25 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Sejumlah Elemen Isyaratkan Kriteria Gubsu

MEDAN- Menjelang Pilgubsu, para tetua adat asal Sumut di Jakarta yang terhimpun dalam Kerukunan Masyarakat Batak (KERABAT) mulai angkat bicara. Mereka mencoba mengingatkan masyarakat betapa pentingnya memahami kriteria figur Cagubsu yang dipilih sebelum pencoblosan Maret tahun depan.  Berbagai masukan disampaikan mantan Hakim Agung yang juga Ketua Umum KERABAT, DR HP Panggabean, SH kepada Sumut Pos, Rabu (13/6).
Menurut Panggabean, kriteria yang harus diperhatikan itu di antaranya adalah pemilihan figur setidaknya harus dilandasi spirit struktur kekerabatan Batak yakni Dalihan Na Tolu.

“Berdasarkan filsafat Dalihan Na Tolu seorang pemimpin harus merupakan seorang  partutur. Artinya mampu mengetahui asal-usul keturunannya. Kemudian juga partamue, yang berarti mampu melakukan amal saleh. Dan, terakhir, parpatik yang artinya punya integritas moral. Ada kesamaan ucapan dengan perbuatan.

Panggabean berpendapat ketiga tauladan itu penting dijadikan pegangan masyarakat di Pilgubsu mendatang. Dia melihat nilai-nilai moral yang tertanam dalam prinsip Dalihan Na Tolu di adat Batak amat sejalan dengan pengamalan nilai-nilai Pancasila. Itu bukan saja mengamanatkan pentingnya seorang pemimpin taat beragama, tapi juga punya kemampuan mentransformasi nilai-nilai budaya Batak dalam kehidupan sehari-hari, termasuk mampu  mendekatkan diri dengan suku-suku lain.

“Becermin dari nilai Pancasila itu pula calon pemimpin yang baik itu adalah seseorang yang mampu menerapkan etika kasih bangsa atau patriotisme, paham prinsip demokrasi yang dilandasi musyawarah mufakat, dan sederhana dalam kehidupan sehari-hari,’’ kata Panggabean.

Lelaki yang banyak mendalami beragam budaya di tanah air ini tak hanya memberikan gambaran soal sosok pemimpin dari sudut pandang budaya Batak.
Sebagai bahan masukan, dia memaparkan, sosok pemimpin menurut tataran budaya Jawa adalah figur yang mencerminkan falsafah Ing Ngarso Suntulodo, Ing Madio Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. Yang lain, masyarakat pemilih melihat lebih jauh rekam jejak (track record) Cagubsu dari aspek bibit, bebet, dan bobot. Calon yang maju itu benar-benar kenyang pengalaman di pemerintahan. Figur yang paham filosofis dan teknis birokrasi.
“KERABAT perlu menyampaikan poin-poin itu untuk membantu arah pilihan masyarakat. Kami berikan clue biar tak salah pilih. Salah pilih nanti akibatnya panjang,” ungkapnya.

Mengingat luas wilayah dan problematika pembangunan selama ini, Sumut juga membutuhkan pemimpin yang cerdas, visioner,   energik, dan pengalaman.

‘’Sumut adalah wilayah yang luas yang punya kekayaan alam dan multietnis. Keanekaragaman itu membutuhkan manajemen dari figur yang punya empat hal sekaligus yakni cerdas, visioner, energik, dan pengalaman,’’ ungkap pengamat politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Arifin Saleh Siregar, Senin (11/6). “Kalau empat kekuatan itu digabungkan Sumut akan lebih baik pada waktu yang cepat,” ujarnya.

Arifin menguraikan, cerdas diperlukan karena harus menyusun program pembangunan yang mengikuti perkembangan masyarakat. Visioner agar Sumut yang kaya sumber daya alam diproyeksikan sebagai provinsi yang menyejahterakan masyarakat. Energik dikaitkan dengan pemimpin yang mampu menjelajahi wilayah Sumut untuk melihat langsung kondisi masyarakat di 33 kabupaten/kota. Dan, terakhir, seluruhnya itu dibungkus dengan aspek pengalaman.

‘’Kalau empat kekuatan itu ada dalam diri si calon pemimpin dipastikan Sumut menjadi provinsi yang relatif  diperhitungkan dalam lima tahun ke depan,” ujarnya.

Selain sejumlah kriteria itu, Penasihat PW Al-Jam’iyatul Washlyah, Fadly Nurzal, saat tausiyah di pengajian bulanan Muslimat Al Washliyah Kota Medan, di Masjid As-Salam Kecamatan Medan Belawan, akhir pekan kemarin, menyampaikan kriteria pemimpin yang terpilih kelak hendaknya berasal dari akronim ‘Islam’. Dia menguraikan, ‘I’ adalah pemimpin yang punya iman. ‘S’ adalah santun dalam kepemimpinan. ‘L’ adalah lemah lembut dalam perilakunya. ‘A’ yakni amanah menjalan tugas dan kewajiban sesuai UU. Dan, ‘M’ artinya memiliki kemampuan membesarkan masyarakat yang dipimpinnya. (gir/ril/ade)

