Rencana revitalisasi ini juga sudah disosialisasikan kepada pedagang, baik secara formal juga informal. Ong mengatakan, dari pengalamannya sosialisasi informal dengan cara mendatangi pedagang dari rumah ke rumah atau mengumpulkan pedagang dalam jumlah kecil akan lebih efektif.
Ong mengungkapkan reveltalisasi tersebut akan menggunakan dana sebesar Rp 40 miliar. “Saya semangat dengan rencana pemerintah yang akan menjadikan Danau Toba sebagai Monaco of Asia. Ini seperti sambutan baik bagi pembangunan pasar wisata Titi Kuning,” harap Direktur PT Rizky Tunggal Pratama ini.
Menyulap Pasar Tikung menjadi pasar tradisional modern dengan konsep wah, merupakan usaha yang nekat. Pasalnya, harga kios dan stand yang diperuntukkan untuk pedagang lama pasar Tikung hanya seharga Rp3juta untuk stand dan Rp6juta untuk kios.
Sementara hanya ada 338 kios dan stand di lantai 1. Dihitung-hitung pendapatan Ong hanya sekitar Rp2 miliar dari penjualan kios dan stand tersebut. Padahal, nilai investasi yang dikeluarkannya sekitar Rp40 miliar.
Namun Ong memiliki hitung-hitungan sendiri. Pihaknya malah menganggap penghasilan dari kios dan stand tersebut tidak ada. Sebab, penghasilan tersebut akan digunakannya juga untuk pembangunan basement.
“Orang bilang saya gila. Ya saya gila. Tapi hitung-hitungan saya beda. Lantai 1 itu saya tidak dapat untung sepeser pun. Saya harus bangun basement juga. Jadi lantai satu dan basement saya tidak mendapat apa-apa,” jelasnya.
Ong mengungkapkan, pihaknya hanya akan meraih keuntungan lewat total 400 unit kios dan stand yang ada di lantai 2 dan 3. Harga kios dan stand di sana akan dijualnya dengan harga mulai Rp80 juta. Tentunya angka ini terus meningkat melihat tipe bangunannya.
“Lantai 1 itu yang kelola PD Pasar Kota Medan. Nah saya akan mengelola lantai dua dan tiga. Saya diberikan jatah kelola hak sewa selama 20 tahun. Ya dari sinilah saya ambil pelan-pelan keuntungannya,” pungkasnya. (prn/dek)
Rencana revitalisasi ini juga sudah disosialisasikan kepada pedagang, baik secara formal juga informal. Ong mengatakan, dari pengalamannya sosialisasi informal dengan cara mendatangi pedagang dari rumah ke rumah atau mengumpulkan pedagang dalam jumlah kecil akan lebih efektif.
Ong mengungkapkan reveltalisasi tersebut akan menggunakan dana sebesar Rp 40 miliar. “Saya semangat dengan rencana pemerintah yang akan menjadikan Danau Toba sebagai Monaco of Asia. Ini seperti sambutan baik bagi pembangunan pasar wisata Titi Kuning,” harap Direktur PT Rizky Tunggal Pratama ini.
Menyulap Pasar Tikung menjadi pasar tradisional modern dengan konsep wah, merupakan usaha yang nekat. Pasalnya, harga kios dan stand yang diperuntukkan untuk pedagang lama pasar Tikung hanya seharga Rp3juta untuk stand dan Rp6juta untuk kios.
Sementara hanya ada 338 kios dan stand di lantai 1. Dihitung-hitung pendapatan Ong hanya sekitar Rp2 miliar dari penjualan kios dan stand tersebut. Padahal, nilai investasi yang dikeluarkannya sekitar Rp40 miliar.
Namun Ong memiliki hitung-hitungan sendiri. Pihaknya malah menganggap penghasilan dari kios dan stand tersebut tidak ada. Sebab, penghasilan tersebut akan digunakannya juga untuk pembangunan basement.
“Orang bilang saya gila. Ya saya gila. Tapi hitung-hitungan saya beda. Lantai 1 itu saya tidak dapat untung sepeser pun. Saya harus bangun basement juga. Jadi lantai satu dan basement saya tidak mendapat apa-apa,” jelasnya.
Ong mengungkapkan, pihaknya hanya akan meraih keuntungan lewat total 400 unit kios dan stand yang ada di lantai 2 dan 3. Harga kios dan stand di sana akan dijualnya dengan harga mulai Rp80 juta. Tentunya angka ini terus meningkat melihat tipe bangunannya.
“Lantai 1 itu yang kelola PD Pasar Kota Medan. Nah saya akan mengelola lantai dua dan tiga. Saya diberikan jatah kelola hak sewa selama 20 tahun. Ya dari sinilah saya ambil pelan-pelan keuntungannya,” pungkasnya. (prn/dek)