28.9 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Jenazah Korban Dua Warna Terjepit Kayu dan Batu Besar

AFP PHOTO / ALBERT DAMANIK Polisi Indonesia dan warga setempat menggotong jenazah korban banjir bandang di Sibolangit, Sumatra Utara, 16 May 2016. Sebanyak 14 mahasiswa tewas dan 7 hilang pada Minggu 15 Mei, dalam banjir yang melanda Air Terjun Dua Warna di Sibolangit.
AFP PHOTO / ALBERT DAMANIK
Polisi Indonesia dan warga setempat menggotong jenazah korban banjir bandang di Sibolangit, Sumatra Utara, 16 May 2016. Sebanyak 14 mahasiswa tewas dan 7 hilang pada Minggu 15 Mei, dalam banjir yang melanda Air Terjun Dua Warna di Sibolangit.

SIBOLANGIT, SUMUTPOS.CO – Satu persatu mahasiswa yang menjadi korban banjir bandang di Air Terjun Telaga Dua Warna di Desa Ujungdeleng, Sibolangit, Deliserdang ditemukan oleh tim evakuasi. Satu hari pasca banjir bandang itu, tim sudah menemukan 14 korban tewas dari 21 korban yang hilang. Evakuasi tak bisa dilanjutkan karena lokasi yang ekstrim dan sulit dilalui serta gelap.

Banjir bandang di lokasi objek wisata Air Terjun Telaga Dua Warna, Sibolangit, Deliserdang terjadi pada Minggu (15/5) sekira pukul 16.00 WIB. Saat itu, ada sekitar 78 orang yang masuk ke objek wisata tersebut, dari jumlah tersebut sudah ada sebanyak 56 orang pulang dan sisanya ada 22 orang. Tapi, saat kejadian ada seorang selamat hingga kini ada sebanyak 21 orang disebut tewas secara massal.

Untuk mencari 21 orang yang tewas tersebut, ada 6 tim diturunkan ke lokasi kejadian. Tim yang merupakan gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Deliserdang, Basarnas, Polisi, TNI, PMI, Mapala dan juga Unsur Muspika Kecamatan.

Satu per satu korban pun mulai dievakuasi ke Posko bencana di Sibolangit untuk disiapkan keberangkatannya menjalani outopsi di RS Bhayangkara. Tim evakuasi pertama kali menemukan jenazah seorang pria berbadan besar, namun belum dikenali identitasnya. Tapi, tim langsung membawa korban ke RS Bhayangkara dengan menggunakan beberapa ambulance milik Puskesmas Pancurbatu, Dinas Kesehatan Pemkab Deliserdang, PMI dan sejumlah ambulance lainnya. Hingga pukul selanjutnya pada pukul 17.34 WIB, sudah ada 11 korban meninggal di kirim ke RS Bhayangkara.

“Tim menemukan 11 korban di satu lokasi, tapi posisinya terpisah-pisah, jaraknya sekitar 50 sampai 100 meter. Saat ditemukan, jenazah korban itu tertimpa-timpa batu dan kayu besar. Kondisinya sangat memprihatinkan karena tidak lagi pakai baju dan beberapa organ tubuhnya hilang,” kata seorang anggota tim evakuasi, Hanafiah, Senin (16/5) ditemui di Posko Sibolangit.

Dia menyebutkan, untuk melakukab evakuasi di lokasi kejadian, tim kesulitan menembus lokasi. Pasalnya, selain jalan berbukit, berbatuan dan banyak kayu besar melintang di badan jalan. Terlbih, jarak lokasi juga sangat jauh dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 2 jam. “Kami membutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk dapat mengevakuasi korban yang meninggal. Untuk sampai ke lokasi kejadian, berjalan menyisiri medan mendaki dan berulang kali merunduk dan melompat, untuk melewati batu dan kayu berukuran besar yang melintang di jalan,” katanya.

Hal senada seorang Petugas Basarnas, R Siregar mengakui medannya masih mengerikan. Salah satunya adalah longsor yang masih basah dan air, yang awalnya masih setinggi mata kaki, cepat naik hingga selutut. Termasuk dengan kayu dan batu besar yang melintang dan berserakan di lokasi. Dikatakannya, untuk itu dirinya dan rekan-rekannya harus ekstra hati-hati.

“Selain itu kita bawa perlengkapan juga seperti gergaji mesin dan airglo dongkrak udara. Perlengkapan tersebut tadi kita gunakan saat mengevakuasi korban yang terjepit batu dan kayu,” ujarnya.

