26.2 C
Medan
Friday, September 27, 2024

Ta Dikenal Arogan, Nakal Sejak Kelas 3 SD

Foto: Gatha Ginting/PM Bu Sri (45), orang tua NA (9) korban tindak asusila di sekolahnya di SD N Percobaan Jalan Sei Petani, saat membuat laporan ke Polresta Medan, Selasa (14/10/2014).
Foto: Gatha Ginting/PM
Bu Sri (45), orang tua NA (9) korban tindak asusila di sekolahnya di SD N Percobaan Jalan Sei Petani, saat membuat laporan ke Polresta Medan, Selasa (14/10/2014).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ternyata Ta, salah seorang terduga pelaku yang saat ini duduk di kelas IV A SD Negeri Percobaan itu dikenal nakal sejak masih duduk di bangku kelas III. Tanpa alasan yang jelas, Ta senang mengganggu teman-teman sekelasnya.

Hal ini diakui mantan wali kelas Ta, Rosma Ginting yang ditemui di depan kelas III C SD, Rabu (15/10). Dikatakan Rosma, saat masih duduk di kelas III ia kerap menegur Ta. Pasalnya, sejak saat itu Ta sudah menunjukkan sikap anak yang arogan dengan cara mengganggu teman-teman sekelasnya.

“Suka dia ganggu teman-temannya. Jadi, dia sudah nunjukkan gen kenakalannya sejak saat itu. Dan saya pun sering menegurnya,” ucapnya.

Selama menjadi wali kelas Ta, Rosma juga pernah menangani perkelahian antara Ta dan teman sekelasnya yang berjenis kelamin lelaki. Kala itu, orangtua Ta tidak terima atas perkelahian tersebut. “Datang orangtuanya ke sekolah ini. Kemudian, orangtuanya menampar teman sekelas Ta itu. Melihat itu, saya menegur orangtuanya. Dan kemudian saya jumpakan mereka kepada kepala sekolah. Tapi, tepat di hadapan kepala sekolah, orangtua Ta malah menjewer kuping teman anaknya berantam. Makanya kepala sekolah kemudian mempertemukan orangtua Ta dengan orangtua anak lelaki tersebut. Dan akhirnya berdamai mereka,” ungkapnya.

Di samping itu, tambah Rosma, Ta model anak yang kerap permisi keluar kelas. Alhasil, setiap tugas yang diberikan kepadanya tidak pernah selesai seperti teman-temannya. “Dia pantang lihat temannya permisi. Pasti dia pun ikut permisi. Pernah saya menegurnya, kenapa dia sering keluar. Dia beralasan kalau dia mau mengantar temannya yang permisi ke kamar mandi. Makanya dia tidak pernah menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan,” ujarnya.

Di samping itu, lanjut guru yang akrab disapa Ginting tersebut, Ta kerap menunjukkan perasaan tidak senang kalau dirinya memberi teguran. “Langsung tidak terima kalau dimarahi. Makanya, saya sampaikan itu langsung ke orangtuanya supaya mereka tahu sikap anaknya,” tambahnya.

Kemudian, beber Rosma, atas sikap Ta yang suka mengganggu teman-temannya tersebut, tidak ada yang mau duduk semeja dengannya. Alhasil, Ta pun kerap dijauhi teman-temannya. “Hanya si In itu yang akrab dengannya. Kalau yang lain tidak ada yang mau berteman dengannya lantaran sikapnya yang arogan,” ucapnya.

Sementara tingkah laku Nab yang jadi korban dalam kasus ini berbanding terbalik dengan tingkah laku Ta. Pasalnya, Nab merupakan anak yang sangat pendiam dan penurut. “Jauh kali la sikapnya. Nab itu model anak pendiam. Dia tidak pernah mengeluh apapun yang terjadi sama dia. Baik kalilah anaknya,” cetusnya.

Saat disinggung apakah dirinya mengetahui dimana tempat tinggal Ta, Rosma mengaku tidak tahu. “Coba datangi ke tata usaha aja. Di sana semuanya,” pungkasnya.

