MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sukses dalam karir dan pendidikan, pastinya impian banyak orang. Meskipun tidak mudah untuk mencapainya. Namun dengan tekad dan kerja keras, apa yang kita cita-citakan bukan mustahil untuk diraih. Hal ini lah yang ingin disampaikan perempuan muda cantik, Dr dr Cashtry Meher, M.Kes.M.Ked. (DV) SpDV lewat buku biografinya Zenit Nadir Sang Doktor.
Dalam buku yang diluncurkan di Capital Building, Medan Sabtu (15/2) ini, Cashtry Meher ingin menyampaikan bahwa harta kekayaan bukan segalanya. Tetapi ilmu pengetahuanlah yang menjadi kekayaan berharga. Harta suatu saat bisa saja hilang dari diri kita. Tetapi ilmu tidak. Ilmu akan tetap membimbing kita untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Prinsip inilah yang mendorong Cashtry terus membekali diri dengan pendidikan. Maka di usia 31 tahun Cashtry telah menyandang 5 gelar sekaligus.
Cashtry saat ini merupakan dokter spesialis dermatologi dan venereology (kulit dan kelamin ) di Rumah Sakit Mitra Medika dan pemilik Centrum Clinic Medan, juga salah satu dosen di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU). Bagaimana perjuangan Cashtry meraih pencapaian tersebut tertuang dalam buku ini.
Buku ini bercerita mengenai pahit getir, jatuh bangun kehidupan Cashtry hingga mampu meraih kesuksesan. Isi buku tersebut juga mengulasn
tentang sebuah titik terendah kehidupan yang pernah dialaminya. Sebagai anak perempuan yang awalnya hidup sangat berkecukupan terpaksa harus berjuang keras untuk tetap bisa mewujudkan impiannya saat ekonomi keluarganya terpuruk.
“Pernah jatuh sampai tidak punya apa-apa. Dan kondisi tersebut nyaris membuat saya putus kuliah. Pasti banyak orang tak menyangka hal itu. Tapi itulah kenyataannya,’’ ujar wanita kelahiran 2 Juli 1986 ini.
Maka dari itu judul buku mengambil kata Zenit dan Nadir. Dalam ilmu fisika, Zenit adalah pengamatan tertinggi di bumi, sedangkan Nadir pengamatan terendah di bumi. Jadi, segala titik tertinggi dan terendah dalam kehidupan Cashtry sang doktor ditumpahkan di dalam buku. ‘’Apa yang saya capai saat ini tidak didapat dengan mudah. Semua butuh perjuangan. Dalam pendidikan juga saya sempat beberapa kali mengalami kegagalan, tetapi itu tidak menyurutkan semangat,’’ ujar putri sulung pasangan Meher Ban Shah dan Yunita Sofyan ini.
Lewat buku yang ditulis oleh jurnalis senior, Nurni Sulaiman ini, ibu dua anak ini ingin berbagi inspirasi terutama kepada kaum muda dan kaum perempuan. Bahwa selagi muda, jangan sia-siakan waktu. Kepada kaum perempuan, istri dari dr Fahmi Sani, M.Ked.AnSpAn ini ingin mengatakan bahwa perempuan bisa. Meski harus mengurus anak dan keluarga, tetapi karir dan pendidikan bisa dijalankan sekaligus.
‘’Susunlah skala prioritas dalam kehidupan ini. Atur waktu secara baik. Jangan pernah buang waktu kalian. Targetkan usia berapa kalian akan mengakhiri kesibukan dan mulailah menata hidup baru dengan menikmati apa yang telah dicapai. Karena dengan bekerja keras kelak akan meraih keberhasilan. Apapun yang terjadi pada titik nadir hidup, buanglah rasa kecewa dan amarah. Tetap berpikir positif dan yakin kepada-Nya. Bila meraih titik zenit jangan lupa kepada yang di bawah,” ungkap perempuan yang disapa Cio ini.
Penulis buku Zenit Nadir Sang Doktor, Nurni Sulaiman mengatakan, penulisan buku setebal 176 halaman ini memakan waktu singkat yakni satu bulan. Dalam launching buku tersebut, Dadak sebutan Cashtry pada sang ayah Meher Ban Shah memberikan apresiasi pada sang putri.
Dia berharap dengan peluncuran buku ini bisa disambut baik oleh masyarakat. ‘’Kalau jelek isinya diperbaiki dan kalau bagus tidak perlu dipuji namun harus ditingkatkan agar lebih baik lagi,’’ pesan Meher.
Saat ini buku Zenit Nadir Sang Doktor telah menduduki top ten best seller di Gramedia dan telah dicetak sebanyak 3.000 buku. Peluncuran buku telah dilakukan sejak 27 Januari 2020 lalu dan di Medan adalah launching buku yang dikhususkan bagi kerabat di Medan. (sih/ila)