30 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Presiden Jamin Negara Dalam Kondisi Aman

Foto JPNN. Menkominfo Rudiantara.
Foto JPNN.
Menkominfo Rudiantara.

SUMUTPOS.CO  — SITUASI pasca demonstrasi akbar 4 November lalu terus menurun. Tidak hanya di dunia nyata, namun tensi di dunia maya juga ikut turun. Pesan-pesan damai perlahan mulai menggantikan dominasi pesan bernada kebencian dan hujatan. Situasi tenang itu diharapkan bisa berlangung terus menerus.

Hal itu disampaikan Menkominfo Rudiantara di kantor Presiden kemarin (15/11), usai mendampingi Presiden Joko Widodo menemui Chairman Plug And Play. Dia menunjukkan grafik penggunaan kata di media sosial.

“Kami catat ada 516 ribu postingan,” ujarnya sembari menunjukkan grafik aktivitas media sosial. Postingan itu diominasi Twitter, disusul Facebook dan media sosial lainnya.

Per 14 November lalu, kata atau frasa yang paling dominan digunakan di media sosial adalah “damai” dan “aktor politik”. Disusul “Jakarta”, “dengan”, “untuk”, “tidak”, dan “dalam”.

“Tebal tipisnya, besar kecilnya, itu menunjukkan frekuensi,” lanjutnya. Frasa seperti “Almaidah 51”, “Presiden Jokowi”, dan “Habib Rizieq” juga masih ada dengan frekuensi yang lebih kecil. Kata “Ahok” justru tidak muncul, tenggelam oleh kata lainnya yang lebih sering digunakan.

Rudi menjelaskan, sejak 1 November lalu, aktivitas di media sosial meningkat. Sempat turun sedikit pada 3 November, kemudian meningkat tajam pada 4 November. Pasca 4 November, grafiknya makin menurun.

“Dari sisi konten juga makin sejuk. Sebelumnya kan medeni (menakutkan),” tambahnya.

Sementara itu, Apapun hasil gelar perkara terhadap Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama tidak boleh sampai membuat situasi negara menjadi tidak aman. Kemarin, Presiden Joko Widodo melanjutkan inspeksi pasukan militernya. Kali ini, dia mengunjungi markas Korps Pasukan Khas (Korphaskas) TNI AU dan Sekolah Calon Perwira (Secapa) TNI AD di Bandung.

Jokowi menegaskan, kunjungannya ke markas-markas pasukan elite TNI-Polri bukan diasari kekhawatiran atas kondisi keamanan. Sebaliknya, dia ingin memberikan rasa aman kepada masyarakat. Sebab, seluruh pasukan yang ada sudah dalam posisi siap dalam mengamankan negara.

“Jadi justru menentramkan. Negara aman, sangat aman,” ujar Jokowi.

Menurut dia, kedatangannya bukan sekadar memeriksa pasukan elite yang dimiliki TNI. Lebih dari itu, Jokowi hendak mengingatkan bahwa TNI dan Polri merupakan ujung tombak dalam menjaga kemajemukan Indonesia. TNI dan Polri menjadi contoh nyata bagaimana menjaga kebersamaan di tengah segala perbedaan.

Indonesia, tutur Jokowi, terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, bahasa, dan agama. ”Kalau tidak kita persatukan, mau jadi apa bangsa ini,” lanjutnya. TNI/Polri menjadi salah satu institusi yang mendapat kewajiban menjaga persatuan tersebut.

Karena itu, dia kembali mengingatkan pentingnya kesetiaan militer dan Polisi kepada negara. Para prajurit juga harus peka terhadap segala upaya memecah belah bangsa. “Jangan pernah mundur dari ancaman mereka yang ingin memecah belah dan mengadu domba bangsa kita,” tutur Presiden berusia 55 tahun itu.

Secara khusus, Presiden juga menyampaikan duka cita atas meninggalnya Intan Olivia Marbun, balita korban bom di Gereja Oikumene Samarinda yang meninggal Senin (14/11) lalu. “Tidak ada kata yang dapat menggambarkan betapa dalam rasa duka cita saya atas meninggalnya Intan. Itu sudah di luar batas kemanusiaan. Karena ini anak-anak kita,” tuturnya.

Aksi terorisme, bagi Jokowi, bukan sekadar persoalan Indonesia saja. hampir semua negara juga menghadapi ancaman serupa meski dalam bentuk yang berbeda. Karena itu, dia sudah mengistruksi jajaran Korem dan Kodim untuk memberi rasa aman kepada masyarakat. Jokowi menyatakan, saat ini dia sedang menyiapkan sebuah narasi untuk menyejukkan suasana dan menentramkan masyarakat.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Jaringan Nasional Indonesia Baru (JNIB) Harli Muin mendorong pemerintah agar segera mengambil tindakan penting guna mencegah kekerasan berlatar agama menguat. Pasalnya, sudah tiga peristiwa yang mencederai kerukukan beragama di tanah air dalam sepekan.

