26.7 C
Medan
Sunday, May 26, 2024

200 Bayi Sudah Terjangkit, Calon Pengantin Diusulkan Tes Deteksi HIV/AIDS

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pasangan calon pengantin di Sumatera Utara (Sumut) diusulkan akan dites HIV sebelum menikah. Pasalnya, sudah 200-an bayi di Kota Medan dan Deliserdang terjangkit virus mematikan itu.

Mirisnya lagi, para bayi tersebut umurnya jarang sekali bertahan lama, dengan melihat kondisi ekonomi yang semakin sulit. Paling lama, diperkirakan usia SMP atau bahkan akhir SD kondisinya memburuk hingga akhirnya meninggal.

“Anak-anak tersebut menderita HIV karena disebabkan oleh ibunya, lantaran tertular dari bapaknya yang terjangkit HIV/AIDS akibat tertular dari orang lain. Sebab, berdasarkan data (KPAD Sumut) yang ada, menunjukkan bahwa 75 persen penderita HIV/AIDS adalah kelompok laki-laki,” ungkap Wakil Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Sumut, Ikrimah Hamidi, Selasa (26/1).

Menurut dia, tes HIV bagi calon pengantin dinilai penting karena pada masa sekarang ini, tingkat laki-laki atau perempuan untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah cukup tinggi di kalangan millenial. Di samping itu, tingkat menggunakan pengaman (kondom) dalam melakukan hubungan seks juga minim.

“Ini memang sifatnya masih dugaan, tetapi di satu sisi sangat berpotensi terjadinya penularan HIV/AIDS. Apalagi, masa inkubasi virus penyakit itu terbilangn

cukup lama karena bisa 2 sampai 10 tahun. Namun, tergantung kekuatan kekebalan tubuhnya. Artinya, ketika terjangkit saat ini maka bisa saja tidak kelihatan atau timbul gejalanya. Akan tetapi, pada 2-10 tahun kemudian barulah ketahuan,” paparnya.

Oleh sebab itu, lanjutnya, untuk mencegah dan jangan sampai generasi yang akan datang lemah, sakit-sakitan, atau bahkan terjangkit HIV/AIDS, sehingga perlu dilakukan tes HIV bagi calon pengantin. Meski demikian, bukan berarti pasangan tersebut tidak boleh menikah apabila terjangkit. Jika terjangkit, ada protokol yang harus dilakukan pasangan agar anak yang dilahirkan tidak ikut terpapar HIV/AIDS.

“Jadi, pasangan itu tadi merencanakan dengan baik agar bagaimana anaknya ketika lahir tidak menjadi penderita HIV/AIDS. Sebab, seorang penderita HIV masih bisa memiliki keturunan yang tidak HIV. Asalkan, kadar virus dalam tubuhnya minim. Akan tetapi, hal itu harus dilakukan sejak awal dengan perencanaan dan konsultasi kepada ahlinya,” kata dia.

Ikrimah juga mengungkapkan, jumlah kasus atau penderita HIV/AIDS di Sumut terus meningkat setiap tahunnya. Orang yang terjangkit atau Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) saat ini secara kumulatif jumlahnya sudah mencapai 20.000 kasus. Hal ini tentunya butuh penanganan serius untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut.

“Di negara-negara maju seingat saya Inggris salah satunya, calon pengantin diwajibkan untuk tes HIV. Bahkan, juga beberapa tes lainnya seperti untuk mengetahui apakah ada penyakit-penyakit kronis secara genetik. Namun, di negara kita tidak sampai sejauh itu dan fokus dulu kepada bagaimana pencegahan penyebaran HIV/AIDS sedini mungkin,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, KPAD Sumut menyampaikan hingga Juli 2020 sebanyak 12.615 orang terjangkit HIV/AIDS. Padahal, pada tahun 2019 periode yang sama jumlahnya masih sekitar 11.000-an orang. Orang yang terjangkit HIV/AIDS diketahui setelah diperiksa di rumah sakit atau Puskesmas.

Dari 12.000 lebih orang yang terjangkit HIV/AIDS tersebut, paling banyak sekitar 60 persen tercatat berasal dari Kota Medan. Kendati demikian, kasus yang ada di Medan sumbernya bisa saja berasal dari kabupaten/kota lain di Sumut. Karena, mungkin saja penderitanya berasal dari daerah lain tetapi terdata di rumah sakit atau Puskesmas di Medan.

Faktor penularan penyakit ini, paling banyak disebabkan akibat hubungan seks lawan jenis sekitar 70 persen. Selebihnya, akibat jarum suntik narkoba, homoseksual, biseksual, hingga transfusi darah. Sedangkan untuk usia penderita HIV/AIDS, didominasi pada rentang 17-39 tahun sekitar 80 persen.

