25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Kisah AKP Rosana Menyamar, Intai, dan Sergap Gembong 1 Ton Sabu, Tegang! 

Rosana Albertina Labobar, Wakasat Narkoba Polresta Depok.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – AKP Rosana Albertina Labobar, Wakasat Narkoba Polresta Depok, satu-satunya perempuan dalam tim penyergapan, penyelundupan 1 ton sabu-sabu di Serang, Banten, Kamis (13/7).

Bukan hanya pelengkap, Ocha, sapaan Rosana, menjadi sosok terdepan dalam penggerebekan. Dia harus mengintai dari dekat posisi para gembong narkoba selama dua malam.

Sebelumnya, selama sebulan, Ocha bersama tim terus menguntit pergerakan jaringan itu sejak dari Taiwan sampai Jakarta.

’’Kami memulai pengintaian sejak mendapat informasi dari kepolisian Taiwan. Mereka mengatakan adanya pergerakan dari para residivis narkoba. Waktu itu kami memulai pada 6 Juni,’’ terang Ocha kepada Jawa Pos.

Pengintaian dilakukan ketika para tersangka tiba di Indonesia. Waktu itu, sebenarnya ada enam orang yang tergabung dalam jaringan tersebut. Tetapi, satu tersangka langsung kembali ke Taiwan.

’’Pada saat-saat terakhir, satu tersangka lagi juga kembali ke Taiwan. Jadi, ada empat tersangka yang ada di Indonesia,’’ ungkapnya.

Selama di Indonesia, para tersangka menginap selama dua minggu di salah satu hotel di Jakarta Utara. Selang waktu tersebut, mereka berpindah ke hotel lain di Jakarta Selatan.

’’Setelah dari Jakarta Selatan, lima tersangka pergi ke Malaysia. Kami masih terus mengikuti pergerakan mereka,’’ jelas Ocha.

Rosana Albertina Labobar, Wakasat Narkoba Polresta Depok.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – AKP Rosana Albertina Labobar, Wakasat Narkoba Polresta Depok, satu-satunya perempuan dalam tim penyergapan, penyelundupan 1 ton sabu-sabu di Serang, Banten, Kamis (13/7).

Bukan hanya pelengkap, Ocha, sapaan Rosana, menjadi sosok terdepan dalam penggerebekan. Dia harus mengintai dari dekat posisi para gembong narkoba selama dua malam.

Sebelumnya, selama sebulan, Ocha bersama tim terus menguntit pergerakan jaringan itu sejak dari Taiwan sampai Jakarta.

’’Kami memulai pengintaian sejak mendapat informasi dari kepolisian Taiwan. Mereka mengatakan adanya pergerakan dari para residivis narkoba. Waktu itu kami memulai pada 6 Juni,’’ terang Ocha kepada Jawa Pos.

Pengintaian dilakukan ketika para tersangka tiba di Indonesia. Waktu itu, sebenarnya ada enam orang yang tergabung dalam jaringan tersebut. Tetapi, satu tersangka langsung kembali ke Taiwan.

’’Pada saat-saat terakhir, satu tersangka lagi juga kembali ke Taiwan. Jadi, ada empat tersangka yang ada di Indonesia,’’ ungkapnya.

Selama di Indonesia, para tersangka menginap selama dua minggu di salah satu hotel di Jakarta Utara. Selang waktu tersebut, mereka berpindah ke hotel lain di Jakarta Selatan.

’’Setelah dari Jakarta Selatan, lima tersangka pergi ke Malaysia. Kami masih terus mengikuti pergerakan mereka,’’ jelas Ocha.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/