26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Ingin Bisa Nikah di Indonesia

Gay-Ilustrasi.
Gay-Ilustrasi.

 

SUMUTPOS.CO – Di kota besar seperti Medan istilah gay (kaum homoseksual) sudah tak asing lagi. Keberadaannya kian hari kian meningkat meskipun tak terlihat oleh kasat mata. Seperti apa sepak terjangnya?

Sebuah kos-kosan di seputaran Teladan menjadi saksi bisu geliat para gay untuk berkumpul dan saling memadu kasih. Wartawan POSMETRO MEDAN (grup SUMUTPOS.CO) yang menelusuri kos-kosan itu bertemu dengan seorang gay sebut saja namanya Edi. Pria berusia 28 tahun itu mengaku berasal dari Kota Tebing Tinggi. Dia merantau ke Medan untuk mengadu nasib dan saat ini bekerja di salah satu swalayan terbesar di Kota Medan.

Edi mengaku, sejak kecil sudah punya kelainan seks. Dia cenderung menyukai sesama jenis. Saat ditemui, Edi memang sedang bersama pasangan gaynya yang tampaknya lebih tua darinya di dalam kamar kosnya.

Edi mengaku, sejak usia 5 tahun sudah suka dengan laki laki.

“Dari kecil aku sudah suka sama laki laki dan aku nggak suka sama wanita,” ungkap Edi. Tapi, katanya, gay bukan banci. Kaum gay, katanya, tak suka dibilang banci karena gay lebih macho dari laki-laki normal.

“Lihat saja saya bukan seperti banci kan,” kata Edi, meminta untuk tidak difoto.

Menurut Edi, sejak kelas 1 SD dirinya sudah mengagumi laki-laki. Saat itu dia sangat mengidolakan guru olahraganya dan selalu ingin dekat dengan gurunya tersebut. Bahkan saat duduk di bangku SMA, Edi tak suka dengan cewek. Setelah tamat SMA tahun 2004, Edi merantau ke Medan dan bekerja di sebuah pusat perbelanjaan. Nah, saat itu dia jatuh cinta dengan atasannya seorang supervisor.

Edi menceritakan awal mulanya berpetualang mencari cinta sesama jenis. Bagi Edi, tak sulit untuk mencari cinta sesama jenis. Dengan modal bekerja di sebuah pusat perbelanjaan setiap hari dia bisa melihat cowok tampan. Nah, apabila sudah melihat cowok yang diincar, Edi berpura-pura melayani meskipun saat itu cowok itu digandeng oleh seorang wanita.

Edi memang tahu betul cowok yang penyuka sesame jenis. Edi sedikit membocorkan cowok gay. Menurutnya, tanda-tandanya rapi, rambut klimis, pakai sepatu kilat serta memakai cincin warna hijau di jari kelingking kanan.

Selain itu, katanya, dari tatapan mata juga bisa dikenali apakah lelaki itu gay. “Kalau nandai gay itu gampang lihat aja tatapan matanya biasa kalau dia gay tatapan matanya seperti jumpa sama pacar,” ujar Edi.

Menurut Edi, kebanyakan teman-temannya yang menjadi gay karena sejak kecil selalu bermain dengan wanita serta broken home. Selain itu karena frustasi disakiti oleh wanita serta memang naluri dari kecil.

“Aku naluri dari kecil sudah suka sama laki-laki,” ujar Edi.

Edi berharap pemerintah mengizinkan dan menerima kaum gay untuk bisa menikah di Indonesia. “Aku maunya nikah sama laki-laki dan kami kalau bisa nikah di Indonesia. Tapi, kalau nggak bisa terpaksa ke Belanda. Itupun kalau ada uang,” ungkap Edi.

“Aku ini jadi gay sudah kodrat. Aku aja nggak tau kenapa aku kayak gini? Mana ada orang yang mau jadi kayak gini. Ini kodrat dari Tuhan,” sambung Edi. (mri)

Gay-Ilustrasi.
Gay-Ilustrasi.

