30.6 C
Medan
Tuesday, May 7, 2024

Laba Manulife Naik 170 Persen Menjadi Rp2,6 Triliun

Foto: Istimewa
FOTO BERSAMA: (Dari kiri) Direktur & Chief Operating Officer Manulife Indonesia Hans De Waal, Direktur & Chief Marketing Officer Novita J Rumngangun, Presiden Direktur & CEO  Jonathan Hekster, saat berfoto bersama.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Perusahaan asuransi jiwa PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) meraih pertumbuhan signifikan selama 2018. Hal itu cukup mengejutkan di tengah kondisi perekonomian nasional pada 2018 yang penuh tantangan.

“Kami menyadari tahun 2018 penuh tantangan. Namun kami berhasil melewatinya dengan baik dan mempertahankan posisi kami sebagai perusahaan asuransi terkemuka di pasar. Ini bukti komitmen kami dalam mengedepankan kepentingan nasabah serta memberikan layanan yang baik dan inovasi di tahun 2018,” kata Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Manulife Indonesia Jonathan Hekster, dalam jumpa pers paparan kinerja Manulife Indonesia di Jakarta, Kamis (16/5).

Hadir pada kesempatan itu sejumlah jajaran manajemen Manulife Indonesia dan juga Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI).

Hekster menjelaskan, posisi kinerja yang kuat selama 2018 itu terlihat dari laba tahun berjalan yang tumbuh 170% dari tahun 2017 menjadi Rp 2,6 triliun. Hasil positif itu disebabkan pertumbuhan pendapatan premi bersih, beban perusahaan yang lebih rendah, dan pergerakan suku bunga selama 2018 itu.

Pendapatan premi bersih meningkat 4% menjadi Rp 9,2 triliun. Selain itu, kata Hekster, jumlah ekuitas juga menguat sebesar 4% menjadi Rp 11,5 triliun. Padahal, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2017 & 2018, ekuitas pasar asuransi secara keseluruhan menurun 18%.

“Hasil ini semakin memperkuat posisi Manulife Indonesia sebagai salah satu perusahaan asuransi terpercaya serta dapat diandalkan di industri,” tutur Hekster.

Kinerja bisnis Manulife Indonesia yang kuat itu cukup mengejutkan di saat kondisi industri asuransi jiwa tengah mengalami perlambatan.

Akhir Februari lalu, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyebutkan, pendapatan premi industri asuransi jiwa sepanjang 2018 merosot 5% dari Rp 195,72 triliun pada 2017 menjadi Rp 185,88 triliun.

Total premi bisnis baru tercatat Rp 117,38 triliun pada 2018, sedangkan 2017 jumlahnya Rp 127,88 triliun.

Penurunan pendapatan premi diduga karena minat masyarakat membeli produk asuransi tak sebesar tahun-tahun sebelumnya.

Ketua Bersama AAJI Maryoso Sumaryono mengakui, penurunan minat masyarakat terhadap produk asuransi dipengaruhi pengetahuan mereka mengenai asuransi. Makanya, masih diperlukan sosialisasi demi menumbuhkan literasi keuangan di masyarakat khususnya terkait produk proteksi asuransi jiwa.

Menurut Hekster, kinerja kuat yang diraih Hekster karena Manulife memfokuskan pada kepuasan nasabah. “Kepentingan nasabah yang menjadi utama. Kekuatan bisnis kami untuk memastikan kapabilitas pembayaran klaim kepada nasabah,” ujar dia.

Sepanjang 2018, kata Hekster, pihaknya membayar klaim ke nasabah sebesar Rp 5,5 triliun, atau Rp 15 miliar setiap harinya, dan Rp 626 juta setiap jamnya.

“Komitmen Manulife Indonesia untuk terus berfokus pada kebutuhan nasabah juga terlihat dari perolehan total klaim yang dibayarkan sepanjang 2018 ini,” papar dia.

Ia menambahkan, wujud kecintaan terhadap nasabah juga dilakukan melalui inisiatif Customer Relationship Management (CRM). Lewat CRM, Manulife senantiasa memberikan prioritas utama kepada nasabahnya. Komitmen ini sejalan dengan Angka Kepuasan Nasabah atau Net Promoter Score (NPS) Manulife Indonesia 2018 yang meningkat delapan poin dibandingkan 2017. Angka itu, tambah Hekster, menjadi indikator utama sebagai perusahaan asuransi yang selalu mengedepankan kepentingan dan kepuasan nasabah.

“Angka NPS yang telah dicapai Manulife merupakan bukti jika kami fokus dalam memberikan layanan terbaik dan berinovasi untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Melihat pencapaian tersebut, kami optimistis kinerja Manulife akan semakin kuat,” ungkap Jonathan Hekster.

Hekster melanjutkan, Manulife Indonesia terus meningkatkan pelayanan kepada nasabah melalui berbagai program di antaranya Customer Relationship Management (CRM), sebuah platform self ‎service digital, serta kemudahan pembayaran klaim. CRM membantu Manulife mengelola dan mengumpulkan data nasabah, yang merupakan kunci untuk memperkenalkan inovasi yang memudahkan hidup nasabah.