Kejadian pertama, peristiwa bom di Gereja Oikumene, Samarinda. disusul adanya pelemparan bom di Wihara Budi Dharma di Singkawang dan ancaman teror bom pada petugas keamanan gereja Katolik Gembala Baik di Batu.

”Ketiga kejadian dengan pola ancaman dan pengeboman terhadap simbol rumah ibadah jelas memiliki motif mengadu domba umat beragama. mereka sedang mencari momentum sebagai cara memeceh bela kerukunan beragama,” tegasnya.

Menurutnya, tindakan kekerasan ini jelas bertujuan menghancurkan pancasila dan semangat bineka tunggal ikan. Hal ini dikhawatirkan menjadi ancaman bagi NKRI. Karenanya, harus diusut hingga tuntas. ”Tidak terbatas kepada pelaku, tetapi mencari aktor utama dibalik pelaku kekerasan ini, mulai dari organisasinya hingga sumber dana operasi para teroris ini,” ujarnya.

Pernyataan serupa juga disampaikan sejumlah tokoh lintas agama yang mengatasnamakan Koalisi Masyarakat Sipil. Mereka diantaranya Romo Benny Susetyo, Jeirry Sumampow, Ray Rangkuti, dan Abdullah Darraz. Romo Benny mengajar masyarakat untuk terus menjaga kedamaian. “Kembalikan hukum sebagai panglima tertinggi,” jelasnya.

Sementara itu Jeirry Sumampow mengatakan modus peledakan bom di Samarinda identik dengan kasus serupa lainnya di masa lalu. Yakni berdekatan atau memanfaatkan momentum kegaduhan nasional. Bom yang meledak di Samarinda tidak jauh dari kegaduhan Pilgub DKI Jakarta. “Kami tidak memiliki kompetensi untuk menyebut ada keterkaitan,” tuturnya.

Dia berharap pemerintah menindak tegas setiap orang yang menebar aksi teror. Setiap kelompok yang menyulut atau memberikan ruang kekerasan, tidak boleh kebal hukum. Dia menegaskan demokrasi tidak berarti membuka ruang kepada pihak-pihak untuk berbuat kekerasan di depan publik.

Kolaisi Masyarakat Sipil juga berharap para tokoh agama, politik, adat, dan masyarakat, kompak menyerukan pernyataan-pernyataan yang menyejukkan. Supaya menghindari polemik di masyarakat semakin meruncing. ’’Kami juga tidak bosan menyerukan supaya masyarakat menghormati keberagaman sebagai bangsa dan menjunjung tinggi hak asasi serta meninggalkan budaya intoleransi,’’ pungkasnya. (byu/mia/wan/adz)

Foto JPNN. Menkominfo Rudiantara.
Foto JPNN.
Menkominfo Rudiantara.

SUMUTPOS.CO  — SITUASI pasca demonstrasi akbar 4 November lalu terus menurun. Tidak hanya di dunia nyata, namun tensi di dunia maya juga ikut turun. Pesan-pesan damai perlahan mulai menggantikan dominasi pesan bernada kebencian dan hujatan. Situasi tenang itu diharapkan bisa berlangung terus menerus.

Hal itu disampaikan Menkominfo Rudiantara di kantor Presiden kemarin (15/11), usai mendampingi Presiden Joko Widodo menemui Chairman Plug And Play. Dia menunjukkan grafik penggunaan kata di media sosial.

“Kami catat ada 516 ribu postingan,” ujarnya sembari menunjukkan grafik aktivitas media sosial. Postingan itu diominasi Twitter, disusul Facebook dan media sosial lainnya.

Per 14 November lalu, kata atau frasa yang paling dominan digunakan di media sosial adalah “damai” dan “aktor politik”. Disusul “Jakarta”, “dengan”, “untuk”, “tidak”, dan “dalam”.

“Tebal tipisnya, besar kecilnya, itu menunjukkan frekuensi,” lanjutnya. Frasa seperti “Almaidah 51”, “Presiden Jokowi”, dan “Habib Rizieq” juga masih ada dengan frekuensi yang lebih kecil. Kata “Ahok” justru tidak muncul, tenggelam oleh kata lainnya yang lebih sering digunakan.

Rudi menjelaskan, sejak 1 November lalu, aktivitas di media sosial meningkat. Sempat turun sedikit pada 3 November, kemudian meningkat tajam pada 4 November. Pasca 4 November, grafiknya makin menurun.

“Dari sisi konten juga makin sejuk. Sebelumnya kan medeni (menakutkan),” tambahnya.

Sementara itu, Apapun hasil gelar perkara terhadap Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama tidak boleh sampai membuat situasi negara menjadi tidak aman. Kemarin, Presiden Joko Widodo melanjutkan inspeksi pasukan militernya. Kali ini, dia mengunjungi markas Korps Pasukan Khas (Korphaskas) TNI AU dan Sekolah Calon Perwira (Secapa) TNI AD di Bandung.

Jokowi menegaskan, kunjungannya ke markas-markas pasukan elite TNI-Polri bukan diasari kekhawatiran atas kondisi keamanan. Sebaliknya, dia ingin memberikan rasa aman kepada masyarakat. Sebab, seluruh pasukan yang ada sudah dalam posisi siap dalam mengamankan negara.

