25.6 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Saatnya Produk Lokal Masuk Mal

MEDAN- Pemko Medan bersama Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Sumut sepakat untuk memasarkan produk-produk dalam negeri, khususnya asal Sumut ke mal maupun plaza. Cara ini dinilai sangat efektif untuk lebih mengembangkan produk lokal agar diterima masyarakat, khususnya kalangan menengah atas yang sering berbelanja di mal.

“Sebenarnya, inti pertemuan kita ini untuk mensosialisasikan produk dalam negeri khususnya produk lokal produksi daerah. Banyak produksi lokal seperti makanan ringan khas Medan dan Sumut sampai produk kerajinan usaha sepatu maupun tas yang memiliki kualitas lebih baik dari produk impor. Namun kenyataannya, masih belum bisa bersaing dengan pasar saat ini, untuk itu kita berupaya agar produk-produk ini masuk ke pasar moderen,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Kota Medan Syahrizal Arif didampingi Kabid Perdagangan Disperindag Medan Irfan S Siregar di sela-sela Sosialisasi Aku Cinta Produk Dalam Negeri di Hotel Royal Perintis Medan, Rabu (14/12).

Syahrizal juga menjelaskan, komitmen bersama ini yang perlu dikembangkan dengan para pengelola pusat perbelanjaan dan mal di Medan agar produk lokal diterima dengan mudah masuk. Selama ini, dinilai masih ada produk lokal yang sama sekali masih belum tersentuh pasar moderen dan menyebabkan produknya kalah bersaing hingga pengusaha lokal pun enggan untuk berwiraswasta.

“Di sinilah kita tekankan, agar pengelola pusat perbelanjaan dan memiliki komitmen bersama untuk mengembangkan produk-produk lokal. Karena dalam pertemuan ini, kita mengundang seluruh pengelola pusat perbelanjaan melalui APPBI Sumut. Ini sekaligus upaya kita untuk melindungi produk lokal dari serbuan produk impor di pasaran sesuai perintah Menteri Perdagangan beberapa waktu lalu,” ujarnya.

Direktur Dagang Kecil Menengah dan Produk Dalam Negeri Kementrian Perdagangan RI Drs Dintono MM menilai beberapa persoalan yang harus diubah, mengapa produk lokal masih kurang diterima pasar. Persoalan itu seperti Image atau malu menggunakan produk Indonesia atau kesan Import Minded sangat kuat, persepsi atau kualitas yang kurang baik dan tidak terjamin dan perilaku atau kurangnya dorongan untuk menggunakan produk Indonesia.

“Beberapa persoalan itu harus diubah jika memang mau mendorong produk lokal lebih diterima pasar. Tujuan kampanye 100 persen Aku Cinta Indonesia juga kita lakukan untuk lebih mendorong produk lokal ini agar diterima pasar. Sekaligus meningkatkan rasa cinta dan bangga terhadap Indonesia dengan mendorong penciptaan semangat. Meningkatkan nation branding sebagai barang kreatif,” ujarnya.

Sementara, Ketua DPD APPBI Sumut Paulus Tamie menilai, persoalan sulitnya masuk produk-produk lokal selama ini ke pasar moderen seperti mal dan pusat perbelanjaan akibat ketiadaan pihak yang mengkordinir. Selama ini, menurutnya, pihak pengelola pusat perbelanjaan justru sudah membuka diri sejak lama untuk masuknya produk lokal namun terkendala pada fasilitatornya. (adl)

MEDAN- Pemko Medan bersama Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Sumut sepakat untuk memasarkan produk-produk dalam negeri, khususnya asal Sumut ke mal maupun plaza. Cara ini dinilai sangat efektif untuk lebih mengembangkan produk lokal agar diterima masyarakat, khususnya kalangan menengah atas yang sering berbelanja di mal.

“Sebenarnya, inti pertemuan kita ini untuk mensosialisasikan produk dalam negeri khususnya produk lokal produksi daerah. Banyak produksi lokal seperti makanan ringan khas Medan dan Sumut sampai produk kerajinan usaha sepatu maupun tas yang memiliki kualitas lebih baik dari produk impor. Namun kenyataannya, masih belum bisa bersaing dengan pasar saat ini, untuk itu kita berupaya agar produk-produk ini masuk ke pasar moderen,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Kota Medan Syahrizal Arif didampingi Kabid Perdagangan Disperindag Medan Irfan S Siregar di sela-sela Sosialisasi Aku Cinta Produk Dalam Negeri di Hotel Royal Perintis Medan, Rabu (14/12).

Syahrizal juga menjelaskan, komitmen bersama ini yang perlu dikembangkan dengan para pengelola pusat perbelanjaan dan mal di Medan agar produk lokal diterima dengan mudah masuk. Selama ini, dinilai masih ada produk lokal yang sama sekali masih belum tersentuh pasar moderen dan menyebabkan produknya kalah bersaing hingga pengusaha lokal pun enggan untuk berwiraswasta.

“Di sinilah kita tekankan, agar pengelola pusat perbelanjaan dan memiliki komitmen bersama untuk mengembangkan produk-produk lokal. Karena dalam pertemuan ini, kita mengundang seluruh pengelola pusat perbelanjaan melalui APPBI Sumut. Ini sekaligus upaya kita untuk melindungi produk lokal dari serbuan produk impor di pasaran sesuai perintah Menteri Perdagangan beberapa waktu lalu,” ujarnya.

Direktur Dagang Kecil Menengah dan Produk Dalam Negeri Kementrian Perdagangan RI Drs Dintono MM menilai beberapa persoalan yang harus diubah, mengapa produk lokal masih kurang diterima pasar. Persoalan itu seperti Image atau malu menggunakan produk Indonesia atau kesan Import Minded sangat kuat, persepsi atau kualitas yang kurang baik dan tidak terjamin dan perilaku atau kurangnya dorongan untuk menggunakan produk Indonesia.

“Beberapa persoalan itu harus diubah jika memang mau mendorong produk lokal lebih diterima pasar. Tujuan kampanye 100 persen Aku Cinta Indonesia juga kita lakukan untuk lebih mendorong produk lokal ini agar diterima pasar. Sekaligus meningkatkan rasa cinta dan bangga terhadap Indonesia dengan mendorong penciptaan semangat. Meningkatkan nation branding sebagai barang kreatif,” ujarnya.

Sementara, Ketua DPD APPBI Sumut Paulus Tamie menilai, persoalan sulitnya masuk produk-produk lokal selama ini ke pasar moderen seperti mal dan pusat perbelanjaan akibat ketiadaan pihak yang mengkordinir. Selama ini, menurutnya, pihak pengelola pusat perbelanjaan justru sudah membuka diri sejak lama untuk masuknya produk lokal namun terkendala pada fasilitatornya. (adl)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/