“Kepuasan nasabah menjadi titik fokus kami. Ada dua juta nasabah Manulife Indonesia. Kami lakukan survei terkait net promoter score, tiap tahun terus naik. Boleh dibilang, kami market leader terhadap NPS dari 60 perusahaan asuransi jiwa di Indonesia. Artinya, nasabah menilai kami tepat, adil, dan benar,” papar Hekster.

Terkait ketidakpastian kondisi ekonomi nasional di 2019, Hekster mengaku tetap optimistis. Apalagi, kesadaran masyarakat akan asuransi kian tinggi, terutama setelah adanya BPJS. Potensi asuransi di Indonesia sangat besar, peningkatannya bisa 20-30 persen tiap tahun. Itu hanya mengacu pada daya beli masyarakat Indonesia. Secara makro, walaupun ada ketidakpastian, diyakini industri asuransi bisa tumbuh dua digit.

“Kami sudah 33 tahun di Indonesia, sudah mengalami banyak pilkada dan pemilu. Kami sudah analisa, apakah event pemilu berdampak atau tidak. Bulan pemilu memang ada dampak. Tetapi secara setahun, rata-rata tidak ada pengaruh negatif, makanya saya tetap optimistis,” papar dia.

Pada kesempatan itu, Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Legowo Kusumonegoro juga memaparkan kinerja perusahaannya yang terus membaik.

“Terlepas dari dinamika di pasar modal global dan Indonesia, MAMI juga menunjukkan pertumbuhan berkelanjutan yang terlihat pada jumlah aset kelolaan dan jumlah investor kami yang meningkat,” kata Legowo.

Ia menjelaskan, selama 2018, dana kelolaan MAMI meningkat menjadi Rp 68,1 triliun dan lebih dari 16.400 investor telah bergabung menggunakan solusi investasi MAMI.

Dalam menjalankan peran sebagai perusahaan penyedia solusi perlindungan keuangan, Manulife didukung lebih dari 7.000 tenaga pemasar profesional dan 1.000 karyawan.

Mereka berperan penting serta berkontribusi dalam mendukung Manulife Indonesia yang beroperasi lebih dari 33 tahun untuk melakukan inovasi layanan dan melindungi lebih banyak lagi keluarga Indonesia.

Saat ini Manulife didukung beragam jalur distribusi telah menjangkau dan melayani nasabah yang mencapai hingga lebih dari 2,5 juta jiwa. Nasabah tersebut terdiri atas berbagai lapisan masyarakat, mulai dari kalangan mapan atau dikenal dengan sebutan High Nett Work (HNW) hingga kalangan bawah. (gus)

Foto: Istimewa
FOTO BERSAMA: (Dari kiri) Direktur & Chief Operating Officer Manulife Indonesia Hans De Waal, Direktur & Chief Marketing Officer Novita J Rumngangun, Presiden Direktur & CEO  Jonathan Hekster, saat berfoto bersama.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Perusahaan asuransi jiwa PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) meraih pertumbuhan signifikan selama 2018. Hal itu cukup mengejutkan di tengah kondisi perekonomian nasional pada 2018 yang penuh tantangan.

“Kami menyadari tahun 2018 penuh tantangan. Namun kami berhasil melewatinya dengan baik dan mempertahankan posisi kami sebagai perusahaan asuransi terkemuka di pasar. Ini bukti komitmen kami dalam mengedepankan kepentingan nasabah serta memberikan layanan yang baik dan inovasi di tahun 2018,” kata Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Manulife Indonesia Jonathan Hekster, dalam jumpa pers paparan kinerja Manulife Indonesia di Jakarta, Kamis (16/5).

Hadir pada kesempatan itu sejumlah jajaran manajemen Manulife Indonesia dan juga Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI).

Hekster menjelaskan, posisi kinerja yang kuat selama 2018 itu terlihat dari laba tahun berjalan yang tumbuh 170% dari tahun 2017 menjadi Rp 2,6 triliun. Hasil positif itu disebabkan pertumbuhan pendapatan premi bersih, beban perusahaan yang lebih rendah, dan pergerakan suku bunga selama 2018 itu.

Pendapatan premi bersih meningkat 4% menjadi Rp 9,2 triliun. Selain itu, kata Hekster, jumlah ekuitas juga menguat sebesar 4% menjadi Rp 11,5 triliun. Padahal, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2017 & 2018, ekuitas pasar asuransi secara keseluruhan menurun 18%.

“Hasil ini semakin memperkuat posisi Manulife Indonesia sebagai salah satu perusahaan asuransi terpercaya serta dapat diandalkan di industri,” tutur Hekster.

Kinerja bisnis Manulife Indonesia yang kuat itu cukup mengejutkan di saat kondisi industri asuransi jiwa tengah mengalami perlambatan.

Akhir Februari lalu, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyebutkan, pendapatan premi industri asuransi jiwa sepanjang 2018 merosot 5% dari Rp 195,72 triliun pada 2017 menjadi Rp 185,88 triliun.

Total premi bisnis baru tercatat Rp 117,38 triliun pada 2018, sedangkan 2017 jumlahnya Rp 127,88 triliun.