“Jadi justru menentramkan. Negara aman, sangat aman,” ujar Jokowi.

Menurut dia, kedatangannya bukan sekadar memeriksa pasukan elite yang dimiliki TNI. Lebih dari itu, Jokowi hendak mengingatkan bahwa TNI dan Polri merupakan ujung tombak dalam menjaga kemajemukan Indonesia. TNI dan Polri menjadi contoh nyata bagaimana menjaga kebersamaan di tengah segala perbedaan.

Indonesia, tutur Jokowi, terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, bahasa, dan agama. ”Kalau tidak kita persatukan, mau jadi apa bangsa ini,” lanjutnya. TNI/Polri menjadi salah satu institusi yang mendapat kewajiban menjaga persatuan tersebut.

Karena itu, dia kembali mengingatkan pentingnya kesetiaan militer dan Polisi kepada negara. Para prajurit juga harus peka terhadap segala upaya memecah belah bangsa. “Jangan pernah mundur dari ancaman mereka yang ingin memecah belah dan mengadu domba bangsa kita,” tutur Presiden berusia 55 tahun itu.

Secara khusus, Presiden juga menyampaikan duka cita atas meninggalnya Intan Olivia Marbun, balita korban bom di Gereja Oikumene Samarinda yang meninggal Senin (14/11) lalu. “Tidak ada kata yang dapat menggambarkan betapa dalam rasa duka cita saya atas meninggalnya Intan. Itu sudah di luar batas kemanusiaan. Karena ini anak-anak kita,” tuturnya.

Aksi terorisme, bagi Jokowi, bukan sekadar persoalan Indonesia saja. hampir semua negara juga menghadapi ancaman serupa meski dalam bentuk yang berbeda. Karena itu, dia sudah mengistruksi jajaran Korem dan Kodim untuk memberi rasa aman kepada masyarakat. Jokowi menyatakan, saat ini dia sedang menyiapkan sebuah narasi untuk menyejukkan suasana dan menentramkan masyarakat.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Jaringan Nasional Indonesia Baru (JNIB) Harli Muin mendorong pemerintah agar segera mengambil tindakan penting guna mencegah kekerasan berlatar agama menguat. Pasalnya, sudah tiga peristiwa yang mencederai kerukukan beragama di tanah air dalam sepekan.

Kejadian pertama, peristiwa bom di Gereja Oikumene, Samarinda. disusul adanya pelemparan bom di Wihara Budi Dharma di Singkawang dan ancaman teror bom pada petugas keamanan gereja Katolik Gembala Baik di Batu.

”Ketiga kejadian dengan pola ancaman dan pengeboman terhadap simbol rumah ibadah jelas memiliki motif mengadu domba umat beragama. mereka sedang mencari momentum sebagai cara memeceh bela kerukunan beragama,” tegasnya.

Menurutnya, tindakan kekerasan ini jelas bertujuan menghancurkan pancasila dan semangat bineka tunggal ikan. Hal ini dikhawatirkan menjadi ancaman bagi NKRI. Karenanya, harus diusut hingga tuntas. ”Tidak terbatas kepada pelaku, tetapi mencari aktor utama dibalik pelaku kekerasan ini, mulai dari organisasinya hingga sumber dana operasi para teroris ini,” ujarnya.

Pernyataan serupa juga disampaikan sejumlah tokoh lintas agama yang mengatasnamakan Koalisi Masyarakat Sipil. Mereka diantaranya Romo Benny Susetyo, Jeirry Sumampow, Ray Rangkuti, dan Abdullah Darraz. Romo Benny mengajar masyarakat untuk terus menjaga kedamaian. “Kembalikan hukum sebagai panglima tertinggi,” jelasnya.

Sementara itu Jeirry Sumampow mengatakan modus peledakan bom di Samarinda identik dengan kasus serupa lainnya di masa lalu. Yakni berdekatan atau memanfaatkan momentum kegaduhan nasional. Bom yang meledak di Samarinda tidak jauh dari kegaduhan Pilgub DKI Jakarta. “Kami tidak memiliki kompetensi untuk menyebut ada keterkaitan,” tuturnya.

Dia berharap pemerintah menindak tegas setiap orang yang menebar aksi teror. Setiap kelompok yang menyulut atau memberikan ruang kekerasan, tidak boleh kebal hukum. Dia menegaskan demokrasi tidak berarti membuka ruang kepada pihak-pihak untuk berbuat kekerasan di depan publik.

Kolaisi Masyarakat Sipil juga berharap para tokoh agama, politik, adat, dan masyarakat, kompak menyerukan pernyataan-pernyataan yang menyejukkan. Supaya menghindari polemik di masyarakat semakin meruncing. ’’Kami juga tidak bosan menyerukan supaya masyarakat menghormati keberagaman sebagai bangsa dan menjunjung tinggi hak asasi serta meninggalkan budaya intoleransi,’’ pungkasnya. (byu/mia/wan/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/