32.8 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

Kisah AKP Rosana Menyamar, Intai, dan Sergap Gembong 1 Ton Sabu, Tegang! 

Setelah dari Malaysia, kedua tersangka kembali ke Jakarta, lalu ke Serang. ’’Dari hari pertama, para tersangka sebenarnya sudah sempat ke Anyer untuk melakukan observasi awal. Sejak itu mereka terus berpindah-pindah,’’ terangnya.

Setelah melakukan pemantauan panjang, para tersangka, kata Ocha, akhirya memutuskan untuk menggunakan dermaga eks Hotel Mendalika di Serang, Banten, sebagai titik pengiriman ribuan kilogram sabu-sabu tersebut. Di lokasi itu, Ocha harus menyamar sebagai warga yang tengah mencari keluarga.

’’Hari pertama melakukan pengintaian di kawasan hotel tersebut, kami dibagi dalam beberapa tim. Saya harus menyamar sebagai seorang anak yang sedang mencari ayahnya yang sedang memancing, Sebab, lokasi tersebut dijaga beberapa sekuriti dan saat ini bekas hotel tersebut digunakan banyak orang untuk memancing,’’ jelas Ocha, lalu tersenyum.

Pengintaian pada hari pertama, kata dia, dilakukan sejak pukul 23.00. Tidak mudah melakukan pengintaian.

Ocha bersama seorang anak buahnya harus mengendap-ngendap selama empat jam di tumpukan ilalang.

Akibatnya, karena pengintaian dilakukan dengan tiarap, tangan Ocha mengalami iritasi lantaran bersentuhan lagsung dengan ilalang.

’’Waktu empat jam tidak sebentar. Saya pakai baju lengan pendek di hari pertama. Apalagi pengintaian harus dilakukan sesenyap mungkin agar tidak ketahuan para tersangka. Sambil mengintai, saya selalu berdoa agar selalu dilindungi Tuhan,’’ bebernya.

Pada pengintaian hari pertama, ungkap dia, tidak ditemukan tanda-tanda adanya paket narkoba yang datang. Kemudian, pengintaian dilakukan lagi pada Rabu malam (12/7).

Setelah dari Malaysia, kedua tersangka kembali ke Jakarta, lalu ke Serang. ’’Dari hari pertama, para tersangka sebenarnya sudah sempat ke Anyer untuk melakukan observasi awal. Sejak itu mereka terus berpindah-pindah,’’ terangnya.

Setelah melakukan pemantauan panjang, para tersangka, kata Ocha, akhirya memutuskan untuk menggunakan dermaga eks Hotel Mendalika di Serang, Banten, sebagai titik pengiriman ribuan kilogram sabu-sabu tersebut. Di lokasi itu, Ocha harus menyamar sebagai warga yang tengah mencari keluarga.

’’Hari pertama melakukan pengintaian di kawasan hotel tersebut, kami dibagi dalam beberapa tim. Saya harus menyamar sebagai seorang anak yang sedang mencari ayahnya yang sedang memancing, Sebab, lokasi tersebut dijaga beberapa sekuriti dan saat ini bekas hotel tersebut digunakan banyak orang untuk memancing,’’ jelas Ocha, lalu tersenyum.

Pengintaian pada hari pertama, kata dia, dilakukan sejak pukul 23.00. Tidak mudah melakukan pengintaian.

Ocha bersama seorang anak buahnya harus mengendap-ngendap selama empat jam di tumpukan ilalang.

Akibatnya, karena pengintaian dilakukan dengan tiarap, tangan Ocha mengalami iritasi lantaran bersentuhan lagsung dengan ilalang.

’’Waktu empat jam tidak sebentar. Saya pakai baju lengan pendek di hari pertama. Apalagi pengintaian harus dilakukan sesenyap mungkin agar tidak ketahuan para tersangka. Sambil mengintai, saya selalu berdoa agar selalu dilindungi Tuhan,’’ bebernya.

Pada pengintaian hari pertama, ungkap dia, tidak ditemukan tanda-tanda adanya paket narkoba yang datang. Kemudian, pengintaian dilakukan lagi pada Rabu malam (12/7).

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/