JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pemerintah dan aparat keamanan kini sedang berancang-ancang kembali menghadapi potensi teror. Namun, seperti deteksi yang sempat dilakukan sebelum terjadinya serangan Thamrin pada pertengahan Januari 2016 lalu, pemerintah dan aparat juga belum bisa memastikan waktu dan tempatnya.
”Kami tahu, mereka (teroris, Red) sudah mau menyerang sekarang ini, pengumuman ini seperti dulu kami umumkan pada Desember 2015,” beber Menteri Koordinator Polhukam Luhut Pandjaitan, saat rapat gabungan bersama Komisi I dan II, di Komplek Parlemen, Jakarta, Senin (15/2).
Luhut menyatakan, berdasar informasi yang diterimanya tersebut, pemerintah dan aparat baru sebatas bisa melakukan pemantauan. “Sekarang, kita lihat, Februari ada atau tidak,” tegasnya.
Meski sama seperti deteksi terdahulu, dia menegaskan kalau tidak ada istilah kecolongan dalam penanganan aksi terorisme. Sebab, menurut dia, secanggih apapun operasi intelijen, tetap tak bisa menebak waktu dan posisi serangan teroris. ”Karena aksi itu menyangkut orang dan hati, maka dari itu kami kejar terus,” lanjutnya.
Luhut menambahkan, sulitnya mengetahui waktu dan tempat secara persis aksi terorisme bukan hanya dirasakan Indonesia. ”Tidak ada satupun intelijen negara yang tahu soal besok atau lusa akan terjadi teror. Kalau ada, kami bisa belajar,” lanjutnya.
Meski demikian, dia menegaskan, kalau pemerintah dan aparat tidak akan bernegoisasi dalam hal penindakan terhadap para teroris. Setiap ada serangan, serbuan akan langsung dikerahkan tanpa kompromi.
”Begitu (teroris) attack langsung serbu, tidak beri waktu konsolidasi,” tegas purnawirawan jenderal tersebut.
Selain Luhut, hadir pula dalam rapat gabungan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, Menkumham Yasonna Laoly, dan Wakabin Torry Johar. Dalam rapat, sejumlah sorotan dari anggota DPR sempat dialamatkan pada pemerintah dan aparat dalam hal penanganan terorisme di tanah air.