AFP PHOTO / ALBERT DAMANIK Polisi Indonesia dan warga setempat menggotong jenazah korban banjir bandang di Sibolangit, Sumatra Utara, 16 May 2016. Sebanyak 14 mahasiswa tewas dan 7 hilang pada Minggu 15 Mei, dalam banjir yang melanda Air Terjun Dua Warna di Sibolangit.
AFP PHOTO / ALBERT DAMANIK
Polisi Indonesia dan warga setempat menggotong jenazah korban banjir bandang di Sibolangit, Sumatra Utara, 16 May 2016. Sebanyak 14 mahasiswa tewas dan 7 hilang pada Minggu 15 Mei, dalam banjir yang melanda Air Terjun Dua Warna di Sibolangit.

SIBOLANGIT, SUMUTPOS.CO – Satu persatu mahasiswa yang menjadi korban banjir bandang di Air Terjun Telaga Dua Warna di Desa Ujungdeleng, Sibolangit, Deliserdang ditemukan oleh tim evakuasi. Satu hari pasca banjir bandang itu, tim sudah menemukan 14 korban tewas dari 21 korban yang hilang. Evakuasi tak bisa dilanjutkan karena lokasi yang ekstrim dan sulit dilalui serta gelap.

Banjir bandang di lokasi objek wisata Air Terjun Telaga Dua Warna, Sibolangit, Deliserdang terjadi pada Minggu (15/5) sekira pukul 16.00 WIB. Saat itu, ada sekitar 78 orang yang masuk ke objek wisata tersebut, dari jumlah tersebut sudah ada sebanyak 56 orang pulang dan sisanya ada 22 orang. Tapi, saat kejadian ada seorang selamat hingga kini ada sebanyak 21 orang disebut tewas secara massal.

Untuk mencari 21 orang yang tewas tersebut, ada 6 tim diturunkan ke lokasi kejadian. Tim yang merupakan gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Deliserdang, Basarnas, Polisi, TNI, PMI, Mapala dan juga Unsur Muspika Kecamatan.

Satu per satu korban pun mulai dievakuasi ke Posko bencana di Sibolangit untuk disiapkan keberangkatannya menjalani outopsi di RS Bhayangkara. Tim evakuasi pertama kali menemukan jenazah seorang pria berbadan besar, namun belum dikenali identitasnya. Tapi, tim langsung membawa korban ke RS Bhayangkara dengan menggunakan beberapa ambulance milik Puskesmas Pancurbatu, Dinas Kesehatan Pemkab Deliserdang, PMI dan sejumlah ambulance lainnya. Hingga pukul selanjutnya pada pukul 17.34 WIB, sudah ada 11 korban meninggal di kirim ke RS Bhayangkara.

“Tim menemukan 11 korban di satu lokasi, tapi posisinya terpisah-pisah, jaraknya sekitar 50 sampai 100 meter. Saat ditemukan, jenazah korban itu tertimpa-timpa batu dan kayu besar. Kondisinya sangat memprihatinkan karena tidak lagi pakai baju dan beberapa organ tubuhnya hilang,” kata seorang anggota tim evakuasi, Hanafiah, Senin (16/5) ditemui di Posko Sibolangit.

Dia menyebutkan, untuk melakukab evakuasi di lokasi kejadian, tim kesulitan menembus lokasi. Pasalnya, selain jalan berbukit, berbatuan dan banyak kayu besar melintang di badan jalan. Terlbih, jarak lokasi juga sangat jauh dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 2 jam. “Kami membutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk dapat mengevakuasi korban yang meninggal. Untuk sampai ke lokasi kejadian, berjalan menyisiri medan mendaki dan berulang kali merunduk dan melompat, untuk melewati batu dan kayu berukuran besar yang melintang di jalan,” katanya.

Hal senada seorang Petugas Basarnas, R Siregar mengakui medannya masih mengerikan. Salah satunya adalah longsor yang masih basah dan air, yang awalnya masih setinggi mata kaki, cepat naik hingga selutut. Termasuk dengan kayu dan batu besar yang melintang dan berserakan di lokasi. Dikatakannya, untuk itu dirinya dan rekan-rekannya harus ekstra hati-hati.

“Selain itu kita bawa perlengkapan juga seperti gergaji mesin dan airglo dongkrak udara. Perlengkapan tersebut tadi kita gunakan saat mengevakuasi korban yang terjepit batu dan kayu,” ujarnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/