 

SUMUTPOS.CO – Di kota besar seperti Medan istilah gay (kaum homoseksual) sudah tak asing lagi. Keberadaannya kian hari kian meningkat meskipun tak terlihat oleh kasat mata. Seperti apa sepak terjangnya?

Sebuah kos-kosan di seputaran Teladan menjadi saksi bisu geliat para gay untuk berkumpul dan saling memadu kasih. Wartawan POSMETRO MEDAN (grup SUMUTPOS.CO) yang menelusuri kos-kosan itu bertemu dengan seorang gay sebut saja namanya Edi. Pria berusia 28 tahun itu mengaku berasal dari Kota Tebing Tinggi. Dia merantau ke Medan untuk mengadu nasib dan saat ini bekerja di salah satu swalayan terbesar di Kota Medan.

Edi mengaku, sejak kecil sudah punya kelainan seks. Dia cenderung menyukai sesama jenis. Saat ditemui, Edi memang sedang bersama pasangan gaynya yang tampaknya lebih tua darinya di dalam kamar kosnya.

Edi mengaku, sejak usia 5 tahun sudah suka dengan laki laki.

“Dari kecil aku sudah suka sama laki laki dan aku nggak suka sama wanita,” ungkap Edi. Tapi, katanya, gay bukan banci. Kaum gay, katanya, tak suka dibilang banci karena gay lebih macho dari laki-laki normal.

“Lihat saja saya bukan seperti banci kan,” kata Edi, meminta untuk tidak difoto.

Menurut Edi, sejak kelas 1 SD dirinya sudah mengagumi laki-laki. Saat itu dia sangat mengidolakan guru olahraganya dan selalu ingin dekat dengan gurunya tersebut. Bahkan saat duduk di bangku SMA, Edi tak suka dengan cewek. Setelah tamat SMA tahun 2004, Edi merantau ke Medan dan bekerja di sebuah pusat perbelanjaan. Nah, saat itu dia jatuh cinta dengan atasannya seorang supervisor.

Edi menceritakan awal mulanya berpetualang mencari cinta sesama jenis. Bagi Edi, tak sulit untuk mencari cinta sesama jenis. Dengan modal bekerja di sebuah pusat perbelanjaan setiap hari dia bisa melihat cowok tampan. Nah, apabila sudah melihat cowok yang diincar, Edi berpura-pura melayani meskipun saat itu cowok itu digandeng oleh seorang wanita.

Edi memang tahu betul cowok yang penyuka sesame jenis. Edi sedikit membocorkan cowok gay. Menurutnya, tanda-tandanya rapi, rambut klimis, pakai sepatu kilat serta memakai cincin warna hijau di jari kelingking kanan.

Selain itu, katanya, dari tatapan mata juga bisa dikenali apakah lelaki itu gay. “Kalau nandai gay itu gampang lihat aja tatapan matanya biasa kalau dia gay tatapan matanya seperti jumpa sama pacar,” ujar Edi.

Menurut Edi, kebanyakan teman-temannya yang menjadi gay karena sejak kecil selalu bermain dengan wanita serta broken home. Selain itu karena frustasi disakiti oleh wanita serta memang naluri dari kecil.

“Aku naluri dari kecil sudah suka sama laki-laki,” ujar Edi.

Edi berharap pemerintah mengizinkan dan menerima kaum gay untuk bisa menikah di Indonesia. “Aku maunya nikah sama laki-laki dan kami kalau bisa nikah di Indonesia. Tapi, kalau nggak bisa terpaksa ke Belanda. Itupun kalau ada uang,” ungkap Edi.

“Aku ini jadi gay sudah kodrat. Aku aja nggak tau kenapa aku kayak gini? Mana ada orang yang mau jadi kayak gini. Ini kodrat dari Tuhan,” sambung Edi. (mri)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/