25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Lanzhou Lamian tanpa Perlu Bertanya

JAWA POS PHOTO Dahlan Iskan di depan sebuah masjid di Kota Lanzhou, Provinsi Gansu.
JAWA POS PHOTO
Dahlan Iskan di depan sebuah masjid di Kota Lanzhou, Provinsi Gansu.

Oleh Dahlan Iskan

Mi tarik Lanzhou: Saya selalu mencarinya. Di kota mana pun di Tiongkok. Pasti ada. Cocok untuk lidah Indonesia. Dan pasti halal.

Mencarinya mudah. Hanya, kadang agak jauh. Tanyalah di mana letak masjid di kota itu. Di dekat-dekat situ pasti ada Lanzhou lamian. Mi tarik Lanzhou. Yang jual mi Lanzhou biasanya memang orang Islam. Suku Hui. Gampang dikenal. Selalu pakai topi kain putih. Topi haji. Biarpun belum tentu haji.

Sudah begitu akrab dengan minya, baru kali ini saya ke Lanzhou. Ibu kota Provinsi Gansu. Tentu saya tidak perlu bertanya lagi di mana ada restoran Lanzhou lamian. Di seluruh kota ada. Bahkan salah satu menu sarapan di hotel saya juga Lanzhou lamian. Sedap sekali.

Ciri khasnya ini: Minya baru dibuat saat itu juga. Saat ada yang mau makan. Bikinnya cepat. Di situ sudah ada adonan tepungnya. Sudah diaduk. Sudah diuleni. Tinggal dicuil sesuai keperluan untuk ditarik-tarik. Dibuat mi.

Yang juga khas adalah masak daging sapinya. Dan cara mengirisnya. Tipis-tipis. Kecil-kecil.

Daging sapi memang hasil utama di ”wilayah Islam” itu. Juga kambing. Dan domba. Sapinya berwarna hitam. Bulunya panjang dan tebal. Di mana-mana terlihat ternak sapi dan domba. Di seluruh padang sabana di pegunungan sekitarnya.

Dulu mereka menggembala dengan kuda. Kini saya lihat lebih lucu: menggembalanya dengan sepeda motor. Pernah saya melintas kota kecil di luar Kota Xining: Mobil harus berhenti. Jalan penuh dengan domba. Yang lagi digiring ke satu padang sabana. Yang menggiring domba-domba itu naik sepeda motor. Di belakang rombongan domba. Kalau barisan domba terlihat hendak melebar liar, sepeda motornya lari lebih kencang ke samping. Merapikan barisan. Beberapa anak domba terlihat dinaikkan motor. Dipangku.

Di Lanzhou tidak sulit cari masjid. Tidak perlu bertanya. Dari jauh sudah terlihat menara-menara tinggi. Khas Madinah. Dalam radius 1 kilometer ada lima masjid.

Demikian juga di Xining, ibu kota Provinsi Qinghai. Tetangga Gansu.

Saya lihat ada lima spanduk yang sangat mencolok. Warna hijau. Dengan tulisan Mandarin besar-besar. Ternyata lagi ada kampanye makanan halal. Spanduk itu dibentang di simpang empat yang strategis. Di pusat Kota Xining. Dekat masjid terbesar kota itu.

”Jendela makanan halal dunia,” bunyi spanduk itu. Rupanya, minggu depannya ada festival makanan halal di situ. Dari seluruh dunia.

Qinghai adalah salah satu di antara empat provinsi di Tiongkok yang umat Islamnya sangat besar: Qinghai, Gansu, Ningxia, dan Xinjiang. Hanya, yang di Xinjiang itu sukunya Uighur.

Jumlah umat Islam di Tiongkok sekitar 70 juta. Tiga kali lipat umat Islam seluruh Malaysia. Kini umat Islam Tiongkok bisa naik haji dari tiga bandara: Beijing, Ningxia, dan Xinjiang. Tidak lagi seperti dulu: hanya boleh dari Beijing. Bahkan dulunya lagi harus sembunyi-sembunyi. Pura-pura ke Pakistan. Untuk dagang. Dari Pakistan, baru ke Makkah.

