SUMUTPOS.CO, SATU dari tiga bocah yang jadi korban bom molotov di Samarinda di depan Gereja Oikumene Samarinda, Kalimantan Timur akhirnya meninggal dunia. Korban meninggal bernama Intan Marbun itu sebelumnya dirawat di Rumah Sakit, Senin (14/11) sekira pukul 04.00 WITA.
Sejumlah pihak tentunya mengecam tindak terorisme tersebut. Apapun alasannya, membawa-bawa nama islam, pelakunya dianggap orang tak waras.
“Pelakunya itu bukan seorang muslim, dari mana seorang muslim melakukan tindakan seperti ini. Mengebom gereja dan kena anak-anak. Tidak ada islam mengajarkan seperti itu. Islam itu damai. Itu pelakunya orang gila,” ungkap Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Medan, Mohd Hatta, kepada Sumut Pos, Senin (14/11).
Hatta yang mengaku tengah di Samarinda menghadiri MTQ Nasional hingga 20 November ini menyakini tidak akan ada konflik horizontal terjadi sebagai ekses dari pelemparan bom di Samarinda. “Masyarakat saya yakini tak akan terpicu atas perbuatan orang tak bermoral seperti itu. Itu bukan orang Islam, lihat saja perangainya. Rambutnya panjang, berewokan, Islam dari mana seperti itu,” sebutnya.
Seorang muslim tidak pernah diajarkan untuk melakukan kekerasan, melukai orang lain. Yang dinamakan jihad tidak seperti itu kata Hatta.
“Yang saya lihat itu seperti ‘main-main’ oleh seorang teroris. Dia cuma ingin memperkeruh kebhinekaan negara kita dengan mentamengkan agama, memprovokasi pemeluk agama lain agar membenci umat islam,” kata Hatta
Hatta mengaku memberi belasungkwa sedalam-dalamnya kepada keluarga Intan, bocah yang nyawa melayang meski sebelumnya sempat mendapat perawatan intensif.
“Kejadian ini tidak ada samasekali merepresentasikan gerakan jihad, ini gerakan biadab. Tidak ada pembenarannya. Saya harapkan masyarakat tidak terpancing yang bisa menimbulkan konflik SARA terjadi khususnya di Medan,” pungkas Hatta.