SUMUTPOS.CO – Ratusan pelajar dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Model Medan, kembali mendatangi dan melakukan aksi unjukrasa Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Sumatera Utara di Jalan Gatot Subroto, Medan, Rabu (14/3) pagi.
Unjukrasa siswa/siswi menuntut agar Kepala Sekolah (Kasek) MAN 2 Model Medan Burhanuddin tetap menjadi kepala sekolah mereka. Alasannya, kepemimpinan Burhanuddin banyak menorehkan prestasi yang baik.
Dari Pantauan Sumut Pos, unjukrasa ini diawali dengan pertunjukan atraksi Marching Band dan Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) MAN 2 Model Medan. Kemudian, para pelajar itu, juga melantunkan ayat-ayat suci Alquran seperti Asmaul Husna, Surat Yasin dan Shalawat.
Hal itu dilakukan agar Pelaksana tugas (Plt) Kakanwil Kemenag Prov Sumut Darmansyah mencabut surat keputusan (SK) pergantian Kasek MAN 2 Modal, dari Burhanuddin ke Irwansyah.
Seorang siswa MAN 2 Model Medan, Sadam Alfarid mengatakan, unjukrasa dilakukan dengan tergerak hati nurani pelajar MAN 2 Model Medan. Begitu juga, mereka tetap dengan tuntutan Burhanuddin tetap menjadi kepala sekolah.
“Karena masih nyaman dan tiba-tiba diambil dari kami. Bapak Burhanuddin masih ada jabatannya sebagai kepala sekolah kami dan masih ada satu tahun lagi. Tapi, tiba-tiba surat ada pelantikan pergantian kepala sekolah kami,” ujar Sadam kepada Sumut Pos, kemarin.
Sadam menilai pergantian kepala sekolah tidak melihat aspek pendidikan. Dimana selama Burhanuddin menjabat sebagai Kasek kondisi MAN 2 Model Medan baik dan tidak ada permasalah di sekolah tersebut.
“Pak Burhan masih 4 tahun, sedang masih dinasnya 5 tahun. Tiba-tiba dipindahkan tanpa ada permasalahan. Kalau selama 4 tahun saya sangat senang. Kami berkumpul di sini untuk bapak Burhan tetap tinggal bersama kami. Karena, bapak Burhan selalu mengajar kami tetang agama Islam. Kalau ada masalah, beliau langsung menindaklanjutinya,” jelas Sadam.
Dengan aksi demo, aktivitas belajar dan mengajar di MAN 2 Model Medan, terhenti. Sadam mengatakan aksi mereka murni aksi dilakukan dengan ketulusan hati tanpa ada paksaan.”Kami bergerak sendiri. Kami minta mobil sekolah, tidak diberi. Makanya, kami datang naik angkot kesini dengan uang kami sendiri,” tutur Sadam.