MEDAN, SUMUTPOS.CO – Warga Kota Medan, Binjai, Kabupaten Deliserdang, dan Karo merasa was-was dengan intensitas gempa yang terjadi pada malam hingga dini hari. Apalagi, paskagempa berkekuatan 5,6 SR pada 16 Januari 2016 lalu, intensitas gempa cukup tinggi hingga lebih empat kali terjadi berturut-turut dalam sehari.
Teranyar, Selasa (14/2) dini hari sampai pukul 10.25 WIB, di mana sudah terjadi gempa sebanyak 9 kali. Menurut Badan Meteorologi, Klematologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan, dalam rentang waktu sebulan, mulai 16 Januari sampai 14 Februari, sudah terjadi gempa sebanyak 188 kali.
“Dari analisis yang kami amati, gempa paling besar masih 5,6 SR tanggal 16 Januari lalu. Dan terbesar kedua terjadi tadi malam (Senin) berkekuatan 5,2 SR pada pukul 04.00 WIB,” ujar Syahnan, Kepala Bagian Data dan Informasi BMKG I saat dikonfirmasi Sumut Pos, kemarin.
Meski begitu, ia mengimbau kepada masyarakat agar tetap tenang dan mewaspadai gempa susulan yang diprediksi masih terjadi. “Analisis sementara, melihat patahan lokal di sana (Karo). Tepatnya distruktur patahan Gunung Sibayak. Tapi bukan vulkanik Sibayak,” jelasnya.
Syahnan menambahkan, penyebab utama gempa murni tektonik, di mana yang terjadi lokal aktif di daerah itu. “Ya, itu normal saja terjadi. Mekanisme dominan mendatar dan dominan patahan bersifat normal oblik. Seperti yang 5,6 SR itu adalah patahan mendatar. Yang tadi pagi (5,2 SR) normal oblik. Kekuatan hampir sama antara kedua patahan itu. Selain di Karo, getaran terasa ke Medan, Deliserdang, Binjai. Belum sampai ke daerah lain di Sumut,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala BMKG Wilayah I Medan Edison Kurniawan dalam rilis yang diterima Sumut Pos menjelaskan, analisis gempa tidak berbeda antara gempa yang terjadi sejak Januari 2017 hingga yang terjadi pada dini hari tadi. Dia menyebutkan, gempa pukul 00:11:19 WIB berkekuatan 4,6 SR dengan pusat gempa pada 3.34 LU, 98.61 BT (13 km Barat Daya-Deliserdang-Sumut) dengan kedalaman 10 km tersebut, merupakan gempa bumi tektonik yang masuk kategori jenis gempa bumi dangkal dan mempunyai mekanisme sesar mendatar. “Hal ini berarti gempa bumi ini terjadi akibat aktivitas sesar aktif lokal,” katanya.
Tingkat guncangan akibat gempa ini berbeda-beda pada setiap daerah. Di mana berdasarkan hasil analisis pada peta tingkat guncangan (shakemap) BMKG gempabumi ini dirasakan di Berastagi dengan intensitas gempabumi II SIG-BMKG (III-IV MMI), Sibolangit II SIG-BMKG (III-IV MMI), Tuntungan dan Medan I SIG-BMKG (II-III MMI), Binjai I SIG-BMKG (I-II MMI).