SUMUTPOS.CO – Polisi yang satu ini memiliki hati yang peduli. Melihat anak-anak pemulung tak lelah mengais barang bekas di tumpukan sampah, hatinya trenyuh. Apalagi saat mengetahui, kebanyakan di antaranya anak putus sekolah. Ogah berdiam diri, Maret tahun lalu ia bertindak. Sebuah rumah pintar didirikannya khusus untuk anak-anak pemulung. Berkat kegigihannya, kini anak-anak pemulung itu bisa memiliki ijazah melalui program paket A, B dan C.
Aroma tak sedap dari tumpukan sampah yang menggunung begitu menyengat hidung. Di sudut persimpangan, tak begitu jauh dari pemukiman warga, terlihat aktivitas petugas kebersihan mengatur antrean truk sampah yang datang dari berbagai penjuru Kota Medan di tempat pembuangan akhir (TPA), Jalan Paluh Nibung, Kelurahan Terjun, Medan Marelan, Sabtu (13/1).
Begitu juga dengan para pemulung, walaupun kotoran melekat di pakaian dan tubuh serta aroma tak sedap menyengat ke hidung, tak membuat mereka lelah mengais barang bekas di tumpukan sampah. Aktivitas itu harus mereka lakukan demi kelangsungan hidup untuk mencari nafkah, walaupun itu sangat membahayakan kesehatan. Bagi pemulung, sampah adalah masa depan mereka.
Bagi mereka, faktor pendidikan yang rendah membuat mereka harus menggantungkan hidup di tumpukan sampah. Di tengah kondisi inilah, Aiptu Amril, personel Polsek Medan Labuhan ingin mengubah ‘warisan’ pemulung itu hingga ke anak cucu mereka.
SUMUTPOS.CO – Polisi yang satu ini memiliki hati yang peduli. Melihat anak-anak pemulung tak lelah mengais barang bekas di tumpukan sampah, hatinya trenyuh. Apalagi saat mengetahui, kebanyakan di antaranya anak putus sekolah. Ogah berdiam diri, Maret tahun lalu ia bertindak. Sebuah rumah pintar didirikannya khusus untuk anak-anak pemulung. Berkat kegigihannya, kini anak-anak pemulung itu bisa memiliki ijazah melalui program paket A, B dan C.
Aroma tak sedap dari tumpukan sampah yang menggunung begitu menyengat hidung. Di sudut persimpangan, tak begitu jauh dari pemukiman warga, terlihat aktivitas petugas kebersihan mengatur antrean truk sampah yang datang dari berbagai penjuru Kota Medan di tempat pembuangan akhir (TPA), Jalan Paluh Nibung, Kelurahan Terjun, Medan Marelan, Sabtu (13/1).
Begitu juga dengan para pemulung, walaupun kotoran melekat di pakaian dan tubuh serta aroma tak sedap menyengat ke hidung, tak membuat mereka lelah mengais barang bekas di tumpukan sampah. Aktivitas itu harus mereka lakukan demi kelangsungan hidup untuk mencari nafkah, walaupun itu sangat membahayakan kesehatan. Bagi pemulung, sampah adalah masa depan mereka.
Bagi mereka, faktor pendidikan yang rendah membuat mereka harus menggantungkan hidup di tumpukan sampah. Di tengah kondisi inilah, Aiptu Amril, personel Polsek Medan Labuhan ingin mengubah ‘warisan’ pemulung itu hingga ke anak cucu mereka.