mengatakan bom yang meledak itu berbeda-beda. Bom yang dibawa Dita sang ayah di mobil memiliki daya ekplosif yang tinggi. “Yang dengan Avanza di Arjuna itu menggunakan bom diletakkan dalam kendaraan setelah itu ditabrak. Ini ledakan terbesar dari 3 (lokasi),” sebut Tito.
Sedangkan, bom yang dibawa istri Dita, disematkan di ikat pinggang. Ciri khas bom ikat pinggang dapat dilihat dari mayat terduga pelaku yang terbelah dua. “Di GKI, bom pada ikat pinggang, pada belt. Ini ciri-cirinya sangat khas karena rusak pada bagian perut. Bagian atas dan bawah masih utuh,” katanya.
Sedangkan, bom yang meledak di Gereja Santa Maria Tak Bercela dibawa di dalam tas. Bom itu meledak dan menyebabkan sejumlah orang tewas termasuk seorang bocah berusia 11 tahun. (bbs/mea)