JAWA POS PHOTO Dahlan Iskan di depan sebuah masjid di Kota Lanzhou, Provinsi Gansu.
JAWA POS PHOTO
Dahlan Iskan di depan sebuah masjid di Kota Lanzhou, Provinsi Gansu.

Oleh Dahlan Iskan

Mi tarik Lanzhou: Saya selalu mencarinya. Di kota mana pun di Tiongkok. Pasti ada. Cocok untuk lidah Indonesia. Dan pasti halal.

Mencarinya mudah. Hanya, kadang agak jauh. Tanyalah di mana letak masjid di kota itu. Di dekat-dekat situ pasti ada Lanzhou lamian. Mi tarik Lanzhou. Yang jual mi Lanzhou biasanya memang orang Islam. Suku Hui. Gampang dikenal. Selalu pakai topi kain putih. Topi haji. Biarpun belum tentu haji.

Sudah begitu akrab dengan minya, baru kali ini saya ke Lanzhou. Ibu kota Provinsi Gansu. Tentu saya tidak perlu bertanya lagi di mana ada restoran Lanzhou lamian. Di seluruh kota ada. Bahkan salah satu menu sarapan di hotel saya juga Lanzhou lamian. Sedap sekali.

Ciri khasnya ini: Minya baru dibuat saat itu juga. Saat ada yang mau makan. Bikinnya cepat. Di situ sudah ada adonan tepungnya. Sudah diaduk. Sudah diuleni. Tinggal dicuil sesuai keperluan untuk ditarik-tarik. Dibuat mi.

Yang juga khas adalah masak daging sapinya. Dan cara mengirisnya. Tipis-tipis. Kecil-kecil.

Daging sapi memang hasil utama di ”wilayah Islam” itu. Juga kambing. Dan domba. Sapinya berwarna hitam. Bulunya panjang dan tebal. Di mana-mana terlihat ternak sapi dan domba. Di seluruh padang sabana di pegunungan sekitarnya.

Dulu mereka menggembala dengan kuda. Kini saya lihat lebih lucu: menggembalanya dengan sepeda motor. Pernah saya melintas kota kecil di luar Kota Xining: Mobil harus berhenti. Jalan penuh dengan domba. Yang lagi digiring ke satu padang sabana. Yang menggiring domba-domba itu naik sepeda motor. Di belakang rombongan domba. Kalau barisan domba terlihat hendak melebar liar, sepeda motornya lari lebih kencang ke samping. Merapikan barisan. Beberapa anak domba terlihat dinaikkan motor. Dipangku.

Di Lanzhou tidak sulit cari masjid. Tidak perlu bertanya. Dari jauh sudah terlihat menara-menara tinggi. Khas Madinah. Dalam radius 1 kilometer ada lima masjid.

Demikian juga di Xining, ibu kota Provinsi Qinghai. Tetangga Gansu.

Saya lihat ada lima spanduk yang sangat mencolok. Warna hijau. Dengan tulisan Mandarin besar-besar. Ternyata lagi ada kampanye makanan halal. Spanduk itu dibentang di simpang empat yang strategis. Di pusat Kota Xining. Dekat masjid terbesar kota itu.

”Jendela makanan halal dunia,” bunyi spanduk itu. Rupanya, minggu depannya ada festival makanan halal di situ. Dari seluruh dunia.

Qinghai adalah salah satu di antara empat provinsi di Tiongkok yang umat Islamnya sangat besar: Qinghai, Gansu, Ningxia, dan Xinjiang. Hanya, yang di Xinjiang itu sukunya Uighur.

Jumlah umat Islam di Tiongkok sekitar 70 juta. Tiga kali lipat umat Islam seluruh Malaysia. Kini umat Islam Tiongkok bisa naik haji dari tiga bandara: Beijing, Ningxia, dan Xinjiang. Tidak lagi seperti dulu: hanya boleh dari Beijing. Bahkan dulunya lagi harus sembunyi-sembunyi. Pura-pura ke Pakistan. Untuk dagang. Dari Pakistan, baru ke Makkah.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/