MEDAN- Menjelang Pilgubsu, para tetua adat asal Sumut di Jakarta yang terhimpun dalam Kerukunan Masyarakat Batak (KERABAT) mulai angkat bicara. Mereka mencoba mengingatkan masyarakat betapa pentingnya memahami kriteria figur Cagubsu yang dipilih sebelum pencoblosan Maret tahun depan.  Berbagai masukan disampaikan mantan Hakim Agung yang juga Ketua Umum KERABAT, DR HP Panggabean, SH kepada Sumut Pos, Rabu (13/6).
Menurut Panggabean, kriteria yang harus diperhatikan itu di antaranya adalah pemilihan figur setidaknya harus dilandasi spirit struktur kekerabatan Batak yakni Dalihan Na Tolu.

“Berdasarkan filsafat Dalihan Na Tolu seorang pemimpin harus merupakan seorang  partutur. Artinya mampu mengetahui asal-usul keturunannya. Kemudian juga partamue, yang berarti mampu melakukan amal saleh. Dan, terakhir, parpatik yang artinya punya integritas moral. Ada kesamaan ucapan dengan perbuatan.

Panggabean berpendapat ketiga tauladan itu penting dijadikan pegangan masyarakat di Pilgubsu mendatang. Dia melihat nilai-nilai moral yang tertanam dalam prinsip Dalihan Na Tolu di adat Batak amat sejalan dengan pengamalan nilai-nilai Pancasila. Itu bukan saja mengamanatkan pentingnya seorang pemimpin taat beragama, tapi juga punya kemampuan mentransformasi nilai-nilai budaya Batak dalam kehidupan sehari-hari, termasuk mampu  mendekatkan diri dengan suku-suku lain.

“Becermin dari nilai Pancasila itu pula calon pemimpin yang baik itu adalah seseorang yang mampu menerapkan etika kasih bangsa atau patriotisme, paham prinsip demokrasi yang dilandasi musyawarah mufakat, dan sederhana dalam kehidupan sehari-hari,’’ kata Panggabean.

Lelaki yang banyak mendalami beragam budaya di tanah air ini tak hanya memberikan gambaran soal sosok pemimpin dari sudut pandang budaya Batak.
Sebagai bahan masukan, dia memaparkan, sosok pemimpin menurut tataran budaya Jawa adalah figur yang mencerminkan falsafah Ing Ngarso Suntulodo, Ing Madio Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. Yang lain, masyarakat pemilih melihat lebih jauh rekam jejak (track record) Cagubsu dari aspek bibit, bebet, dan bobot. Calon yang maju itu benar-benar kenyang pengalaman di pemerintahan. Figur yang paham filosofis dan teknis birokrasi.
“KERABAT perlu menyampaikan poin-poin itu untuk membantu arah pilihan masyarakat. Kami berikan clue biar tak salah pilih. Salah pilih nanti akibatnya panjang,” ungkapnya.

Mengingat luas wilayah dan problematika pembangunan selama ini, Sumut juga membutuhkan pemimpin yang cerdas, visioner,   energik, dan pengalaman.

‘’Sumut adalah wilayah yang luas yang punya kekayaan alam dan multietnis. Keanekaragaman itu membutuhkan manajemen dari figur yang punya empat hal sekaligus yakni cerdas, visioner, energik, dan pengalaman,’’ ungkap pengamat politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Arifin Saleh Siregar, Senin (11/6). “Kalau empat kekuatan itu digabungkan Sumut akan lebih baik pada waktu yang cepat,” ujarnya.

Arifin menguraikan, cerdas diperlukan karena harus menyusun program pembangunan yang mengikuti perkembangan masyarakat. Visioner agar Sumut yang kaya sumber daya alam diproyeksikan sebagai provinsi yang menyejahterakan masyarakat. Energik dikaitkan dengan pemimpin yang mampu menjelajahi wilayah Sumut untuk melihat langsung kondisi masyarakat di 33 kabupaten/kota. Dan, terakhir, seluruhnya itu dibungkus dengan aspek pengalaman.

‘’Kalau empat kekuatan itu ada dalam diri si calon pemimpin dipastikan Sumut menjadi provinsi yang relatif  diperhitungkan dalam lima tahun ke depan,” ujarnya.

Selain sejumlah kriteria itu, Penasihat PW Al-Jam’iyatul Washlyah, Fadly Nurzal, saat tausiyah di pengajian bulanan Muslimat Al Washliyah Kota Medan, di Masjid As-Salam Kecamatan Medan Belawan, akhir pekan kemarin, menyampaikan kriteria pemimpin yang terpilih kelak hendaknya berasal dari akronim ‘Islam’. Dia menguraikan, ‘I’ adalah pemimpin yang punya iman. ‘S’ adalah santun dalam kepemimpinan. ‘L’ adalah lemah lembut dalam perilakunya. ‘A’ yakni amanah menjalan tugas dan kewajiban sesuai UU. Dan, ‘M’ artinya memiliki kemampuan membesarkan masyarakat yang dipimpinnya. (gir/ril/ade)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/