Syafrinur yang membidangi data siswa tidak mau memberitahu alamat Ta. Alasannya, harus ada izin kepala sekolah. “Tunggu izin dari kepala sekolah dulu bang. Kalau tidak saya tidak berani,” ungkapnya. (win/ind/deo)

Foto: Gatha Ginting/PM Bu Sri (45), orang tua NA (9) korban tindak asusila di sekolahnya di SD N Percobaan Jalan Sei Petani, saat membuat laporan ke Polresta Medan, Selasa (14/10/2014).
Foto: Gatha Ginting/PM
Bu Sri (45), orang tua NA (9) korban tindak asusila di sekolahnya di SD N Percobaan Jalan Sei Petani, saat membuat laporan ke Polresta Medan, Selasa (14/10/2014).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ternyata Ta, salah seorang terduga pelaku yang saat ini duduk di kelas IV A SD Negeri Percobaan itu dikenal nakal sejak masih duduk di bangku kelas III. Tanpa alasan yang jelas, Ta senang mengganggu teman-teman sekelasnya.

Hal ini diakui mantan wali kelas Ta, Rosma Ginting yang ditemui di depan kelas III C SD, Rabu (15/10). Dikatakan Rosma, saat masih duduk di kelas III ia kerap menegur Ta. Pasalnya, sejak saat itu Ta sudah menunjukkan sikap anak yang arogan dengan cara mengganggu teman-teman sekelasnya.

“Suka dia ganggu teman-temannya. Jadi, dia sudah nunjukkan gen kenakalannya sejak saat itu. Dan saya pun sering menegurnya,” ucapnya.

Selama menjadi wali kelas Ta, Rosma juga pernah menangani perkelahian antara Ta dan teman sekelasnya yang berjenis kelamin lelaki. Kala itu, orangtua Ta tidak terima atas perkelahian tersebut. “Datang orangtuanya ke sekolah ini. Kemudian, orangtuanya menampar teman sekelas Ta itu. Melihat itu, saya menegur orangtuanya. Dan kemudian saya jumpakan mereka kepada kepala sekolah. Tapi, tepat di hadapan kepala sekolah, orangtua Ta malah menjewer kuping teman anaknya berantam. Makanya kepala sekolah kemudian mempertemukan orangtua Ta dengan orangtua anak lelaki tersebut. Dan akhirnya berdamai mereka,” ungkapnya.

Di samping itu, tambah Rosma, Ta model anak yang kerap permisi keluar kelas. Alhasil, setiap tugas yang diberikan kepadanya tidak pernah selesai seperti teman-temannya. “Dia pantang lihat temannya permisi. Pasti dia pun ikut permisi. Pernah saya menegurnya, kenapa dia sering keluar. Dia beralasan kalau dia mau mengantar temannya yang permisi ke kamar mandi. Makanya dia tidak pernah menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan,” ujarnya.

Di samping itu, lanjut guru yang akrab disapa Ginting tersebut, Ta kerap menunjukkan perasaan tidak senang kalau dirinya memberi teguran. “Langsung tidak terima kalau dimarahi. Makanya, saya sampaikan itu langsung ke orangtuanya supaya mereka tahu sikap anaknya,” tambahnya.

Kemudian, beber Rosma, atas sikap Ta yang suka mengganggu teman-temannya tersebut, tidak ada yang mau duduk semeja dengannya. Alhasil, Ta pun kerap dijauhi teman-temannya. “Hanya si In itu yang akrab dengannya. Kalau yang lain tidak ada yang mau berteman dengannya lantaran sikapnya yang arogan,” ucapnya.

Sementara tingkah laku Nab yang jadi korban dalam kasus ini berbanding terbalik dengan tingkah laku Ta. Pasalnya, Nab merupakan anak yang sangat pendiam dan penurut. “Jauh kali la sikapnya. Nab itu model anak pendiam. Dia tidak pernah mengeluh apapun yang terjadi sama dia. Baik kalilah anaknya,” cetusnya.

Saat disinggung apakah dirinya mengetahui dimana tempat tinggal Ta, Rosma mengaku tidak tahu. “Coba datangi ke tata usaha aja. Di sana semuanya,” pungkasnya.

Syafrinur yang membidangi data siswa tidak mau memberitahu alamat Ta. Alasannya, harus ada izin kepala sekolah. “Tunggu izin dari kepala sekolah dulu bang. Kalau tidak saya tidak berani,” ungkapnya. (win/ind/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/