“Orang yang terjangkit HIV/AIDS terkait ‘3M’, yaitu Men (pria), Mobile (pekerja lapangan), dan Money (punya uang). Artinya, sebagian besar laki-laki yang berkegiatan mobile dan mempunyai uang,” kata Ikrimah. (ris/ila)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pasangan calon pengantin di Sumatera Utara (Sumut) diusulkan akan dites HIV sebelum menikah. Pasalnya, sudah 200-an bayi di Kota Medan dan Deliserdang terjangkit virus mematikan itu.

Mirisnya lagi, para bayi tersebut umurnya jarang sekali bertahan lama, dengan melihat kondisi ekonomi yang semakin sulit. Paling lama, diperkirakan usia SMP atau bahkan akhir SD kondisinya memburuk hingga akhirnya meninggal.

“Anak-anak tersebut menderita HIV karena disebabkan oleh ibunya, lantaran tertular dari bapaknya yang terjangkit HIV/AIDS akibat tertular dari orang lain. Sebab, berdasarkan data (KPAD Sumut) yang ada, menunjukkan bahwa 75 persen penderita HIV/AIDS adalah kelompok laki-laki,” ungkap Wakil Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Sumut, Ikrimah Hamidi, Selasa (26/1).

Menurut dia, tes HIV bagi calon pengantin dinilai penting karena pada masa sekarang ini, tingkat laki-laki atau perempuan untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah cukup tinggi di kalangan millenial. Di samping itu, tingkat menggunakan pengaman (kondom) dalam melakukan hubungan seks juga minim.

“Ini memang sifatnya masih dugaan, tetapi di satu sisi sangat berpotensi terjadinya penularan HIV/AIDS. Apalagi, masa inkubasi virus penyakit itu terbilangn

cukup lama karena bisa 2 sampai 10 tahun. Namun, tergantung kekuatan kekebalan tubuhnya. Artinya, ketika terjangkit saat ini maka bisa saja tidak kelihatan atau timbul gejalanya. Akan tetapi, pada 2-10 tahun kemudian barulah ketahuan,” paparnya.

Oleh sebab itu, lanjutnya, untuk mencegah dan jangan sampai generasi yang akan datang lemah, sakit-sakitan, atau bahkan terjangkit HIV/AIDS, sehingga perlu dilakukan tes HIV bagi calon pengantin. Meski demikian, bukan berarti pasangan tersebut tidak boleh menikah apabila terjangkit. Jika terjangkit, ada protokol yang harus dilakukan pasangan agar anak yang dilahirkan tidak ikut terpapar HIV/AIDS.

“Jadi, pasangan itu tadi merencanakan dengan baik agar bagaimana anaknya ketika lahir tidak menjadi penderita HIV/AIDS. Sebab, seorang penderita HIV masih bisa memiliki keturunan yang tidak HIV. Asalkan, kadar virus dalam tubuhnya minim. Akan tetapi, hal itu harus dilakukan sejak awal dengan perencanaan dan konsultasi kepada ahlinya,” kata dia.

Ikrimah juga mengungkapkan, jumlah kasus atau penderita HIV/AIDS di Sumut terus meningkat setiap tahunnya. Orang yang terjangkit atau Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) saat ini secara kumulatif jumlahnya sudah mencapai 20.000 kasus. Hal ini tentunya butuh penanganan serius untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut.

“Di negara-negara maju seingat saya Inggris salah satunya, calon pengantin diwajibkan untuk tes HIV. Bahkan, juga beberapa tes lainnya seperti untuk mengetahui apakah ada penyakit-penyakit kronis secara genetik. Namun, di negara kita tidak sampai sejauh itu dan fokus dulu kepada bagaimana pencegahan penyebaran HIV/AIDS sedini mungkin,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, KPAD Sumut menyampaikan hingga Juli 2020 sebanyak 12.615 orang terjangkit HIV/AIDS. Padahal, pada tahun 2019 periode yang sama jumlahnya masih sekitar 11.000-an orang. Orang yang terjangkit HIV/AIDS diketahui setelah diperiksa di rumah sakit atau Puskesmas.

Dari 12.000 lebih orang yang terjangkit HIV/AIDS tersebut, paling banyak sekitar 60 persen tercatat berasal dari Kota Medan. Kendati demikian, kasus yang ada di Medan sumbernya bisa saja berasal dari kabupaten/kota lain di Sumut. Karena, mungkin saja penderitanya berasal dari daerah lain tetapi terdata di rumah sakit atau Puskesmas di Medan.

Faktor penularan penyakit ini, paling banyak disebabkan akibat hubungan seks lawan jenis sekitar 70 persen. Selebihnya, akibat jarum suntik narkoba, homoseksual, biseksual, hingga transfusi darah. Sedangkan untuk usia penderita HIV/AIDS, didominasi pada rentang 17-39 tahun sekitar 80 persen.

“Orang yang terjangkit HIV/AIDS terkait ‘3M’, yaitu Men (pria), Mobile (pekerja lapangan), dan Money (punya uang). Artinya, sebagian besar laki-laki yang berkegiatan mobile dan mempunyai uang,” kata Ikrimah. (ris/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/