Penurunan pendapatan premi diduga karena minat masyarakat membeli produk asuransi tak sebesar tahun-tahun sebelumnya.

Ketua Bersama AAJI Maryoso Sumaryono mengakui, penurunan minat masyarakat terhadap produk asuransi dipengaruhi pengetahuan mereka mengenai asuransi. Makanya, masih diperlukan sosialisasi demi menumbuhkan literasi keuangan di masyarakat khususnya terkait produk proteksi asuransi jiwa.

Menurut Hekster, kinerja kuat yang diraih Hekster karena Manulife memfokuskan pada kepuasan nasabah. “Kepentingan nasabah yang menjadi utama. Kekuatan bisnis kami untuk memastikan kapabilitas pembayaran klaim kepada nasabah,” ujar dia.

Sepanjang 2018, kata Hekster, pihaknya membayar klaim ke nasabah sebesar Rp 5,5 triliun, atau Rp 15 miliar setiap harinya, dan Rp 626 juta setiap jamnya.

“Komitmen Manulife Indonesia untuk terus berfokus pada kebutuhan nasabah juga terlihat dari perolehan total klaim yang dibayarkan sepanjang 2018 ini,” papar dia.

Ia menambahkan, wujud kecintaan terhadap nasabah juga dilakukan melalui inisiatif Customer Relationship Management (CRM). Lewat CRM, Manulife senantiasa memberikan prioritas utama kepada nasabahnya. Komitmen ini sejalan dengan Angka Kepuasan Nasabah atau Net Promoter Score (NPS) Manulife Indonesia 2018 yang meningkat delapan poin dibandingkan 2017. Angka itu, tambah Hekster, menjadi indikator utama sebagai perusahaan asuransi yang selalu mengedepankan kepentingan dan kepuasan nasabah.

“Angka NPS yang telah dicapai Manulife merupakan bukti jika kami fokus dalam memberikan layanan terbaik dan berinovasi untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Melihat pencapaian tersebut, kami optimistis kinerja Manulife akan semakin kuat,” ungkap Jonathan Hekster.

Hekster melanjutkan, Manulife Indonesia terus meningkatkan pelayanan kepada nasabah melalui berbagai program di antaranya Customer Relationship Management (CRM), sebuah platform self ‎service digital, serta kemudahan pembayaran klaim. CRM membantu Manulife mengelola dan mengumpulkan data nasabah, yang merupakan kunci untuk memperkenalkan inovasi yang memudahkan hidup nasabah.

“Kepuasan nasabah menjadi titik fokus kami. Ada dua juta nasabah Manulife Indonesia. Kami lakukan survei terkait net promoter score, tiap tahun terus naik. Boleh dibilang, kami market leader terhadap NPS dari 60 perusahaan asuransi jiwa di Indonesia. Artinya, nasabah menilai kami tepat, adil, dan benar,” papar Hekster.

Terkait ketidakpastian kondisi ekonomi nasional di 2019, Hekster mengaku tetap optimistis. Apalagi, kesadaran masyarakat akan asuransi kian tinggi, terutama setelah adanya BPJS. Potensi asuransi di Indonesia sangat besar, peningkatannya bisa 20-30 persen tiap tahun. Itu hanya mengacu pada daya beli masyarakat Indonesia. Secara makro, walaupun ada ketidakpastian, diyakini industri asuransi bisa tumbuh dua digit.

“Kami sudah 33 tahun di Indonesia, sudah mengalami banyak pilkada dan pemilu. Kami sudah analisa, apakah event pemilu berdampak atau tidak. Bulan pemilu memang ada dampak. Tetapi secara setahun, rata-rata tidak ada pengaruh negatif, makanya saya tetap optimistis,” papar dia.

Pada kesempatan itu, Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Legowo Kusumonegoro juga memaparkan kinerja perusahaannya yang terus membaik.

“Terlepas dari dinamika di pasar modal global dan Indonesia, MAMI juga menunjukkan pertumbuhan berkelanjutan yang terlihat pada jumlah aset kelolaan dan jumlah investor kami yang meningkat,” kata Legowo.

Ia menjelaskan, selama 2018, dana kelolaan MAMI meningkat menjadi Rp 68,1 triliun dan lebih dari 16.400 investor telah bergabung menggunakan solusi investasi MAMI.

Dalam menjalankan peran sebagai perusahaan penyedia solusi perlindungan keuangan, Manulife didukung lebih dari 7.000 tenaga pemasar profesional dan 1.000 karyawan.

Mereka berperan penting serta berkontribusi dalam mendukung Manulife Indonesia yang beroperasi lebih dari 33 tahun untuk melakukan inovasi layanan dan melindungi lebih banyak lagi keluarga Indonesia.

Saat ini Manulife didukung beragam jalur distribusi telah menjangkau dan melayani nasabah yang mencapai hingga lebih dari 2,5 juta jiwa. Nasabah tersebut terdiri atas berbagai lapisan masyarakat, mulai dari kalangan mapan atau dikenal dengan sebutan High Nett Work (HNW) hingga kalangan bawah. (gus)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/